musik datang tanpa henti. Setiap hari, ribuan lagu baru muncul, dan tantangan terbesar bukan lagi soal menemukan musik, tapi memilih mana yang ingin kita dengarkan. Dua cara utama yang ditawarkan platform digital adalah playlist buatan manusia (kurator) dan playlist berbasis algoritma. Keduanya punya kelebihan, tapi mana yang lebih unggul?
Di era streaming,
Sentuhan Manusia dalam Playlist Kurator
Playlist kurator dibuat dengan pendekatan editorial. Ini bisa dikerjakan oleh tim di platform streaming, label rekaman, media musik, hingga individu yang punya selera kuat dalam memilih lagu. Keunggulan utama playlist ini adalah konteks. Pilihan lagu tidak hanya didasarkan pada pola dengar, tapi juga mempertimbangkan relevansi budaya, tren, serta mood yang ingin disampaikan.
Kurator juga punya insting yang tidak dimiliki oleh sistem otomatis. Mereka bisa memasukkan lagu-lagu dari musisi baru yang mungkin belum memiliki banyak data pemutaran, tapi memiliki kualitas yang layak mendapat perhatian. Ini sebabnya banyak musisi independen menggantungkan harapan pada playlist editorial di Spotify, Apple Music, atau Deezer---karena masuk ke dalamnya bisa menjadi titik awal untuk ditemukan lebih banyak pendengar.
Kecerdasan Algoritma dalam Menyusun Playlist
Sementara itu, playlist berbasis algoritma bekerja dengan cara yang berbeda. Sistem ini menganalisis kebiasaan mendengarkan, lagu-lagu yang sering diputar, bahkan lagu yang dilewati, lalu menyusun rekomendasi yang dipersonalisasi. Contohnya adalah Discover Weekly dan Release Radar di Spotify, atau My Mix di YouTube Music.
Keunggulan algoritma terletak pada kecepatannya dalam beradaptasi. Playlist ini bisa berubah setiap minggu, bahkan setiap hari, mengikuti pola dengar pengguna. Jika seseorang sedang sering memutar musik elektronik, kemungkinan besar algoritma akan memasukkan lebih banyak lagu dari genre yang sama ke dalam daftar putar berikutnya.
Namun, ada satu kelemahan besar: algoritma cenderung mengulang pola yang sama. Jika terlalu bergantung pada playlist berbasis AI, pendengar bisa terjebak dalam lingkaran musik yang itu-itu saja. Tidak ada kejutan, tidak ada eksplorasi, hanya lagu-lagu yang dianggap "aman" berdasarkan riwayat mendengar sebelumnya.
Mana yang Lebih Baik?
Pada akhirnya, playlist kurator dan algoritma memiliki perannya masing-masing. Playlist kurator menawarkan sentuhan manusiawi dan kejutan-kejutan menarik yang tidak bisa ditebak oleh sistem otomatis. Sementara itu, playlist algoritma memberikan kenyamanan dengan pilihan lagu yang selalu sesuai dengan kebiasaan pendengar.
Bagi yang suka eksplorasi dan ingin menemukan sesuatu yang segar, playlist kurator masih menjadi pilihan yang lebih menarik. Namun, bagi yang ingin pengalaman mendengarkan tanpa repot memilih, algoritma bisa menjadi solusi yang praktis. Yang jelas, keduanya bisa saling melengkapi---dan pada akhirnya, musik tetap soal bagaimana kita menikmatinya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI