Mohon tunggu...
rayhan kirana
rayhan kirana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Malang

Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi Labuhan sebagai Tanda Penghormatan kepada Leluhur

7 Maret 2023   23:04 Diperbarui: 7 Maret 2023   23:16 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa sih tradisi labuhan itu? mungkin untuk orang awam masih asing dengan sebutan labuhan, namun untuk orang-orang yang tinggal di desa Kedungsalam, Donomulyo pasti sudah tidak asing dengan tradisi ini, pasalnya tradisi labuhan ini dilakukan secara turun temurun. Tradisi Labuhan diadakan sebagai ungkapan rasa syukur terhadap Allah SWT, disamping itu pula untuk menghormati pendiri dari desa Kedungsalam. 

Selain itu diadakannya tradisi labuhan adalah sebagai bentuk persembahan kepada Nyai Ratu Mas, sang penguasa laut selatan. Dengan diadakannya tradisi labuhan ini masyarakat desa Kedungsalam mengharapkan agar mendapat keselamatan, kesejahteraan, ketentraman serta kedamaian lahir maupun batin dari Allah SWT.

Upacara tradisional labuhan ini dilakukan di Gunung Kombang, Pantai Ngliyep dan diselenggarakan setiap setahun sekali, tepatnya pada tanggal 14 Maulud. Sedangkan sehari sebelum pelaksanaan upacara labuhan dilaksanakan tirakat. Pelaksanaan labuhan ini dilakukan pada sore hari, dan ditutup dengan pelaksanaan selamatan. Pada pelaksanaan upacara ini berbagai sesajen dibuang ke laut, sesaji ini berupa hasil bumi dan sesajen yang paling utama adalah kepala kambing.

Terdapat hal yang unik dalam proses pemasakan sesajen untuk upacara labuhan ini. Menurut hasil wawancara saya dengan salah satu masyarakat desa Kedungsalam, ia mengemukakan bahwasannya ''memasak sesaji ini tidak boleh perempuan, lebih dianjurkan laki-laki karena dianggap suci'', dalam artiannya yaitu laki-laki tidak memiliki potensi untuk berhalangan seperti halnya perempuan. 

Waktu membuang sesaji itu harus ada iring-iringan seperti jaranan, reog ponorogo, juga ada yang berhias seperti Nyi Roro Kidul. Biasannya orang yang mengikuti upacara ini memakai baju jaman dulu misalnya berpakaian seperti dalang ataupun sinden. Adapun orang yang ikut serta dalam upacara tradisional labuhan ini adalah orang-orang yang masih percaya dengan hal-hal yang berbau mistis.

Sumber 

Lisan : melalui wawancara dengan salah satu masyarakat desa Kedungsalam

Mitratoday, 2020. Ratusan Pengunjung Padati Labuhan Pantai Ngliyep

https://images.app.goo.gl/SVe9666bvAEkXujk7

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun