Mohon tunggu...
Rayhan Abi Priyanto
Rayhan Abi Priyanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi 23107030111 UIN Sunan Kalijaga

Saya memiliki sebuah hobi mendengarkan musik, juga mengikuti berita Tentang ototomotif Seperti motor, mobil dan lain sebagainya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjaga Tradisi Pengolahan Daging Kurban Terbaik di Yogyakarta

17 Juni 2024   20:14 Diperbarui: 17 Juni 2024   20:38 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap tahun, masyarakat Yogyakarta merayakan Idul Adha dengan semangat yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Pengolahan daging qurban di kota budaya ini bukan hanya sekadar ritual keagamaan, tetapi juga sebuah tradisi yang kaya akan nilai sosial dan kultural. Berikut ini adalah penjelasan mendalam tentang bagaimana masyarakat Jogja mengolah daging qurban dengan sentuhan tradisi yang khas.

Di berbagai kampung di Yogyakarta, Khususnya di Kampung Dahromo  proses penyembelihan qurban dilaksanakan dengan sangat hati-hati dan penuh khidmat. Salah satu warga, Pak Sudiro, yang telah berpengalaman lebih dari dua puluh tahun dalam penyembelihan hewan qurban, menceritakan pentingnya mematuhi syariat Islam dalam setiap langkah penyembelihan. "Proses penyembelihan harus dilakukan oleh orang yang paham betul dengan aturan Islam. Selain itu, alat yang digunakan harus tajam dan bersih. Ini tidak hanya soal agama, tapi juga soal menghormati hewan yang dikurbankan," ujar Pak Sudiro.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Setelah penyembelihan, daging qurban kemudian dipotong-potong sesuai dengan ketentuan. Setiap bagian daging memiliki pemanfaatan tersendiri, yang diatur dalam syariat dan juga tradisi lokal.
Pengolahan daging qurban di Yogyakarta sering kali masih menggunakan cara-cara tradisional. Mak Rini, seorang ibu rumah tangga yang sering terlibat dalam kegiatan ini, menjelaskan bahwa pengolahan daging qurban tidak hanya sebatas memasak, tetapi juga melibatkan banyak aspek budaya dan kebersamaan. "Setelah daging dibagi-bagi, biasanya kami akan memasak bersama-sama. Ada yang membuat sate, ada yang membuat gulai, dan ada juga yang membuat tongseng. Semua dilakukan dengan gotong royong," kata Mak Rini.
Penggunaan bumbu dan rempah-rempah tradisional menjadi kunci dalam pengolahan daging qurban. Bumbu seperti kunyit, ketumbar, lengkuas, dan daun salam memberikan cita rasa khas yang tidak hanya lezat, tetapi juga menyehatkan.

Setelah daging diolah, langkah berikutnya adalah pendistribusian kepada masyarakat. Tradisi di Yogyakarta menunjukkan bahwa daging qurban tidak hanya dibagikan kepada yang membutuhkan, tetapi juga sebagai bentuk tali silaturahmi antar warga. "Setiap tahun, kami memastikan bahwa tidak ada yang terlewatkan. Baik yang mampu maupun yang kurang mampu, semua mendapatkan bagian. Ini adalah momen untuk berbagi dan mempererat hubungan antarwarga," ungkap Pak Sugiyanto, ketua RT di  kampung Dahromo.
Proses pendistribusian biasanya dilakukan dengan melibatkan pemuda-pemudi setempat. Mereka membantu mengantarkan daging ke rumah-rumah warga, yang juga menjadi ajang untuk mengajarkan nilai-nilai kebersamaan dan tanggung jawab sosial kepada generasi muda.

Namun, di balik semua keindahan tradisi ini, terdapat tantangan yang dihadapi. Salah satunya adalah masalah kebersihan dan sanitasi. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah dan berbagai organisasi masyarakat telah berupaya untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kebersihan selama proses pengolahan daging qurban. "Dulu, tempat penyembelihan dan pengolahan kadang kurang memperhatikan aspek kebersihan. Tapi sekarang, kami sudah mulai membiasakan diri untuk lebih memperhatikan sanitasi, termasuk menyediakan air bersih dan tempat sampah yang memadai," jelas Pak Widodo, seorang tokoh masyarakat.

Selain itu, ada juga tantangan dalam hal distribusi yang merata. Kadang-kadang, ada wilayah yang mendapatkan lebih banyak, sementara yang lain kurang. Untuk mengatasi hal ini, koordinasi antar RT dan RW menjadi sangat penting.

Meski banyak tantangan, semangat menjaga tradisi tetap kuat di kalangan masyarakat Yogyakarta. Nilai-nilai seperti gotong royong, kebersamaan, dan berbagi menjadi inti dari setiap kegiatan pengolahan daging qurban. "Yang terpenting dari semua ini adalah kebersamaan. Bukan hanya soal dagingnya, tapi bagaimana kita semua bisa berkumpul, bekerja sama, dan berbagi kebahagiaan. Itulah yang membuat tradisi ini terus hidup," pungkas Mak Rini dengan senyum.

Pengolahan daging qurban di Yogyakarta adalah cerminan dari kekayaan budaya dan semangat kebersamaan yang selalu dijaga oleh masyarakatnya. Melalui tradisi ini, warga tidak hanya menjalankan ibadah, tetapi juga memperkuat ikatan sosial yang menjadi fondasi kuat bagi komunitas mereka. Sebuah tradisi yang terus diwariskan dari generasi ke generasi, membawa serta nilai-nilai luhur yang tak lekang oleh waktu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun