Mohon tunggu...
Rayhana Fakhira
Rayhana Fakhira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiwa Departemen Biologi FMIPA UI

Hallo!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mengenal Biota Laut: Si Kecil yang Bercahaya di Laut Dalam

26 Desember 2021   22:02 Diperbarui: 26 Desember 2021   22:10 661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Myctophum punctatum merupakan salah satu jenis Lanternfish yang dapat menghasilkan emisi cahaya atau bioluminescence pada beberapa bagian tubuhnya dengan adanya pembentukan reaksi senyawa tertentu oleh organ fotofor yang dimiliki oleh Lanternfish, sehingga ikan ini disebut dengan ikan lentera yang dapat memancarkan cahaya seperti lampu. 

Karakteristik Umum

Lanternfish yang termasuk ke dalam Family Myctophidae merupakan spesies kecil yang dapat ditemukan di lapisan mesopelagic pada kedalaman 225 m hingga 750 m. Lanternfish memiliki tubuh kecil yang berkisar antara 2 cm hingga 30 cm dengan kantung renang yang menyebabkan struktur tubuh ikan ini terlihat kaku. Warna tubuh Lanternfish yang berada pada lapisan mesopelagic umumnya berwarna hitam kecoklatan, sedangkan Lanternfish yang berada di wilayah laut yang lebih dalam memiliki warna tubuh keperakan dengan bagian sisik yang berwarna kebiruan. Lanternfish sangat mendominasi wilayah laut dalam karena jumlah spesies ikan ini lebih banyak ditemukan dibanding dengan jenis ikan yang lainnya. Hal ini disebabkan karena Lanternfish dapat bereproduksi dalam jangka waktu yang cepat dan menghasilkan telur yang banyak dalam satu siklus reproduksi. Kandungan biomassa yang tinggi pada Lanternfish juga dapat digunakan sebagai penyedia nutrisi bagi lingkungan, sehingga Lanternfish memiliki peranan sebagai produsen bagi organisme lainnya pada wilayah perairan dalam.

Gambar 1. Tubuh berwarna keperakan dengan sisik berwarna biru | Sumber: fishbase.org
Gambar 1. Tubuh berwarna keperakan dengan sisik berwarna biru | Sumber: fishbase.org
Gambar 2. Tubuh berwarna hitam kecoklatan | Sumber: fishbase.org
Gambar 2. Tubuh berwarna hitam kecoklatan | Sumber: fishbase.org
Habitat dan Penyebaran

Lanternfish tersebar luas di wilayah perairan Samudera Atlantik pada lapisan laut dalam mesopelagic hingga ke permukan epipelagic. Lanternfish merupakan salah satu organisme dengan kelimpahan yang paling tinggi pada lapisan mesopelagic. Lanternfish dikategorikan sebagai hewan oceanodromous atau merupakan hewan yang melakukan migrasi di perairan laut. Persebarannya yang luas menjadikan Lanternfish sebagai penyedia biomassa dengan jumlah yang tinggi pada perairan tropik pelagis. Hal tersebut menyebabkan Lanternfish memiliki peranan penting sebagai penghubung antara produsen sekunder dengan tingkat trofik di atasnya.

Gambar 3. Persebaran Lanternfish | Sumber: iucnredlist.org
Gambar 3. Persebaran Lanternfish | Sumber: iucnredlist.org
Adaptasi  

Lanternfish memiliki strategi hidup yang berbeda dengan organisme lainnya, mereka merupakan ikan karnivora yang bertahan hidup di perairan dangkal ketika pada siang hari yang bertujuan untuk menghindari predator. Kondisi perairan dangkal yang jarang ditemukan sumber makanan menyebabkan Lanternfish perlu bermigrasi ke permukaan ketika pada malam hari untuk mencari sumber makanan. Lanternfish memiliki beberapa adaptasi pada pola migrasinya. Pola migrasi tersebut dikategorikan menjadi 3 jenis, yaitu migran kuat, migran lemah, dan nonmigran. Lanternfish dengan kemampuan migrasi yang kuat dapat melakukan perjalanan laut secara vertikal untuk mencapai lapisan epipelagik pada saat malam hari, sedangkan Lanternfish dengan kemampuan migrasi yang lemah hanya dapat melakukan perjalanan laut secara vertikal dengan pergerakan yang terbatas di dalam air. Lanternfish yang tidak memiliki kemampuan beradaptasi hanya akan hidup di lapisan perairan yang sama pada waktu siang dan malam hari tanpa melakukan pergerakan vertikal.

Gambar 4. Migrasi vertikal Lanternfish pada malam hari | Sumber: Baker 2014
Gambar 4. Migrasi vertikal Lanternfish pada malam hari | Sumber: Baker 2014
Kondisi lingkungan pada lapisan mesopelagic yang gelap akibat kurangnya intesitas cahaya yang masuk dapat memengaruhi kemampuan visual pada Lanternfish. Kondisi tersebut menyebabkan Lanternfish perlu melakukan adaptasi untuk menghasilkan cahaya yang digunakan pada saat bermigrasi menuju permukaan. Cahaya yang dihasilkan oleh Lanternfish disebut dengan bioluminescence. Lanternfish memiliki dua organ fotofor dalam menghasilkan bioluminescence, yaitu fotofor ventral dan fotofor primer. Fotofor primer tersusun dalam pola khusus di bagian tubuhnya dengan berbagai ukuran dan bentuk yang berbeda pada pangkal ekor, kepala, dan badan.

Gambar 5. Distribusi organ fotofor di bagian kepala, badan, dan ekor Lanternfish | Sumber: Klepadlo et al. 2014
Gambar 5. Distribusi organ fotofor di bagian kepala, badan, dan ekor Lanternfish | Sumber: Klepadlo et al. 2014
Pola fotofor yang berbeda-beda tersebut digunakan sebagai ciri khas untuk mengenali setiap spesies tertentu. Bioluminescene yang terbentuk dapat digunakan oleh Lanternfish untuk mencari mangsa, menyamarkan diri terhadap predator, dan berkomunikasi antar spesies serta kelompok. Ketika Lanternfish bermigrasi menuju permukaan, bioluminescence yang dipancarkan oleh fotofor ventral dapat membantu untuk menyamarkan tubuhnya terhadap predator. Warna tubuhnya akan tersamarkan dengan intensitas downwelling yang dihasilkan dari pantulan cahaya bulan, sehingga akan membentuk bayangan siluet yang sulit untuk dilihat oleh predator yang berada di bawah.

Gambar 6. Pola fotofor yang berbeda-beda pada setiap spesies Lanternfish | Sumber: amnh.org
Gambar 6. Pola fotofor yang berbeda-beda pada setiap spesies Lanternfish | Sumber: amnh.org
Reproduksi

Selain digunakan dalam mencari mangsa dan menghindari predator, bioluminescence yang dihasillkan oleh Lanternfish juga digunakan dalam mencari pasangan untuk bereproduksi. Proses pemijahan pada Lanternfish betina berlangsung selama sepanjang tahun. Lanternfish betina akan melepaskan telurnya secara bebas di perairan yang terbuka dan kemudian proses pembuahan akan dilakukan oleh jantan secara eksternal. Lanternfish betina dapat memproduksi sebanyak 8-900 telur dalam sekali bereproduksi dengan distribusi larva Lanternfish yang terjadi disekitar musim semi atau musim dingin. Telur yang telah menetas menjadi larva kemudian akan kembali menuju perairan laut dalam. Hal ini dapat dilakukan oleh larva Lanternfish karena larva tersebut telah memiliki organ fotofor kecil yang dapat membantu perjalanannya dalam kondisi gelap.

Gambar 7. Perkembangan larva Lanternfish | Sumber: Olivar et al. 1999
Gambar 7. Perkembangan larva Lanternfish | Sumber: Olivar et al. 1999

Ancaman

Berdasarkan IUCN, Lanternfish dikategorikan sebagai organisme Least Concern (LC) dengan jumlah kelimpahan yang tinggi di perairan sekitar, meskipun jumlahnya yang melimpah di perairan, tetapi ikan ini berpotensi mengalami eksploitasi secara komersial. Kandungan biomassa yang tinggi pada Lanternfish dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan manusia. Hal ini menyebabkan terjadinya eksploitasi pada Lanternfish akibat terdapat peningkatan permintaan terhadap nutrisi yang dibutuhkan oleh manusia.

Gambar 8. Eksploitasi Lanternfish secara komersial dengan pukat hela | Sumber: Greenpeace
Gambar 8. Eksploitasi Lanternfish secara komersial dengan pukat hela | Sumber: Greenpeace
Nutrisi yang terkandung di dalam Lanternfish dapat digunakan untuk menyediakan bahan baku industri makanan, seperti tepung ikan dan minyak ikan. Penangkapan Lanternfish yang berada di wilayah pelagis dengan menggunakan pukat hela dapat menyebabkan kerusakan pada ekosistem perairan pelagis karena ikan lantera yang tertangkap merupakan jenis Lanternfish yang sedang bermigrasi.

Gambar 9. Produk berbahan baku Lanternfish | Sumber: infofish.org
Gambar 9. Produk berbahan baku Lanternfish | Sumber: infofish.org

Daftar Acuan

de Busserolles, F., & N.J. Marshall. 2017. Seeing in the deep-sea: visual adaptations in lanternfishes. Phiolosophical Transactions Royal Society B 372: 1-9.

Flynn, A.J., & J.R. Paxton. 2012. Spawning aggregation of the lanternfish Diaphus danae (family Myctophidae) in the north-western Coral Sea and associations with tuna aggregations. Marine and Freshwater Research 63: 1255-1271.

Flynn, A.J., & A. Williams. 2012. Lanternfish (Pisces: Myctophidae) biomass distribution and oceanographic-topographic associations at Macquarie Island, Southern Ocean. Marine and Freshwater Research 63: 251-263.

Hulley, P. 2015. Myctophum punctatum. The IUCN Red List of Threatened Species. 1 hlm. https://www.iucnredlist.org/species/190453/15587713, diakses pada 19 Desember 2021 pk 13.39 WIB. 

Klepadlo, C., C.M. Rochman, & P. Davison. 2014. Report of Myctophum phengodes (Teleosteoi: Myctophidae) with Extraneous Photophores. The American Society of Ichthyologist and Herpetologist 1: 106-108.

Olivar, M.P., H.G. Moser, & L.E. Beckley. 1999. Lanternfish larvae from the Agulhas current (SW Indian Ocean). Scientia Marina 63(2): 101-120.

Shaviklo, A.R. 2020. A Comprehensive Review on Animal Feed, Human Food and Industrial Application of Lanternfishes; from Prototypes to Products. Turkish Journal of Fisheries and Aquatic Science 20(11): 827-843.

Turner, J.R., E.M. White, M.A. Collins, J.C. Partridge, & R.H. Douglas. 2009. Vision in lanternfish (Myctophidae): Adaptations for viewing bioluminescence in the deep-sea. Deep-Sea Research I 56: 1003-1017.

Valinassab, T., G.J. Pierce, & K. Johannesson. 2007. Lantern fish (Benthosema pterotum) resources as a target for commercial exploitation in the Oman Sea. Journal of Applied Ichtyology 23: 573-577.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun