Chaos atau kekacauan, adakah manusia yang menginginkannya? Begitupula Order atau keteraturan, begitu banyak manusia yang menginginkannya. Tetapi mengapa ada kekacauan dan ada keteraturan?
Kekacauan dan keteraturan adalah satu kesatuan. Satu keseimbangan. Tanpa ada kekacauan tidak akan ada keteraturan, tanpa keteraturan tidak akan ada kekacauan.
Tetapi amat sangat disayangkan ketika manusia salah mengartikan apa itu kekacauan dan keteraturan. Mereka mulai menilai bahwa kekacauan adalah buruk dan keteraturan adalah baik. Kekacauan harus dihilangkan, keteraturan harus diciptakan. Dengan harapan bahwa dengan dicapainya keteraturan total maka perdamaian dapat dicapai.
Tidaklah salah perdamaian akan tercapai apabila keteraturan total dicapai, tetapi adalah sebuah perdamaian yang tidak alami. Perdamaian yang dipaksakan. Dan apapun yang dipaksakan akan berakibat kehancuran.
Tanpa manusia sadari, kehidupan tidak berasal dari keteraturan, melainkan dari kekacauan. Asal mula terciptanya jagad raya tercipta dari kekacauan skala besar, Big Bang. Manusia lahir terjadi karena kekacauan. Tidak ada sperma yang berbaris mengantri untuk membuahi sel telur, melainkan berlomba saling bersaing, kekacauan diantara jutaan sperma untuk membuahi 1 sel telur. Manusia lahir menjerit meronta-ronta, tidak diam dan tenang. Kekacauan adalah kehidupan. Karena dengan adanya kekacauan hidup terus berlanjut. Suara bising, aktivitas, hiruk pikuk, dinamika kehidupan seluruh makhluk hidup adalah kekacauan. Tanpa ada kekacuan makhluk hidup tidak bergerak, tidak berkembang. Segala sesuatu yang tidak bergerak atau berkembang akan mati. Itu adalah sifat alami, dan apabila segala kehidupan bersumber dari Tuhan maka sifat Tuhan adalah kacau, bukan teratur.
Tetapi dari kekacauan terjadi keteraturan, keseimbangan terjadi. Walau isi jagad raya begitu kacau, bintang, planet, asteroid, meteor, lubang hitam, tetapi disekitarnya adalah kehampaan. Keseimbangan terjadi antara kekacauan dan keteraturan. Kehampaan adalah teratur, sifatnya statis, pasif tidak bergerak. Tidak seperti kekacauan yang terus bergerak. Keteraturan adalah mati dan kekacauan adalah hidup. Keseimbangan sifat alam.
Tetapi mengapa manusia terus mencari kehancuran dan kematian dalam upaya menciptakan keteraturan total? Tidak sadarkah mereka bahwa kekacauan dibutuhkan? Supremasi Ras, Supremasi agama, Supremasi Negara. Mereka menginginkan seluruh dunia takluk dan tunduk serta menuruti semua keteraturan yang mereka ciptakan. Teroris tidak menginginkan kekacauan, mereka menginginkan keteraturan. Mereka menginginkan keteraturan sesuai ideolgi mereka, dan apabila kekacauan tidak bisa dibuat teratur maka mereka musnahkan. Perang adalah hasil dari keteraturan bukan kekacauan.
Keteraturan total, bisa dibayangkan, semua manusia tidak ada dinamika, melakukan suatu tindakan yang sesuai dengan aturan yang berlaku, tidak ada perbedaan antara manusia satu dan yang lain. Bayangkan kalau seluruh manusia didunia berubah menjadi patung. Tidak akan ada peperangan, semuanya sunyi, tidak ada hiruk pikuk. DAMAI didunia tercipta, tapi apakah perdamaian tersebut alami? Tidakkah itu sama seperti kematian? Bahkan di padang pasir yang sepi tidaklah teratur total, maka dari itu ada kehidupan. Mengapa manusia menginginkan keteraturan total? Apakah ini sifat manusia yang menginginkan kehancuran dirinya? Mengapa mereka melawan kodrat alam? apakah karena manusia tidak alami?
Manusia membuat mesin, hewan dan tumbuhan tidak. Dengan kemampuan ini manusia membanggakan dirinya lebih hebat dari makhluk lain. Tetapi...mereka lupa. Dengan berbeda dengan makhluk lain menandakan bahwa manusia tidak alami. Tidak ada keseimbangan. Manusia tidak berusaha merangkul kekacuan dalam kehidupannya melainkan menghancurkannya dan menciptakan keteraturan. Mesin-mesin dan alat-alat adalah contoh mudah benda yang teratur. Mereka tidak hidup, karena mereka tidak kacau. Mereka didesain sedemikian rupa untuk menjadi teratur. Mereka diciptakan melakukan 1 fungsi dan tidak ada fungsi lain. Maukah manusia menjadi seperti itu?
Manusia bahkan melangkah lebih jauh lagi, dengan mengkelompokan bahwa keteraturan adalah sifat Tuhan dan kekacauan adalah sifat Iblis. Asal usul agama Monotheisme dimulai dari kepercayaan Zoroastrianisme. Satu Tuhan. Tetapi Tuhan mempunyai 2 sifat, Sifat Teratur dan Baik "Ahura Mazda" dan sifat Kacau dan Buruk "Angra Mainyu". Mereka bilang segala sesuatu yang baik berasal dari Ahura Mazda, seperti kehidupan, rasa senang. Dan terbalikannya, kematian, sakit, berasal dari Angra Mainyu. Tetapi itulah yang merangkai kehidupan. Keduanya tidak bisa dipisahkan. Tetapi manusia cenderung menginginkan yang baik tanpa memikirkan keseimbangan. Mereka tidak mau menerima penyakit, kelaparan, dll. Maka mereka tidak lagi mengakui satu Tuhan tetapi memisahkan persona Tuhan. Dimana Yang baik berada disisi terang adalah pengikut Tuhan, dan yang buruk disisi gelap adalah pengikut Iblis.
Dan akhirnya tanpa mereka sadari manusia bukan berusaha mewujudkan keseimbangan harmonisasi kekacauan dan keteraturan melainkan hanya menginginkan keteraturan dan memusnahkan kekacauan. Manusia terus menggali jurang kematian mereka sendiri dengan memperjuangkan keteraturan tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H