Mohon tunggu...
Rayhan Fakhriza
Rayhan Fakhriza Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiwa

Mahasiswa biasa yang sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Milenial Cerdas Mengelola Cuan di Kala Pandemi

19 Juni 2020   19:00 Diperbarui: 19 Juni 2020   19:06 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Masa pandemi telah merubah persepsi banyak orang. Dunia yang kita kenal tidak akan selamanya berjalan sesuai keinginan kita. Kalau kata orang fisika, ketidakteraturan selalu bertambah seiring berjalannya waktu. Tetapi dengan mengetahui fakta tersebut, manusia perlu bersiap diri untuk kemungkinan yang bisa terjadi di masa yang akan datang termasuk dalam mengelola uang.

Uang atau yang saya lebih suka menyebutnya cuan merupakan dewa yang dipuja banyak orang. Tidak sedikit orang lupa menikmati kehidupan karena memuja dewa yang belum tentu membuat mereka bahagia. Uang bukan lagi menjadi pemberi manfaat, tetapi senjata yang bisa mematikan. Cara pandang saya terhadap uang tidak menafikkan bahwa saya butuh cuan apalagi saya seorang mahasiswa.

Kebutuhan akan uang sudah mendarah daging, hanya saja cara mendapatkannya dan menghabiskannya mencerminkan kepribadian masing-masing manusia. Pertanyaannya sekarang adalah, bagaimana menggunakan dengan bijak dewa yang satu ini? Bagaimana mengelola uang sebagai pemberi manfaat bukan sekadar pemuas hawa nafsu? Pertanyaan ini hanya akan dijawab secara kreatif oleh Generasi Milenial pemilik masa depan bangsa.

Bagaimana cuan atau uang datang ke pada kita merupakan sebuah hal yang perlu dipahami sebelum mengelola uang tersebut. Apabila anda seorang mahasiswa yang mengandalkan uang saku dari orang tua anda tentunya tidak akan menjadi masalah apabila kekurangan uang di akhir bulan. Hal yang sama apabila kalian mendapatkan gaji beserta tunjangan dari kantor yang jumlahnya masih dalam rentang yang dapat diperhitungkan.

Kemudian uang itu digunakan untuk membeli yang hanya dibutuhkan seperti makanan dan kebutuhan pokok lainnya tentu sudah terpenuhi. Membeli gaya hidup seperti hiburan, pakaian dan kendaraan baru pasti bisa diprioritaskan ulang.

Tetapi terkadang, saya sebagai mahasiswa masih berpikir bagaimana caranya cuan yang datang tiap bulan dengan jumlah yang bertambah tiap bulannya? Atau bagaimana caranya uang yang kita peroleh sekarang dapat kita nikmati di hari yang akan datang?

Masa pandemi ini menjadi semacam reset sistem keseharian kita yang akan menyiapkan kita di masa yang akan datang. Sebagai generasi milenial, tentunya lebih banyak pengeluaran yang bisa kita kurangi tiap bulannya karena physical distancing maupun work from home. Misalnya  pengeluaran kopi senja, pengeluaran biaya nonton di bioskop dan kencan malam minggu, atau beli baju keluaran terbaru yang didiskon 10%. Pengeluaran seperti itu tentu saja berkurang karena dimasa pandemic seperti ini, “Memangnya kita mau pamer baju baru ke pada siapa?”

Dengan “berlimpahnya” cuan yang kita miliki, lantas apa yang diperlukan untuk memiliki stabilitas keuangan pribadi? Saya akan menjelaskan sedikit yang saya lakukan di masa pandemi seperti ini dalam mengelola uang. Kebetulan penghasilan bulanan saya masih berasal dari uang saku yang diberikan orang tua. Dalam mengelola uang, saya membagi langkah saya menjadi 4 langkah; planning, giving, investing and spending.

Planning tentu saja merupakan langkah perencanaan guna mengelola uang dalam jangka waktu tertentu. Rencana keuangan sebulan yang saya buat tidak begitu rumit, karena saya sebagai mahasiswa fisika masih belum memahami perencanaan uang secara profesional. Hanya ada beberapa kebutuhan mendasar dan beberapa keinginan yang ingin saya penuhi yang akan dipenuhi dalam sebulan ke depan. Saya merencanakan dengan mudah yakni mengalokasikan berapa uang yang harus dipakai untuk kebutuhan dan keinginan, serta uang yang tidak boleh dipakai bulan ini.

Kita tidak perlu malu untuk menuliskan atau merencanakan apa saja yang kita inginkan dan ingin kita penuhi dalam jangka waktu dekat. Setelah mengetahui apa saja yang kita butuhkan dan inginkan, tentu saja kita perlu membuat semacam skala prioritas tertentu. Dalam penyusunan skala prioritas tersebut, kita harus membuat semacam alokasi dana yang telah saya katakan, sebagai alokasi mana yang boleh dipakai dan mana yang tidak.

