Puasa Arafah, yang dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah, memiliki tempat istimewa dalam tradisi Islam. Hari ini, yang bertepatan dengan wukuf di Arafah bagi para jamaah haji, dianggap sebagai salah satu hari paling suci dalam kalender Islam. Puasa ini tidak hanya merupakan bagian dari ibadah tahunan, tetapi juga sarat dengan hikmah dan keutamaan yang mendalam bagi setiap Muslim.
Keutamaan utama dari Puasa Arafah adalah pengampunan dosa. Rasulullah SAW bersabda, "Puasa hari Arafah, aku berharap kepada Allah agar menggugurkan dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang." (HR. Muslim). Hadis ini menekankan betapa besar rahmat Allah yang diberikan kepada hamba-Nya yang berpuasa pada hari ini.
Dr. Hidayatullah, seorang ahli fiqh dan pengajar di sebuah universitas Islam terkemuka, menyatakan, "Puasa Arafah merupakan kesempatan emas bagi setiap Muslim untuk membersihkan diri dari dosa-dosa masa lalu dan mempersiapkan diri untuk menghadapi tahun mendatang dengan ketakwaan yang lebih baik. Ini adalah wujud dari kasih sayang Allah kepada umat-Nya."
Puasa Arafah juga menjadi momen untuk meningkatkan ketakwaan dan ketaatan kepada Allah. Melalui puasa ini, umat Islam diajak untuk merenungkan kebesaran Allah dan nikmat-Nya yang melimpah. Sebagai bagian dari ibadah di bulan Dzulhijjah, puasa ini melengkapi rangkaian ibadah yang meningkatkan kualitas spiritual seorang Muslim.
H. Suripto, seorang imam masjid dan penceramah Khotbah jumat, menjelaskan, "Selain pengampunan dosa, Puasa Arafah juga mendidik kita untuk menjadi lebih sabar dan ikhlas dalam menjalankan ibadah. Ini adalah latihan spiritual yang memperkuat hubungan kita dengan Allah dan mempersiapkan kita untuk menjalani hidup dengan lebih taat dan bersyukur."
Menjalankan Puasa Arafah juga merupakan bentuk kepatuhan kepada sunnah Rasulullah SAW. Dalam banyak riwayat, disebutkan bahwa Rasulullah senantiasa melaksanakan puasa ini dan menganjurkan umatnya untuk melakukannya. Mengikuti sunnah Rasulullah merupakan salah satu cara terbaik untuk menunjukkan kecintaan dan ketaatan kepada beliau.
"Ada kebahagiaan tersendiri ketika kita menjalankan ibadah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Puasa Arafah adalah salah satu dari ibadah sunnah yang memiliki banyak keutamaan, dan ini menunjukkan betapa pentingnya kita mengikuti teladan beliau," ujar Ust Suharjito, seorang ustadz  yang sering mengisi kajian keagamaan.
Puasa Arafah juga mengandung nilai-nilai sosial yang mendalam. Dengan menahan lapar dan haus, seorang Muslim diajak untuk merasakan penderitaan yang sering dialami oleh kaum fakir dan miskin. Hal ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa empati dan kepedulian sosial yang lebih tinggi.
"Puasa Arafah mengajarkan kita tentang pentingnya berbagi dan peduli terhadap sesama. Dengan merasakan lapar, kita menjadi lebih peka terhadap kondisi orang-orang di sekitar kita yang membutuhkan bantuan," kata Andi Kurniawan, seorang aktivis sosial yang aktif dalam kegiatan kemanusiaan.
Puasa Arafah juga memiliki peran sebagai persiapan spiritual untuk menyambut Idul Adha. Hari raya ini merupakan puncak dari rangkaian ibadah haji dan peringatan akan ketakwaan Nabi Ibrahim AS. Menjalankan puasa ini memberikan kesempatan bagi setiap Muslim untuk membersihkan hati dan jiwa, serta mempersiapkan diri dalam menyambut hari raya dengan penuh kesucian.
"Idul Adha adalah momen puncak dari ibadah haji dan kurban, dan puasa Arafah membantu kita untuk menyambutnya dengan hati yang bersih dan jiwa yang tenang. Ini adalah wujud persiapan yang sangat penting untuk menyambut hari besar tersebut," ungkap Ust Sulistyo, seorang Guru ngaji TPA Al Hidayatul'Ulum.