Mohon tunggu...
Rayhan Nurhasyim Ali
Rayhan Nurhasyim Ali Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Brawijaya

adalah mahasiswa Sosiologi Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kesenjangan dan Stigma dalam Berbusana di Berbagai Kalangan

21 Desember 2022   09:03 Diperbarui: 21 Desember 2022   09:11 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesenjangan sosial merupakan ketidakseimbangan yang terjadi dalam lingkungan sosial atau masyarakat. Kesenjangan sosial membuat distribusi dalam masyarakat menjadi tidak adil karena adanya perbedaan yang mencolok antara pihak yang diuntungkan dengan pihak yang dirugikan. Pihak yang diuntungkan biasanya memiliki kekuasaan dan faktor pendukung lainnya, sehingga mereka mudah mendapatkan keuntungan-keuntungan dari lingkungan sekitarnya. Pihak yang dirugikan biasanya berasal dari kalangan yang tidak memiliki kekuasaan, sehingga dengan mudah tereksklusi dari lingkungan sosial.

Kesenjangan sosial bisa terjadi karena beberapa faktor, diantaranya adalah faktor ekonomi, faktor etnis, faktor budaya, faktor barang dan jasa. Kesenjangan etnis sering terjadi pada etnis Tionghoa karena mereka merupakan etnis pendatang yang tereksklusi dari kaum pribumi. Selain kesenjangan dalam etnis, Kesenjangan sosial dalam faktor ekonomi ini sering juga sering terjadi. Golongan orang yang termasuk ke dalam ekonomi tinggi seringkali diuntungkan karena mereka bisa menggunakan uang mereka untuk mendapatkan keuntungan tersebut, sedangkan orang-orang yang berada dalam golongan rendah seringkali dirugikan oleh berbagai pihak karena mereka tidak memiliki kekuasaan untuk mendapatkan sesuatu.

Kemiskinan masih menjadi perhatian pemerintah Indonesia karena hingga saat ini masih sulit untuk mengaatasi kesenjangan ekonomi. Kesenjangan ekonomi terjadi karena pendapatan individu yang tidak merata dari berbagai pekerjaan. Selain itu, banyaknya pengangguran dan sedikitnya lapangan pekerjaan juga mempengaruhi pendapatan yang mengakibatkan kesenjangan dan eksklusi sosial semakin meningkat. 

Hal kecil dari kesenjangan sosial ini terlihat jelas dan mencolok, salah satunya terlihat dari busana atau barang yang mereka gunakan. Busana yang digunakan bisa menjadi salah satu pembeda antara orang-orang yang berada di golongan ekonomi tinggi dengan orang-orang yang berada dalam golongan ekonomi rendah. Namun, hal ini tidak bisa disamaratakan karena beberapa orang dari golongan ekonomi tinggi seringkali menggunakan busana yang biasa-biasa saja, pun sebaliknya orang yang dari golongan ekonomi rendah juga ada yang menggunakan busana mewah. Hal ini menjadi selera berbusana dari masing-masing individu, tetapi jika dililhat dari busana yang digunakan orang dengan busana yang bagus, rapi dan mahal selalu lebih dihargai oleh lingkungan sekitar, dibangdingkan dengan busana yang tidak rapi dan kusut kadangkala tereksklusikan dari lingkungan sosial. Penampilan seseorang itu bisa menjadi identitas individu karena setiap individu memiliki selera yang berbeda dalam berbusana.

Gaya dalam berpakaian menjadi hal yang penting dan utama bagi sebagian individu, sehingga baik atau buruknya gaya berpakaian seseorang sering kali dijadikan dasar penialaian bagi seseorang dalam menilai individu. kalimat "Don't judge book by its cover" masih jarang diterapkan oleh sebagian orang karena banyak yang menganggap bahwa penampilan dalam berbusana merupakan cerminan dari dirinya. Namun, sering kali penampilan memperlihatkan sisi sebaliknya dari individu tersebut ketika kita sudah mengenal lebih dekat individu tersebut.

Contohnya, seseorang dengan busana yang jauh dari kata mewah, memiliki wawasan yang luas ketika melakukan percakapan dengan orang tersebut, hal ini menunjukan bahwa busana yang digunakan tidak selalu menunjukan diri seseorang yang sebenarnya. Hal ini juga sering terjadi pada mahasiswa, banyak dari mereka yang berpenampilan dengan busana yang tidak mewah atau mahal, tetapi sangat berwawasan luas dan kritis, begitu pun sebaliknya banyak yang menggunakan pakaian mewah juga mahal, tetapi tidak memiliki wawasan yang luas. Namun, mahasiswa yang memiliki penampilan dengan busana yang mewah selalu lebih dihargai, dihormati dan diperlakukan dengan baik, sehingga kesenjangan dalam berbusana ini sering terjadi dikalangan mahasiswa.

Gaya dalam berbusana menjadi hal yang sangat penting bagi sebagian besar mahasiswa karena penampilan merupakan kesan pertama bagi orang yang melihatnya dalam kampus karena kehidupan sosial dalam kampus itu lebih luas dari masa-masa sebelumnya, mereka akan bertemu dengan teman-teman, senior, dosen, sehingga mereka dipaksan harus memeiliki penampilan busana yang baik agar memberikan kesan yang baik pula terhadap orang yang mereka temui. Hal ini seringkali menimbulkan kesenjangan bagi mahasiswa yang berpenampilan tidak sebagus teman-teman lainnya, meraka kadang diperlakukan tidak hormat dalam lingkungan kampusnya. Bahkan ada beberapa mahasiswa yang rela menggunakan pakaian KW atau palsu hanya demi dianggap dan dihargai oleh teman-temannya. Selain itu, globalisai dan modernisasi juga menjadi slah satu faktor pendorong individu untuk melakukan perubahan pada busananya.

Perkembangan dalam berbusana ini dipengaruhi oleh modernisasi dan globalisasi yang semakin pesat sehingga memudahkan masyarakat Indonesia, khususnya mahasiswa dalam melakukan perubahan dalam berbusana. globalisasi ini menimbulkan banyak dampak bagi masyarakat Indonesia, salah satunya dalam hal berbusana karena banyak golongan dari berbagai kalangan di Indonesia yang menjadikan budaya barat sebagai acuan dalam berpakaian. Namun, hal ini juga membuat pemuda di Indonesia mulai melupakan budaya lokal dan mengagungkan budaya barat. Busana yang berasal dari barat atau luar negeri tentu memiliki harga yang tidak murah, sehingga mereka yang tidak bisa mengikuti busana dari budaya barat seringkali tereksklusi dari pergaulannya karena dianggap berbeda.

Dalam berbusana ini mahasiswa membutuhkan dorongan keuangan yang baik dari orang tua karena sebagian besar mahasiswa masih bergantung kepada orangtuanya dalam hal keuangan. Hal ini menunjukan kondisi sosial ekonomi sangat berperan penting dalam gaya berpakaian atau berbusana karena jika keadaan ekonomi tidak begitu baik, maka akan sulit pula memiliki pakaian yang baik, begitu pun sebaliknya jika keadaan ekonomi baik gaya berbusana juga akan baik.

Kesenjangan dalam berbusana dalam kalangan mahasiswa ini lebih sering dirasakan oleh perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Busana yang digunakan laki-laki di dalam lingkungan kampus tidak begitu banyak peraturan yang harus ditaatinya. Sedangkan, Perempuan seringkali salah menggunakan busana saat datang ke kampus, baik itu terlalu terbuka maupun terlalu tertutup. Pakaian yang terlalu terbuka dan terlalu tertutup pada perempuan sering mendapatkan stigma yang tidak baik atau buruk. Misalnya, ketika seorang perempuan menggunakan pakaian yang terlalu terbuka memasuki area kampus sering dianggap murahan atau gampangan. Selain itu, perempuan yang menggunakan pakaian terlalu terbuka juga sering mendapatkan pelecehan seksual dari lingkungan sekitarnya karena dianggap mengundang pikiran jorok para pria. Padahal pakaian perempuan yang terbuka tidak salah, tetapi cara berpikir pria tersebutlah yang salah.

Kasus pelecehan seksual kepada wanita dengan busana yang terlalu terbuka seringkali terjadi di lingkungan kampus dan di luar lingkungan kampus. Pelecehan seksual terjadi di lingkungan kampus sangat mungkin terjadi, meskipun lingkungan kampus dihuni oleh orang-orang terpelajar, tetapi masih banyak yang memiliki prilaku tidak terpuji tersebut. lalu bagaimana dengan perempuan yang menggunakan busana tertutup? Sama halnya dengan perempuan yang menggunakan busana tertutup, mereka juga masih sering mendapatkan pelecehan seksual meskipun sudah menggunakan pakaian tertutup. Selain itu, stigma juga sering didapatkan oleh perempuan yang menggunakan pakaian tertutup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun