Sistem penilaian yang sangat absurd ini dibuat semakin tidak masuk akal lagi dengan adanya "nilai katrol" yang biasa diberikan oleh para guru. Nilai katrol adalah nilai yang sudah dinaikkan agar bisa memenuhi atau bahkan melebihi batas KKM. Dengan kebutuhan KKM yang sangat tinggi tersebut, para guru tidak punya pilihan lain selain mengatrol nilai murid mereka dengan memberikan "nilai kasihan" atau pity score kepada mereka, yaitu nilai yang pas dengan KKM agar murid mereka bisa lulus dan mereka sebagai guru juga terlihat kompeten dalam mengajar.Â
Bagaimana? terdengar lucu bukan? Lalu apa artinya nilai yang sudah diraih dengan susah payah oleh para pelajar jika pada akhirnya nilai tersebut bukan "nilai bersih" mereka?Â
Bukankah dari awal adanya sistem penilaian dalam setiap pelajaran adalah untuk menjadi tolak ukur kemampuan pelajar? Jika pada akhirnya seperti ini, bukankan tujuan dari sistem penilaian itu sendiri tidak akan tercapai?
Pada akhirnya, sistem pendidikan di Indonesia tidak lebih dari sekadar ladang kecurangan yang menyesatkan bagi seluruh pelajar di Indonesia.Â
Tidak aneh jika banyak sekali masyarakat di Indonesia yang sekarang hobi melakukan kecurangan, tidak aneh jika banyak sekali berita mengenai pejabat-pejabat Indonesia yang seringkali berbohong di dalam setiap kampanye mereka, dan sangat tidak aneh juga jika masa depan Indonesia tidak akan pernah membaik jika kita masih melestarikan sistem penilaian yang absurd ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H