Mohon tunggu...
Rayhan Fakhriza
Rayhan Fakhriza Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiwa

Mahasiswa biasa yang sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Menyalakan Indonesia dengan Energi Terbarukan

26 Juni 2020   07:00 Diperbarui: 26 Juni 2020   07:15 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembangkit listrik tenaga nuklir bisa menghasilkan daya 40 sampai 2000 MW. Sementara kebutuhan listrik di Pulau Jawa saja sudah hampir 30.000 MW. Walaupun saat ini Pembangkit Listrik yang ada di Jawa bisa mencover, tetapi kebanyakan dihasilkan dari batu bara yang tidak akan bertahan lama.

Melakukan riset energi terbarukan sekarang bukanlah suatu kesalahan. Energi terbarukan yang diteliti sekarang dapat menjadi cadangan energi. Semisal terjadi krisis energi seperti pemadaman listrik di sebagian Pulau Jawa termasuk Jakarta beberapa waktu lalu yang hebohnya sudah ngalah-ngalahin piala dunia.

Teman-teman, lagi-lagi tulisan saya ingin saya akhiri dengan sebuah cerita. Waktu saya SMA saya memiliki seorang Guru Fisika. Beliau pernah bercerita di kelas tentang kenapa nuklir di Indonesia tidak dimanfaatkan sebagai energi terbarukan. Malah banyak isu-isu tidak benar yang dituduhkan kepada nuklir. Beliau mengatakan, alasannya adalah Politik. Membangkitkan listrik dari energi terbarukan dapat menghilangkan sebagian pundi-pundi cuan yang dapat membiayai keperluan para elit.

Riset sekarang bukanlah suatu kesalahan. Indonesia tidak kekurangan orang pintar untuk mengelola energy terbarukan. Indonesia juga tidak kekurangan sumber daya alam yang bisa digunakan, uranium untuk pembangkit listriknya saja ada di Papua. Suatu saat nanti, tidak ada pilihan lain kecuali mengambil energi terbarukan sebagai sumber energi guna menyalakan Indonesia. Salam Hangat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun