Mohon tunggu...
Rayhan Ibnu Mubarok
Rayhan Ibnu Mubarok Mohon Tunggu... Wiraswasta - Panggil saja mas Rehan

I am trying my best

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Toleransi Islam dalam Bersedekah

22 April 2021   15:13 Diperbarui: 11 Januari 2022   12:49 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halo Lokal. Sumber ilustrasi: PEXELS/Ahmad Syahrir

Oleh: Rayhan Ibnu

Setiap hari jum’at menjadi momen istimewa bagi kalangan kaum adam yaitu melaksanakan shalat jum’at berjama’ah. Biasanya kotak amal akan berkeliling sebelum shalat dilaksanakan, ada yang bersedekah dengan menutup tangan agar tidak kelihatan, seorang bapak memegang tangan anaknya memasukan uang ke kotak amal, sedekah lima ribu dilipat isinya seratus ribu, beramal uang kembalian dari warung, sedekah uang nemu, beramal sambil ngajak temen disamping sedekah.

Dalam bersedekah islam membolehkan secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi. Sebagaimana Allah Swt berfirman:
و إن تبدوا الصدقات فنعما وإن تخفوها وتؤتوها الفقراء فهو خير لكم...
“Jika kalian menampakkan sedekah, maka itu adalah baik sekali. Dan jika kalian berikan kepada kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagi kalian.. (QS. A-l-Baqarah: 271)

Jika diperhatikan seseorang bersedekah entah mengapa wajahnya berseri-seri dan hatinya gembira. Pernah iseng bertanya, bagaimana rasanya beramal? Dan dijawab seneng aja tanpa bisa menjelaskan dengan kata-kata hanya senyuman sebagai tanda penjelasan.
Tidak terlalu penting jumlah pemberian, intinya ialah memberikan segala sesuatu yang kita miliki dengan sebaik mungkin. Memberikan yang terbaik dengan menyesuaikan keadaan.

Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyaallahu anhu bahwa Rasulullah Saw bersabda:
سبق درهم مائة ألف درهم: كان لرجل درهمان فتصدق بأجودهما
“Satu dirham dapat mengungguli seratus ribu dirham: Seseorang yang memiliki dua dirham, lalu mengambil satu dirham yang terbaik untuk disedekahkan.

Dari hadits tersebut kita dapat gambaran bahwa uang receh bisa mengalahkan uang bernominal besar, apabila seorang mempunyai sepuluh ribu rupiah kemudian ia memberikan lima ribu rupiah untuk bersedekah.

Sedekah bisa dengan waktu, tenaga, dan harta. Misalnya seorang bocah bersedekah menyisihkan uang jajan sekolah untuk sedekah, gerobak nasi goreng menyediakan makan gratis bagi yang berbuka berpuasa, warung makan bayar seikhlasnya, guru mengajar tidak dibayar, relawan bencana alam, ditraktir teman makan.
Sebisa mungkin berusaha untuk memberi meskipun hanya senyuman, pendengaran, perhatian, dan penghargaan. Kurang senyum hati bisa semraut, banyak dengar terlindung dari terpeleset lidah, memerhatikan mudah memahami, menghargai meningkatkan rasa peduli.

Maulana Jalaluddin Rumi mengatakan: Dalam hal kedermawanan dan menolong orang jadilah seperti sungai.
Berbuat baik ngalir aja tidak perlu sandiwara, takut-takut atau ragu-ragu, permudah tidak dibikin susah, dan selalu berharap ridha Allah Swt.

Ada sebuah pepatah mengatakan Adakah yang lebih dermawan dari Hatim at-Thai?
Seseorang bertanya kepada Hatim at-Thai, dan dia berkata: wahai Hatim apakah ada yang mengalahkanmu dalam kemuliaan? Hatim menjawab: Ya, seorang pemuda telah mengalahkanku dari suku thi  (berada di Arab), aku telah mampir di halamannya dan dia memiliki 10 kepala kambing, kemudian dia menyembelih kepala kambing tersebut, dan memisahkan dagingnya. Dia memberikannya kepada saya kemudian saya terima. Saya mengatakan : Enak ya Allah.
Ketika saya keluar antara hadapanku pemuda tersebut menyembelih kepala-kepala kambing dan memberikan kepadaku isi kepala tanpa sepengetahuanku, saat aku ingin keluar untuk pergi, aku menemukan sekitar rumahnya darah yang banyak berarti dia menyembelih kambing dengan merahasiakannya.

Aku pun berkata kepadanya: kenapa kamu melakukan hal tersebut?
Dia menjawab: Maha suci Allah hanya berharap kepadanya segala sesuatu miliknya jika aku pelit kepadamu، sungguh itu kejelekan bagi bangsa Arab!
Dikatakan wahai Hatim: Apa balasan jasamu?
Hatim berkata: 300 unta merah dan 500 kepala kambing.
Maka dikatakan: Berarti kamu lebih mulia darinya.
Hatim berkata: Tidak, dia lebih mulia, karena memberikan dengan seluruh apa yang dimiliki sedangkan aku memberikan dengan sedikit dari banyak.
Kisah di atas mengajarkan kita agar memberi tanpa berfikir, berbuat baik tanpa alasan, menyadari semua ini hanyak milik Allah Swt.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun