Ketika poros HPA teraktifkan, otak akan mengeluarkan hormon yang merangsang kelenjar adrenal melepaskan hormon adrenal (hormon stres) untuk mengkoordinasi respon lawan atau lari (fight or flight).Â
Hormon adrenal juga menekan kerja sistem imun untuk dapat melindungi cadangan energi tubuh. Contoh mudahnya, ketika kita terinfeksi kuman sehingga demam tinggi dan pada saat bersamaan tiba-tiba seekor ular liar, yang entah darimana masuknya, mendekat ke arah kita.Â
Tubuh akan merespon dengan lari menghindar atau menggebuk melawan ular tersebut, karena otak menganggap ancaman ular lebih berbahaya. Tubuh menghentikan perlawanan terhadap penyebab demam dan merespon ular dengan pertimbangan apa gunanya tidak demam tapi mati terpatuk ular.
Poros HPA yang teraktifkan dapat mengganggu kemampuan berpikir jernih. Dalam kondisi emergensi, semakin cepat memproses informasi, semakin tinggi kemungkinan untuk bertahan hidup.Â
Pengolahan informasi di pusat sadar otak, pusat pertimbangan, dan logika lebih lambat dibanding aktivitas refleks tubuh. Hal tersebut disebabkan antara lain akibat berkurangnya aliran darah menuju pusat berpikir sadar, sementara aliran darah menuju pusat refleks meningkat.
Kepanikan bisa saja mematikan logika, akal sehat, dan hati nurani. Namun, apakah kematian ketiganya akibat dibunuh kepanikan atas virus Corona?
Atau apakah ketiganya sebenarnya sudah sejak lama mati tapi bangkainya baru ketahuan?
Semoga kita semua selalu terjaga kewarasannya. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H