Oleh: Rayhan Ibnu Mubarok
Islam bukan tentang menghakimi kesalahan maupun kebenaran. Sebab islam mengajarkan mana yang haq (kebenaran) dan mana yang batil (kesalahan).
Pada hadits Jibril dijelaskan mengenai islam.
, : , , , , . :
Â
"Hai, Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang Islam." Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab,"Islam adalah, engkau bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau telah mampu melakukannya," lelaki itu berkata,"Engkau benar,"
Makna dari syahadat luas selain bersaksi bahwasanya tiada tuhan selain Allah swt dan bersaksi bahwasanya Nabi Muhammad Saw utusan Allah Swt ialah memuji keagungan, kebesaran, dan meyakini keesaan Allah Swt.
Makna shalat tidak hanya gerakan takbir sampai tahiyat akhir melainkan terus mengingat Allah Swt tiada akhir.
Makna puasa bukan sekedar menahan lapar dan haus. Akan tetapi menahan hawa nafsu dari segala perbuatan yang dilarang.
Makna haji nggak hanya ritual pergi menuju Ka'bah namun mencari berkah.
Islam tidak pernah mempersulit amal shaleh seperti berdakwah, mencari nafkah, dan bersedekah.
Berdakwah tidak harus sempurna, seseorang mengajar tetapi tindakannya tidak sesuai dengan apa yang diajarkan, masih berbuat maksiat, yang perlu kita perhatikan disini pertama, tujuan melakukan dakwah, selama berniatan baik maka tidak masalah. Kedua, tidak ada yang salah dengan berdakwah, mengajar, menasehati, yang salah ialah perbuatan maksiatnya. Jadi berdakwah mesti dilanjutkan sedangkan maksiat berusaha untuk tidak dilakukan. Ketiga, kebenaran bisa datang dari mana saja. Undzur ma qala wala tandzur man qola. Lihatlah apa yang dikatakan bukan siapa yang mengatakan. Oleh karena itu teruslah berbuat baik karena kita tidak mengetahui amalan mana yang akan diterima oleh Allah Swt.
Mencari nafkah merupakan ibadah paling penting. Nabi Muhammad Saw bersabda:
Â