Akhir-akhir ini konsep kemapanan sering kali dibicarakan oleh para muda-mudi di Indonesia, Fenomena pria mapan muncul selepas adanya cuitan artis di media sosial yang menyatakan ketimpangan atau terjadinya sebuah kesenjangan kuantitas antara independent women dengan pria yang mapan, Dimana independent women sangat mendominasi market finansial dibanding pria yang mapan.
Kemapanan seorang pria menjadi persoalan bagi rata-rata kaum hawa, karena baginya stabilitas rumah tangga sangat berpengaruh pada sektor ekonomi, jika suami mempunyai masalah dalam finansial tentunya hal itu akan memengaruhi keberlangsungan dan ketahanan rumah tangga kedepannya. Tak jarang juga rumah tangga yang akhirnya berakhir dikarenakan faktor ekonomi Dimana suami tidak bisa memenuhi kebutuhan dalam rumah tangga sehingga berujung pada kemauan istri untuk menggugat cerai suami.
Namun apakah mapannya seorang pria semata-mata hanya ditentukan pada kebebasan finansial, dan apakah ekonomi semata menjadi indikator utama sebab terjadinya perceraian. Maka dalam hal ini Islam memberikan konsep mapan untuk menjaga keutuhan dan menumbuhkan keharmonisan dalam rumah tangga. Dalam Islam kosep kemapanan tidak hanya terkonsentrasi pada aspek ekonomi semata, karena hal tersebut masih belum cukup untuk membangun rumah tangga yang tangguh. Namun harus diimbangi dengan aspek kemapanan lain agar pria menjadi nahkoda yang baik dalam menjaga keutuhan bahtera rumah tangga.
1. Kemapanan Spiritual: Hubungan dengan Allah
Kemapanan sejati dalam Islam bermula dari hubungan yang kokoh antara seorang hamba dengan Allah SWT. Pria yang mapan secara spiritual adalah mereka yang senantiasa mendirikan salat, membaca Al-Qur'an, dan memperkuat keimanan mereka. Allah berfirman dalam Al-Qur'an:
"Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberinya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka." (QS. At-Talaq: 2-3)
Ketakwaan menjadi pondasi utama bagi kemapanan seorang pria. Dengan keimanan yang kuat, seorang pria mampu menghadapi tantangan hidup dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.
2. Kemapanan Moral: Akhlak yang Mulia
Kemapanan moral tercermin dari akhlak yang mulia dalam berinteraksi dengan keluarga, masyarakat, dan lingkungan. Rasulullah SAW adalah teladan utama dalam hal ini. Seorang pria yang mapan menurut Islam adalah mereka yang menjaga amanah, jujur, dan berbuat adil. Akhlak yang baik tidak hanya memperbaiki hubungan antarindividu tetapi juga menciptakan keharmonisan dalam masyarakat.
Akhlak yang baik merupakan indikator fundamentalis dalam menciptakan kerukunan dalam rumah tangga, karena komunikasi yang baik, relasi serta hubungan yang dilandasi dengan penuh kebaikan dan keridhoan menumbuhkan ketenangan, Â keharmonisan dan ketentraman dalam rumah tangga.
3. Kemapanan Finansial: Menafkahi Keluarga
Aspek finansial tetap menjadi salah satu bagian penting dari kemapanan pria. Dalam Islam, seorang suami berkewajiban untuk menafkahi keluarganya. Namun, Islam tidak menilai seseorang dari banyaknya harta yang dimiliki, melainkan dari bagaimana harta itu diperoleh dan digunakan. Pria yang mapan adalah mereka yang bekerja dengan cara yang halal dan membelanjakan hartanya di jalan yang diridai Allah. Rasulullah SAW bersabda:
"Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya, dan aku adalah yang terbaik di antara kalian kepada keluargaku." (HR. Tirmidzi)
Dalam hal kempanan, Islam tidak mempersoalkan kuantitas harta yang dimiliki oleh seorang laki-laki, namun Islam lebih berorientasi terhadap keberkahan dan kehalalan dari mana harta tersebut dihasilkan. Karena Keberkahan senantiasa mendatangkan kepada kecukupan, sedangkan mata pencaharian yang haram senantiasa menghantarkan kepada keserakahan.
4. Kemapanan Sosial: Tanggung Jawab kepada Masyarakat
Islam mengajarkan bahwa pria yang mapan juga harus berkontribusi bagi masyarakat. Mereka harus peduli terhadap orang lain, membantu yang membutuhkan, dan terlibat dalam kegiatan sosial. Zakat, sedekah, dan infak adalah sebagian dari cara untuk menunjukkan tanggung jawab sosial tersebut.
Pentingnya Kemapanan Pria dalam Peran Sosial
Kemapanan pria dalam peran sosial memiliki dampak signifikan terhadap stabilitas komunitas dan keluarga. Sebagai bagian integral dari masyarakat, pria yang mapan secara emosional, ekonomi, dan sosial cenderung mampu menjalankan tanggung jawab dengan baik, seperti menjadi teladan, pemimpin, dan pelindung. Kemapanan ini mencakup kemampuan untuk menghadapi tekanan sosial, mengambil keputusan yang bertanggung jawab, serta berkontribusi pada kesejahteraan kolektif. Dalam Men in Families and Family Policy in a Changing World (UN, 2011), pria yang memiliki peran sosial yang kuat sering kali menjadi agen perubahan dalam memperkuat nilai-nilai moral dan solidaritas komunitas.
Selain itu, kemapanan pria juga penting dalam mendukung keseimbangan gender dalam berbagai aspek kehidupan. Pria yang memahami tanggung jawab sosialnya akan mendukung kesetaraan, menghormati hak-hak orang lain, dan mempromosikan inklusivitas dalam masyarakat. Hal ini sesuai dengan teori peran sosial yang dikemukakan oleh Alice H. Eagly, yang menekankan pentingnya individu memahami dan menyesuaikan diri dengan peran yang diharapkan masyarakat untuk menciptakan harmoni sosial. Dengan demikian, kemapanan pria tidak hanya memberikan manfaat pada tingkat individu tetapi juga pada keluarga dan komunitas di sekitarnya.
5. Kemapanan Emosional: Kepemimpinan dan Kesabaran
Kemapanan pria juga terlihat dari kematangan emosionalnya. Seorang pria yang mapan adalah mereka yang mampu mengendalikan amarah, bersikap sabar, dan menjadi pemimpin yang baik, terutama dalam keluarga. Kepemimpinan dalam Islam bukanlah soal kekuasaan, tetapi tentang melayani dan memberikan arahan yang baik.
"Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, tetapi orang yang kuat adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah."
(HR. Bukhari, no. 6114; Muslim, no. 2609)
Islam menekankan akan pentingnya sesorang dalam menjaga emosinya, karena sesuatu yang diputuskan atau dilakukan berdasarkan emosi berdampak sangatlah tidak baik kedepannya dan cenderung untuk mencelakakan. Sementara orang yang dapat mengontrol emosinya akan membentuk kepada kepribadian yang bijak dan dewasa. Allah menunjukkan keistimewaan dan kerindoaanya terhadap orang yang bersabar dengan membersamainya.
"Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar."
(QS. Al-Baqarah: 153)
Dalam rumah tangga seringkali suami dan istri dihadapan dengan permasalahan-permasalahan yang kecil maupun besar. Tentunya permasalahan yang dihadapi oleh kedua belah pihak suami atau istri harus diatasi dengan kesabaran dan emosional yang baik antara kedua belah pihak. Jika permasalahan tidak diatasi dengan kesabaran atau kondisi emosional yang baik, maka permasalahan kecil akan menjadi besar yang berisiko pada pertengkaran hingga perceraian.
Kemapanan  memungkinkan seseorang untuk tetap tenang dan terkendali dalam situasi yang penuh tekanan, sehingga meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Menurut Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Intelligence (1995), kecerdasan emosional memiliki peran penting dalam keberhasilan hidup seseorang, bahkan lebih besar daripada kecerdasan intelektual.
Kemapanan pria dalam perspektif Islam adalah konsep yang holistik, mencakup dimensi spiritual, moral, finansial, sosial, dan emosional. Islam mengajarkan bahwa kemapanan sejati tidak hanya diukur dari apa yang tampak di luar, tetapi dari bagaimana seorang pria menjalani kehidupannya sesuai dengan syariat. Dengan memahami dan menerapkan konsep ini, Â dapat menjadi individu yang bermanfaat bagi dirinya sendiri, keluarganya, dan masyarakat luas.
Referensi
- Al-Qur'an dan Terjemahannya.
- Hadis Riwayat Tirmidzi.
- Yusuf Al-Qaradhawi, Fiqh al-Awlawiyyat: Dirasah Jadidah fi Daw'i al-Qur'an wa al-Sunnah, Maktabah Wahbah, Kairo, 1995.
- Hamka, Tafsir Al-Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta, 1982.
- M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur'an, Lentera Hati, Jakarta, 2000.
- Goleman, D. (1995). Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ. New York: Bantam Books.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H