Mohon tunggu...
Rawi Wahyudiono
Rawi Wahyudiono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lebih dari 25 tahun pengalaman di dunia Information Technology
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hobby travelling, bertualang, bermusik sambil jualan server (HP, Dell, IBM), ERP Odoo, Storage, Networking, system mesin antrian http://rawiwahyudiono.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Cara PRAKOM Mengantisipasi Pelemahan Nilai Tukar Rupiah

29 September 2022   20:42 Diperbarui: 29 September 2022   20:50 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berdasarkan website klik BCA per hari ini. Kamis 29 September 2022, rupiah di penutupan bertengger di posisi Rp 15.265 per dolar AS dan ini melampaui prediksi beberapa analis pasar keuangan yang memperkirakan bisa tembus sampai Rp 15.200 per dolar AS   

Tercatat tren pelemahan rupiah sudah dimulai sejak bulan Maret hingga Rabu kemarin saat rupiah berakhir di Rp 15.260/US$, rupiah sudah merosot nyaris 3% (cnbc Indonesia, 29/09/2022)

Sebagai seorang pedagang komputer, printer, peralatan networking dll yang sering melakukan import barang dari luar negeri menggunakan mata uang USD maka kenaikan saat ini sangat mengganggu sekali biarpun kami sudah antisipasi jauh-jauh hari mengenai kenaikan ini apalagi semenjak perang Rusia vs Ukraina yang juga belum kelihatan kapan akan berakhir

Kejadian ini sebetulnya sudah dirasakan semenjak the fed menaikkan suku bunga yang berimbas kepada nilai tukar rupiah terhadap dolar yang semakin loyo.

Beberapa langkah berikut ini yang PRAKOM lakukan agar bisa survive ditengah kondisi perubahan kurs yang tidak menentu

  • Menggunakan nilai tukar lebih tinggi dari yang ada di pasaran, misal saat ini 1 USD = Rp. 15.256 maka untuk perhitungan transaksi digunakan Rp. 15.500 per 1 USD
  • Masa berlaku penawaran dibikin lebih pendek untuk mengantisipasi kenaikan
  • Negosiasi dengan supplier untuk menggunakan kurs USD yang lebih manusiawi

Kondisi seperti ini sudah pernah juga kami alami di tahun-tahun krisis terutama tahun 1998, 2010 dimana kurs naik sangat tinggi jadi kami yakin hal seperti ini pasti akan cepat berlalu

Tetapi kondisi saat ini sedikit berbeda, menjadi semakin menantang karena pelemahan rupiah terjadi setelah adanya kenaikan harga BBM dan setelah 2 tahun masa covid 19. 

Istilahnya lagi enak-enaknya menikmati growth penjualan dan sekarang harus injak rem lagi karena kenaikan USD belum lagi ditambah 2 tahun ke depan masa-masa pemilu yang juga tidak kalah serunya dengan kondisi saat ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun