Mohon tunggu...
Rayhan Ahmad
Rayhan Ahmad Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Orang biasa yang menghabiskan hidupnya didepan komputer tenggelam dalam permainanya

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Malam Jumat di Rumah Tua

20 September 2024   17:43 Diperbarui: 20 September 2024   17:44 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://chatgpt.com/c/66ed5118-25ac-8000-984e-afac95caf23a

Di sebuah desa terpencil yang diliputi kabut tebal, berdirilah sebuah rumah tua yang telah lama ditinggalkan. Orang-orang desa menyebutnya "Rumah Arwah" karena berbagai kisah mengerikan yang selalu menyelimuti bangunan itu. Setiap malam Jumat, orang-orang desa menahan diri untuk melewati jalan di depan rumah itu. Tidak ada yang berani mendekat, karena mereka percaya ada sesuatu yang bangun setiap malam Jumat, menanti dengan kelaparan yang tak tertahankan.

Malam itu, hujan turun perlahan, menambah suram suasana desa. Angin malam mendesir dingin, membawa aroma basah dari tanah dan dedaunan yang gugur. Namun, bagi Rudi, pemuda yang baru pindah ke desa itu, kisah-kisah tentang rumah tua tersebut terdengar seperti takhayul belaka.

"Mana mungkin ada hantu," gumamnya dalam hati, sambil melangkahkan kaki ke depan rumah tua itu. Dia merasa tertantang oleh cerita-cerita penduduk desa dan berniat membuktikan bahwa semuanya hanyalah mitos. Rudi membuka pagar berkarat yang berdecit panjang, memecah keheningan malam. Tangannya sedikit gemetar, tapi ego dan rasa ingin tahunya memaksa dia untuk terus melangkah.

Begitu dia memasuki halaman, hawa dingin yang aneh mulai menyelimuti tubuhnya. Rudi mengabaikannya dan terus melangkah menuju pintu depan rumah. Pintu kayu itu terlihat seperti akan runtuh kapan saja, dengan cat yang mengelupas dan tercium bau lembab yang menusuk hidung. Dengan ragu, dia menyentuh gagang pintu yang terasa lebih dingin daripada biasanya.

Ketika pintu terbuka, ruangan di dalam gelap gulita. Lampu senter dari ponselnya bergetar di tangannya, memancarkan sinar lemah yang hanya bisa menyinari sedikit ruangan. Debu tebal memenuhi udara, dan lantai kayu berderit di bawah langkah kakinya. Tiba-tiba, dia merasakan sesuatu yang aneh: udara di dalam rumah itu terasa berat, seperti menekan dadanya, dan suara desah lembut seperti napas seseorang terdengar samar-samar.

"Siapa di sana?" tanyanya, suaranya terdengar lebih pelan daripada yang ia niatkan. Tidak ada jawaban. Namun, desahan itu semakin jelas, seolah ada seseorang yang berdiri sangat dekat dengannya.

Tiba-tiba, dari arah lantai atas terdengar bunyi langkah kaki pelan, seperti seseorang yang berjalan dengan hati-hati. Rudi merinding. Dia tahu dia sendirian di rumah itu. Jantungnya mulai berdegup kencang. Mungkinkah ada orang lain di sini?

Baca juga: Bayangan di Jendela

Rudi memutuskan untuk naik ke lantai atas. Tangga kayu tua itu berderit keras di setiap pijakannya, seakan tidak pernah disentuh selama bertahun-tahun. Saat ia mencapai lantai atas, koridor panjang yang gelap menyambutnya. Udara di sini lebih dingin daripada di lantai bawah, dan bau busuk seperti bangkai mulai tercium kuat.

Lalu, di ujung koridor, dia melihatnya.

Sosok wanita. Berpakaian serba putih dengan rambut panjang yang menjuntai menutupi wajahnya. Tubuhnya kaku, namun pelan-pelan bergerak, seperti boneka yang ditarik oleh tali yang tak terlihat. Rudi terdiam, tak mampu bergerak, tubuhnya terpaku oleh ketakutan yang luar biasa.

Wanita itu berbalik perlahan, dan Rudi bisa melihat matanya. Matanya hitam pekat, tanpa bola mata, menatap langsung ke arahnya. Wajahnya pucat seperti mayat, dan bibirnya merekah seolah-olah tersenyum dingin.

Tanpa peringatan, wanita itu melayang cepat ke arah Rudi. Jeritannya memecah keheningan malam, suara yang begitu nyaring dan penuh penderitaan. Rudi mundur dengan panik, tubuhnya gemetar hebat, tapi kakinya seperti tertancap di lantai. Sosok itu semakin mendekat, napasnya terasa dingin di leher Rudi, dan tiba-tiba, segalanya menjadi gelap.

Rudi tersentak terbangun di luar rumah. Kakinya penuh lumpur, tubuhnya gemetar dan keringat dingin mengalir di pelipisnya. Tidak ada wanita, tidak ada rumah tua. Namun, di dadanya terasa sesuatu yang dingin, seperti tangan tak terlihat yang mencengkeram jiwanya, menariknya ke dalam kegelapan.

Dia mencoba untuk bangkit dan pergi, tetapi kakinya tak mau bergerak. Saat itulah, di kejauhan, dari dalam rumah tua yang kini tampak lebih jauh, terdengar suara desahan lagi. Desahan itu memanggil, seolah menuntut kehadirannya kembali.

Rudi menyadari bahwa malam Jumat ini tidak akan berakhir begitu saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun