Kenapa Etika dan Etiket Sering Dianggap Sama?
Sekilas, etika dan etiket memang kelihatan mirip karena dua-duanya ngajarin kita untuk jadi manusia yang lebih baik di mata orang lain. Tapi, perbedaan mendasarnya ada di cakupan dan tujuannya.
Etika lebih ke prinsip yang ngebantu  buat jadi individu yang punya moral baik. Sedangkan etiket lebih seperti "aturan main" yang bikin kita nggak salah langkah di situasi tertentu. Jadi, meskipun keduanya saling melengkapi, mereka beda fungsi.
Etika dan Etiket Di Dunia Kerja
Kita ambil contoh di dunia kerja. Etika kerja itu lebih ke prinsip seperti: integritas, kejujuran, dan tanggung jawab. Kalau datang telat tiap hari atau nyolong ide rekan kerja buat dipresentasiin ke bos, itu berarti namanya melanggar etika kerja.
Sementara itu, etiket kerja lebih ke "cara bersikap" yang sesuai di kantor. Misalnya, gimana cara mengirim email formal, atau bahkan gimana cara duduk di meeting biar nggak keliatan santai banget kayak lagi di kafe. Etiket bikin terlihat lebih profesional dan nggak bikin orang lain risih.
Di Dunia Digital, Etika dan Etiket Juga Berlaku
Zaman sekarang, etika dan etiket juga berlaku di dunia maya alias digital. Etika digital, misalnya, ngajarin untuk nggak nyebar hoax, nggak body-shaming orang di komentar Instagram, atau nggak nge-spam grup WhatsApp keluarga pake broadcast jualan. Ini semua tentang gimana berinteraksi dengan orang lain secara online tanpa ngerugiin mereka.
Sedangkan etiket digital lebih ke aturan praktis seperti gimana cara bikin email yang proper, kapan waktu yang pas buat kirim pesan kerja (jangan jam 11 malam, please), atau gimana cara menanggapi DM tanpa terkesan kasar. Etiket bikin komunikasi di dunia digital lebih smooth. Coba deh inget-inget, pernah nggak salah kirim emoji atau pakai capslock semua waktu chat? Itu hal kecil yang kalau nggak dipikirin bisa bikin percakapan jadi awkward dan memberi kesan kurang baik.
Kenapa Harus Peduli?