Hanya saja, terkadang kita masih khilaf untuk menyalahi alokasi yang sudah dibuat. Maka di masa pandemi seperti ini akan memberikan ruang buat kita menjaga plan dan alokasi yang sudah kita buat. Kita dilatih sedemikian rupa oleh pandemi ini untuk belajar disiplin dan berkomitmen atas apa yang telah direncanakan dan disepakati oleh diri sendiri dalam mengelola uang.

Bagi saya, cinta akan datang apabila kita rela melepasnya. Hal serupa akan terjadi dengan uang apabila kita hendak mendapatkan manfaat dari apa yang kita miliki, kita harus merelakannya terbang bebas supaya bisa kembali membawa banyak manfaat. Terdengar aneh memang, tetapi bagi saya itu akan sangat membantu di saat kita betul-betul membutuhkannya seperti ketika menemukan uang di kantong tas di saat kita tidak punya uang.

Maka dari itu, giving jadi langkah kedua saya dalam mengelola uang. Pandemi ini selain mengajarkan kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik, kita juga diajarkan untuk menjadi pribadi yang bersyukur dan senantiasa membantu sesama. Banyak orang yang tidak seberuntung kita dalam menghadapi pandemi. Banyak orang yang ekonominya terdampak karena pandemi dan hidupnya masih kurang walau hanya untuk sekadar membaca artikel ini.

Uluran tangan kita membantu mereka-mereka yang terdampak akan menjadi sangat penting dan sangat bermanfaat di kemudian hari. Sudah banyak platform yang menyediakan kemudahan berbagi dan membantu sesama. Mulai dari orang-orang yang terdampak karena work from home sementara penghasilannya harian, sampai ke pada para satwa yang terdampak di kebun binatang.

Giving akan membuat kita lebih bersyukur dalam menjalani kehidupan. Setidaknya di masa pandemi ini, kita dapat memberikan manfaat bagi sesama. Walaupun kondisi dompet kita juga menghadapi tantangan yang sama, setidaknya kita dapat mengobatinya dengan menebarkan sedikit kebahagiaan bagi yang lainnya.

Setelah kita memberikan asupan kebahagiaan sebagai makanan hati, saatnya kita memberikan asupan untuk makanan jasmani. Namun sebelum itu, perlu disadari bahwa jasmani kita bisa menyesuaikan pengeluaran dengan keadaan, apabila keadaan tersebut baik-baik saja. Kata baik-baik saja saya tulis sebagai pengingat bahwa suatu saat nanti situasi pasti berubah.

Oleh karena itu, investasi atau yang dalam pengalaman saya sebut sebagai investing menjadi langkah ketiga. Alasan yang paling utama kenapa saya letakkan investing pada langkah yang ketiga adalah karena pada dasarnya, kita dapat melakukan sedikit penghematan di keseharian kita. Karena menurut saya, membeli gaya hidup itulah yang mahal.

Investing bisa menjadi jalan keluar yang tanpa kita duga akan bermanfaat di kemudian hari. Metode investasinya bisa berbagai macam, tergantung dengan minat dan keinginan kita. Sekadar menabung di celengan juga salah satu bentuk investasi.

Kalau saya saat ini sedang belajar untuk investasi reksadana. Dalam hal ini investasi di pasar uang, obligasi atau saham. Karena preferensi tertentu pula, saya memilih saham syariah. Tetapi investasi bukan hanya tentang media kita berinvestasi, tetapi juga bagaimana keuntungannya di kemudian hari.

Misalnya saja saya yang masih belajar bermain investasi saham saat ini hanya menginvestasikan 100.000 tiap bulannya. Itupun sudah cukup untuk mendapatkan tabungan di kemudian hari. Saya rasa sebagai generasi milenial punya banyak cara kreatif dalam berinvestasi. Saham atau tabungan deposito bisa menjadi salah satu opsi. Kalau teman-teman punya investasi yang menarik untuk milenial yang “uangnya masih sedikit dan ingin cepat kaya” bisa dibagikan di kolom komentar.

Terakhir tentu saja adalah spending atau menghabiskan. Setelah kita menyisihkan uang kita di awal untuk berbagi dan menabung, saatnya menggunakannya untuk keperluan sehari-hari. Sekali lagi, planning dan alokasi yang sebelumnya kita buat serta skala prioritas harus dilakukan ya. Ingat temen-temen bahwa yang mahal itu adalah membeli gaya hidup, kita bisa menjadikan diri kita kaya atau bermental kaya.

Pandemi covid-19 telah mengubah banyak persepsi orang. Mengelola uang dengan baik akan memberikan kemudahan bagi kita di kemudian hari. Uang yang kita miliki akan jauh lebih bermanfaat apabila kita menginvestasikannya untuk kebahagiaan orang lain dan diri kita sendiri. Pandemi ini akan menjadi ajang latihan mengelola uang bagi teman-teman milenial dan kebersamaan serta kekompakan kitalah yang akan membuahkan hasil kemenangan atas pandemi ini. Sehat selalu buat teman-teman semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun