Bukan aku ingin menganggap lumrah penyelewengan seksual semacam itu. Aku hanya ingin mengatakan bila itu adalah sebuah realita kehidupan yang tak pernah punah sejak jaman purba sampai kiamat nanti. Hanya bedanya, dulu kita melakukannya dengan penuh kejujuran (atau keluguan ya..?), sedangkan sekarang penuh kepalsuan. Latar belakang pendidikan tinggi dan pemahaman agama tak menjamin orang itu bisa manis luar dalam.
Kalo kita bisa berbuat buruk dalam kejujuran tanpa konflik, kenapa kita memaksakan diri untuk berbuat baik dalam kepalsuan yang hanya akan menuai masalah di akhirnya. Hidup ini hanya sekali, jadi nikmatilah sebaik-baiknya. Carilah cara agar bisa damai lahir batin sampai akhir hayat. Bukan hanya nikmat sesaat yang meninggalkan luka sepanjang hidup.
Buat temanku, kejarlah cintamu dengan baik walau mungkin tidak dibenarkan. Toh kebenaran hanyalah sebuah kata yang ambigu dan berbeda makna untuk setiap orang. Tidak ada kebenaran yang absolut. Yang ada hanyalah kebetulan dan kebetulan...
Ini sekedar wacana dan opini pribadi. Kesimpulannya, silakan dibuat dalam pemikiran masing-masing.
Terima kasih, teman...
Salam
Rwn
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H