Mohon tunggu...
Raya Adil Nawangsit
Raya Adil Nawangsit Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Amikom Purwokerto Jurusan Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Wirausahawan Sosial Sejati di Desa Susukan Purwokerto

7 Januari 2025   20:39 Diperbarui: 7 Januari 2025   20:39 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto sosok Rigih

( Sumber: Dinas Perpustakaan Daerah Banyumas)

Pria yang bertubuh kurus dengan model potongan rambut cepaknya ini, sebelumnya pernah menjalani kehidupan di Kecamatan Tambak Banyumas. Lalu, ia sekarang pindah menjadi warga Desa Susukan Purwokerto. Jatuh bangun ia lakukan demi menjaga senyum anak-anak di Desa Susukan yang kelak nantinya menjadi bingkai penerus bangsa. Lelah dan keringat menetes di tubuh bukan menjadi halangan Rigih ketika ia sebelumnya, menjadi pendiri jurnalis desa. Perjalanan Rigih menjadi pionir terbentuknya jurnalis desa di tahun 2017. Tetapi, takdir berkata lain, jurnalis desa yang ia bangun tidak bertahan lama kini tinggal menjadi kenangan bagi dirinya dan Desa Susukan di Purwokerto. 

Padahal, semangat dia sebelumnya membara karena ia berharap mampu menggali potensi yang nantinya pasti bermanfaat untuk banyak orang. Tetapi, semangatnya tidak pernah gelap, membuat dirinya memantapkan untuk membuka kembali pintu keberkahan yang sebelumnya tutup. Melalui Taman Baca yang menyatu dengan tempat dimana ia berlindung dari teriknya panas matahari dan tetesan air hujan bersama keluarganya bukan di tempat terpisah seperti sebelumnya.

Foto media permainan yang disediakan oleh Rigih (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Foto media permainan yang disediakan oleh Rigih (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

" paling 10 sampai 15 orang mas tidak seperti dulu lumayan cukup banyak kita awalnya memang membuka les gratis bahasa inggris dan matematika untuk anak SD kita awalnya melihat banyak yang tertarik untuk datang kesini belajar tapi kita masih kekurangan bahan bacaan dan waktu itu juga kita hanya punya koleksi pribadi untuk anak-anak saya sendiri tetapi saya melihat banyak anak-anak lain datang kesini aku juga jadi berpikir bagaimana agar anak-anak juga jadi merasakan manfaat dari membaca dari sini saya mantap kembali buka lagi Taman Baca di awal tahun 2024 yaitu bulan februari yang sebelumnya sempat tutup." ucap rigih

Ide cerdasnya untuk membuat Desa Susukan semakin menyala dengan tidak hanya dari warna-warni potensi alamnya saja namun, taman baca ini juga, menyimpan perjuangan dibaliknya, pernah tak menetap seperti saat ini yang sebelumnya berada di pendopo balai Desa Susukan. Kemudian, berpindah ke Taman Lazuardi hingga redup sejenak. Tekad yang kuat memantapkan diri menyatukan Taman Baca dengan tempat ia berteduh dari teriknya matahari dan tetesan air hujan dari sang pencipta.  

                                                                                     

   Rak buku di taman baca yang menyatu dengan               rumah Rigih (Sumber: Dokumentasi Pribadi)                   
   Rak buku di taman baca yang menyatu dengan               rumah Rigih (Sumber: Dokumentasi Pribadi)                   

Rigih juga berkata 

" saya dulu juga punya cerita pas dulu waktu SD diminta untuk kumpul sore-sore kaya semacam les saya waktu itu bawa beberapa majalah ternyata teman-teman saya dulu tertarik banget majalah itu makannya saya ketika dewasa dan banyak anak-anak kesini saya lihat kayanya sama kisahnya kaya aku pas dulu karena desa masih seperti ini saja akhirnya saya buka Taman Baca ini waktu itu memang sempat ditutup karena ada beberapa perpindahan lokasi membuat tidak efektif taman bacanya dan pada akhirnya sekarang berada di rumah saya kembali buka lagi dengan harapan anak-anak Desa Susukan bisa banyak mengetahui banyak dunia melalui buku disini."

anak yang sedang membaca di rumah Rigih sekaligus taman baca ( Sumber: Dokumentasi Pribadi)
anak yang sedang membaca di rumah Rigih sekaligus taman baca ( Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Dering suara hp terdengar, tanda ada pesan masuk ke handphone melihat respon orang tua ketika menanyakan kapan dibuka kembali taman baca ini. Beberapa permainan tradisional juga ia cetak dari uang kantong pribadinya. Tak hanya itu, pria yang juga mengambil jurusan ilmu pemerintahan saat kuliah ini, selalu ada cara yang melintas di otaknya seperti berencana membuat taman baca ini bisa belajar dunia peternakan sekaligus perkebunan agar para orang tua dan para anak bisa membekas di hati dari taman baca yang ia dirikan.

Taman baca ini, bisa kita kunjungi tak jauh dari pusat kota sekitar 20 menit dari Alun-Alun Purwokerto. Melintasi jalanan yang lumayan harus cukup hati-hati karena ada jalan yang rusak sedikit. Tapi tak perlu khawatir, semuanya aman dapat dilalui oleh kendaraaan roda dua maupun roda empat dan pastinya akan terbayar lunas dengan pemandangan asri dari sawah dan perkebunan milik warga Kecamatan Sumbang. Objek wisata, yang bisa kita rasakan sensasinya ketika pulang dari taman baca ini ataupun bisa langsung ke Taman Lazuardi yang lokasinya tak jauh dari tempat ini hanya 2 menit saja. Hadirnya Taman Baca Ini juga membuat lengkap sudah kekayaan potensi Desa Susukan menjadi lebih dikenal dimata Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah Banyumas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun