Mohon tunggu...
Rayhan Ahmad
Rayhan Ahmad Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Orang biasa yang menghabiskan hidupnya didepan komputer tenggelam dalam permainanya

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Bayangan di Jendela

17 September 2024   10:49 Diperbarui: 17 September 2024   10:53 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pinterest.com/Kirin

Perlahan, suara lain mulai terdengar dari lantai bawah. Suara derit kayu, seperti ada sesuatu yang bergerak. Dina mendengarkan dengan seksama. Suara itu seperti langkah kaki, tapi terdengar lebih berat, lebih lambat. Kreeeek... kreeek... Suara itu semakin mendekat, menuju tangga yang mengarah ke lantai atas, tempat kamarnya berada.

Dengan napas yang semakin berat, Dina berusaha mengumpulkan keberaniannya. Dia meraih gagang pintu kamar, memutarnya dengan hati-hati, lalu mengintip ke koridor gelap. Tidak ada apa-apa. Tapi suara itu jelas, datang dari bawah. Langkah berat yang menyeret sesuatu di sepanjang lantai kayu tua. Dina tahu rumah ini sudah tua dan seringkali mengeluarkan suara-suara aneh, tapi ini... ini berbeda.

Ketika suara itu semakin dekat, Dina mundur ke dalam kamarnya, menutup pintu perlahan, dan memasang kunci. Jantungnya berdetak lebih cepat, seolah-olah ingin melompat keluar dari dadanya. Dia menempelkan telinganya ke pintu, mendengarkan. Suara langkah itu berhenti tepat di luar pintu kamarnya. Ada seseorang---atau sesuatu---di sana.

Terdengar suara napas berat. Tidak mungkin, pikir Dina, tubuhnya mulai gemetar hebat. Dia mengintip ke bawah pintu, mencoba melihat bayangan kaki. Tidak ada apa-apa, tapi dia bisa merasakan kehadirannya. Ada sesuatu di sana, sesuatu yang besar, sesuatu yang tidak manusiawi.

Tiba-tiba, pintu kamarnya bergetar, seperti ada yang memukulnya keras dari luar. TOK! TOK! TOK! Dina menahan napas, mulutnya tertutup oleh tangannya sendiri agar tidak berteriak. Tapi ketakutan itu terlalu besar. Tubuhnya menggigil, matanya mulai berair. Apapun itu, ia mencoba masuk.

Dengan suara napas yang semakin berat di luar pintu, tiba-tiba semuanya hening. Dina menunggu dalam keheningan yang mencekam, berharap apa pun yang ada di luar telah pergi. Tapi lalu terdengar suara lain---sesuatu yang lebih mengerikan. Sebuah bisikan, lembut tapi mengerikan, masuk ke dalam telinganya seakan langsung berbicara ke dalam pikirannya.

"Aku sudah lama menunggumu."

Dina menjerit, tapi jeritannya teredam oleh rasa takut yang luar biasa. Tiba-tiba, pintu kamarnya berderit terbuka perlahan, dan hawa dingin menyusup ke dalam ruangan. Dalam kegelapan yang tebal, dia bisa melihat sosok bayangan besar itu berdiri di ambang pintu, melangkah masuk tanpa suara. Wajahnya... atau apa pun yang ada di sana, tersembunyi di balik kegelapan yang pekat.

Dina terjatuh ke lantai, kakinya terasa lumpuh oleh ketakutan. Bayangan itu mendekat, perlahan, hingga hanya beberapa inci dari tubuhnya. Sosok itu berjongkok di depan Dina, lalu mengulurkan tangannya yang panjang dan kurus. Jari-jari hitamnya bergerak perlahan, hampir menyentuh pipinya.

Dalam detik-detik terakhir sebelum kesadarannya hilang, Dina hanya bisa mendengar satu hal lagi---sebuah bisikan yang berulang-ulang, semakin pelan, semakin menyeramkan.

"Aku sudah lama menunggumu... dan sekarang, kau milikku."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun