Mohon tunggu...
Rayhan Abi Priyanto
Rayhan Abi Priyanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi 23107030111 UIN Sunan Kalijaga

Saya memiliki sebuah hobi mendengarkan musik, juga mengikuti berita Tentang ototomotif Seperti motor, mobil dan lain sebagainya

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Sapi Peranakan Ongole (PO): Raksasa Nusantara

22 Juni 2024   09:57 Diperbarui: 22 Juni 2024   10:12 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yogyakarta, yang dikenal dengan kekayaan budayanya, juga memiliki tradisi panjang dalam peternakan sapi, khususnya Sapi Peranakan Ongole (PO). Sapi PO, yang terkenal dengan kekuatan dan ketahanannya, kini memiliki varian jumbo yang semakin menarik perhatian para peternak. Artikel ini akan mengeksplorasi bagaimana peternak muda dan tua di Yogyakarta memandang sapi PO jumbo dan peran tradisi dalam praktik peternakan mereka.


Sapi PO merupakan hasil persilangan antara sapi lokal dengan sapi Ongole dari India. Sapi ini telah menjadi bagian integral dari kehidupan agraris di Yogyakarta. Sapi PO jumbo, yang merupakan hasil seleksi dan pengembangbiakan khusus untuk menghasilkan ukuran yang lebih besar, semakin diminati karena potensi ekonominya yang tinggi.

H. Poniran (55), seorang peternak senior di daerah Banguntapan, berbagi pandangannya tentang sapi PO jumbo. "Sejak kecil, saya sudah terbiasa dengan sapi PO. Mereka kuat dan tahan terhadap penyakit. Sapi PO jumbo ini adalah perkembangan yang baik, tapi tetap saja, perawatan mereka lebih menantang karena ukuran tubuhnya yang besar," ujarnya.

Menurut H. Poniran, sapi PO telah menjadi bagian dari tradisi keluarganya. "Di masa muda saya, sapi bukan hanya tentang uang. Mereka bagian dari budaya dan kehidupan sehari-hari. Ada banyak ritual yang kami lakukan, seperti selamatan ketika sapi melahirkan. Ini adalah bagian dari warisan yang ingin saya teruskan ke anak-anak saya," tambahnya.

H. Poniran juga mencatat bahwa meskipun sapi PO jumbo memberikan hasil daging yang lebih banyak, mereka memerlukan pakan yang lebih banyak dan tempat yang lebih luas. "Ini tantangan bagi peternak tradisional yang terbiasa dengan cara lama. Namun, dengan teknologi modern, kita bisa mengatasinya," katanya.

Di sisi lain, Heru(28), seorang peternak muda yang baru beberapa tahun terjun ke dunia peternakan sapi PO jumbo, memiliki pandangan yang sedikit berbeda. "Saya melihat sapi PO jumbo sebagai peluang besar. Dengan manajemen yang baik, kita bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Saya menggunakan teknologi untuk membantu pemeliharaan dan pengembangbiakan mereka," jelas Heru.
Heru, yang juga aktif di media sosial, memanfaatkan platform tersebut untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang peternakan sapi PO jumbo. "Saya percaya bahwa kita harus beradaptasi dengan perkembangan zaman. Teknologi memberikan kita banyak kemudahan, seperti sistem pakan otomatis dan aplikasi untuk memantau kesehatan sapi," katanya.

Namun, Heru juga mengakui pentingnya menjaga tradisi. "Meskipun saya menggunakan teknologi modern, saya tetap menghargai tradisi yang diwariskan oleh orang tua saya. Kami masih melakukan upacara-upacara kecil untuk menghormati sapi kami, seperti yang dilakukan oleh generasi sebelumnya," ujar Heru.

Tradisi memainkan peran penting dalam peternakan sapi di Yogyakarta. Baik peternak muda maupun tua menyadari nilai-nilai budaya yang terkait dengan sapi PO. Ritual dan upacara seperti selamatan, yang bertujuan untuk memohon keberkahan dan kesehatan bagi sapi, masih dipertahankan oleh banyak peternak.

Dr. Sari, seorang antropolog budaya dari Universitas Gadjah Mada, menjelaskan bahwa sapi bukan hanya komoditas ekonomi bagi masyarakat Yogyakarta. "Sapi PO, khususnya varian jumbo, menjadi simbol kesejahteraan dan prestise bagi peternak. Tradisi-tradisi yang terkait dengan sapi ini mencerminkan hubungan yang mendalam antara manusia dan hewan ternak mereka," jelasnya.
Peternakan sapi PO jumbo memang menawarkan peluang ekonomi yang besar, namun juga disertai tantangan yang tidak sedikit. Ukuran tubuh yang besar memerlukan perawatan khusus dan biaya pakan yang lebih tinggi. Selain itu, pengelolaan limbah dan kesehatan sapi juga menjadi perhatian utama.

Namun, dengan penerapan teknologi modern dan manajemen yang baik, tantangan ini dapat diatasi. Peternak muda seperti Heru telah membuktikan bahwa adaptasi terhadap perkembangan zaman dan pemanfaatan teknologi dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi.
H. Poniran menambahkan, "Saya senang melihat generasi muda yang bersemangat dan inovatif. Mereka membawa angin segar dalam dunia peternakan. Namun, saya harap mereka tetap menjaga dan menghargai tradisi yang telah diwariskan oleh leluhur kita."
Sapi PO jumbo di Yogyakarta bukan hanya sekedar hewan ternak, tetapi juga bagian dari tradisi yang kaya akan nilai-nilai budaya. Peternak muda dan tua memiliki pandangan yang berbeda, namun keduanya sepakat bahwa menjaga keseimbangan antara tradisi dan inovasi adalah kunci keberhasilan dalam peternakan sapi PO jumbo. Dengan memadukan kearifan lokal dan teknologi modern, peternak di Yogyakarta dapat menjaga warisan budaya sambil meraih kesejahteraan ekonomi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun