Mohon tunggu...
Raya Azzikra Malewa
Raya Azzikra Malewa Mohon Tunggu... Lainnya - xi ips 1 (28)

-

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pahlawanku

20 November 2020   17:55 Diperbarui: 20 November 2020   18:00 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Perkenalkan, namaku Deni. Aku tinggal di salah satu daerah di kota Yogya. Sekarang aku sedang menempuh pendidikan Ilmu Psikologi di salah satu universitas favorit di kota Yogya.

Aku adalah anak tunggal yang kini hanya memiliki orang tua tunggal, yaitu ibuku. Kakak ku tidak bernafas saat dia baru saja dilahirkan dan ayahku meninggalkan aku dan ibu berdua saat aku masih duduk di bangku kelas 2 SMA. Aku sangat terpukul waktu itu, untung aku mempunyai ibu yang tegar dan hebat, dia selalu memberiku semangat untuk tidak terus-menerus termenung terhadap kematian ayah.

"Nak, ibu tau kamu sangat terpukul saat kehilangan ayah. Tapi mungkin ayah disana ingin melihat anaknya bisa melawan rasa kesedihan itu dan bangkit untuk bisa terus melangkah kedepan". kata ibu menemaniku di sudut kamar.

"Ibu pun merasa sangat kehilangan ayah. Tapi ibu tidak mau membebani ayah dengan terus terhanyut dalam kesedihan nak" sambungnya.

"Tapi a-aku tidak yakin bisa melangkah lagi tanpa semangat dari ayah, bu" jawabku tersedu dalam pelukan ibu

"Ibu yakin dan percaya, kamu pasti bisa. Ibu akan selalu ada disini untuk membantu kamu melangkah, bahkan ayah pun disana pasti yakin kamu bisa melewati semua ini" jawab ibu sambil meneteskan air mata.

Beberapa waktu pun berlalu, aku pun diterima di universitas yang aku impikan dengan mengambil jurusan Ilmu Psikologi. Ini semua terjadi berkat doa kedua orangtuaku.

Setelah semua itu, akupun berkemas barang barang untuk keberangkatanku ke kota Yogya besok subuh. Namun, di sela malam aku termenung memikirkan ibu. Awalnya aku ragu untuk mengambil kesempatan ini, mengingat aku harus meninggalkan ibuku sendirian. Saat malam hari, tiba-tiba, adayang mengetuk pintu kamarku.

"Nak, kamu sudah tidur? ibu boleh masuk?" suara ibu dibalik pintu

"Belum bu, masuk aja pintunya enggak aku kunci" balasku

Lalu ibu masuk dan melihatku yang sedang memikirkan sesuatu, Ibu menghampiriku sambil membawakan coklat panas untukku.

"Ini buat kamu" ibu memberi sambil duduk di kasurku.

"Kamu sedang memikirkan apa, nak" tanya ibu kepadaku

"Aku enggak memikirkan apa-apa kok,bu" jawabku

"Ibu bisa melihat dari matamu, nak. Kalau kamu sedang banyak pikiran kamu bisa cerita ke ibu" tanya ibu.

"Aku hanya sedang memikirkan jika aku pergi kuliah di Yogya, berarti aku harus meninggalkan ibu disini sendiri" jawabku dengan mata yang berkaca-kaca. "Aku sejujurnya tidak mau meninggalkan ibu sendiri sendiri. Jika ibu terjadi apa-apa, aku tidak bisa membantu ibu" sambungku dengan airmata yang berjatuhan.

"Ya Allah, nak. Ibu tinggal sendiri disini tidak apa-apa, lagi pula nanti ada mbak yang akan menemani dan menjaga ibu. Jadi kamu harus pergi untuk menggapai cita-citamu, dan kamu tidak perlu khawatirkan ibu disini, ya." balas ibu dengan memelukku.

Keesokan harinya akupun minta doa dan pamit pergi pada ibu untuk melanjutkan pendidikanku di kota orang. Dalam perjalanan aku bergumam dalam hati sambil melihat pemandangan dari jendela kereta.

"Ternyata benar, hal-hal yang ibu ajarkan padaku melalui nasihatnya mungkin tidak akan ku temukan di manapun. Terimakasih, pahlawan ku, aku berjanji akan membanggakan dan membahagiakan ibu selagi nafasku mashi berhembus." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun