Mohon tunggu...
Rayhan Dwi Aprizal
Rayhan Dwi Aprizal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Dibalik Layar livestream: Ketika AI Mengancam Kreator Konten

15 Desember 2024   09:00 Diperbarui: 14 Desember 2024   09:36 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia livestreaming yang dulunya meriah dan penuh interaksi kini dihantui bayang-bayang teknologi canggih yang berpotensi disalahgunakan: Artificial Intelligence (AI). Perkembangan AI yang pesat, alih-alih membawa manfaat, justru membuka celah bagi oknum tak bertanggung jawab untuk melancarkan aksi yang merugikan konten kreator, bahkan menghancurkan karier dan reputasi yang telah susah payah dibangun.

Salah satu momok paling menakutkan adalah deepfake. Teknologi ini mampu memalsukan wajah dan suara seseorang dengan sangat meyakinkan, bahkan secara real-time saat livestream berlangsung. Bayangkan seorang gamer sedang asyik bermain, tiba-tiba muncul potongan video yang menampilkan dirinya mengucapkan kata-kata kasar, rasis, atau bahkan melakukan tindakan kriminal. Padahal, semua itu hasil rekayasa AI. Sekejap mata, citra yang telah dibangun bertahun-tahun bisa hancur lebur.

Tak hanya deepfake, AI juga bisa digunakan untuk menciptakan bot komentar yang menebar kebencian, ujaran provokatif, atau bahkan berita bohong di kolom chat. Interaksi yang tadinya sehat dan membangun komunitas, berubah menjadi ajang perundungan dan penyebaran informasi sesat. Kreator pun harus berjuang keras membersihkan "sampah" digital ini, yang tentu sangat melelahkan dan membuang waktu.

Ancaman lain yang tak kalah serius adalah pencurian identitas visual. AI dapat dilatih untuk meniru gaya, karakter, bahkan tampilan seorang VTuber atau kreator dengan ciri khas tertentu. Hal ini tidak hanya merugikan secara finansial karena hilangnya potensi pendapatan, tetapi juga merusak orisinalitas dan keunikan yang menjadi daya tarik kreator tersebut. Penonton pun bisa bingung dan sulit membedakan mana kreator asli dan mana tiruan.

Lebih jauh lagi, dampak penyalahgunaan AI ini tak hanya sebatas kerugian materi. Dampak psikologis bagi korban bisa sangat mendalam. Stres, kecemasan, rasa tidak aman, bahkan depresi bisa menghantui kreator yang menjadi korban deepfake atau serangan bot. Kepercayaan diri dan motivasi untuk terus berkarya pun bisa hilang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun