Mohon tunggu...
Dr. Ravinjay Kuckreja
Dr. Ravinjay Kuckreja Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan Filsuf

Dr. Ravinjay Kuckreja adalah dosen Ilmu Agama dengan fokus pada Hinduisme, Kebudayaan Bali, filsafat Vedānta dan Antropologi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Kitab Suci Weda Bagi Umat Hindu

18 Juni 2024   15:56 Diperbarui: 18 Juni 2024   16:22 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagian-Bagian Weda dari Staal, 2009

Tradisi Hindu mengakui Weda:
Hindu penuh dengan keragaman kepercayaan, bahkan dengan teologi, atau pemahaman Ketuhanan yang sangat berbeda. Tetapi hampir semua tradisi Hindu mengakui Weda. Mereka yang mengakui Weda dianggap tradisi yang ortodoks atau  "astika". Yang tidak mengakui Weda dianggap sebagai heterodoks atau "nastika", walaupun mereka berakar dari konteks India kuno yang sama. Oleh karena itu, Brian K. Smith menyatakan bahwa "Hinduisme adalah agama para manusia yang menciptakan, melestarikan, dan mentransformasikan tradisi dengan referensi yang legitimasinya berdasarkan otoritas Weda" (Smith, 1989:13-14) Dengan kata lain, Weda mengambil peran penting dalam membentuk tradisi-tradisi yang dapat dikatan Hindu.

Apakah Weda merupakan sebuah buku?
Weda memiliki banyak bagian di dalamnya. Masing-masing dari keempat Weda memiliki empat bagian, dengan panjang dan isi yang beragam. Weda adalah suatu kompilasi dan oleh karena itu, isinya bervariasi dan terdiri dari banyak bagian. Namun, demi memudahkan, anggaplah bagian-bagian ini sebagai bab-bab dari sebuah buku. Jadi Rig Weda, misalnya, memiliki empat bagian dengan berbagai bab lain di dalamnya. Buku Rig Weda kemudian dibagi menjadi dua, bagian yang membahas ritual menjadi karma-kanda dan bagian yang membahas filosofi menjadi jnana-kanda atau Wedanta.

Didengar/Ditulis pada Periode Weda:
Kumpulan pustaka suci Weda dianggap sebagai naskah agama tertua di dunia yang masih bertahan dan diyakini diwahyukan kepada para resi. Oleh karena itu Weda dikenal sebagai "sruti", atau 'yang didengar'. Mantra-mantra Weda diwariskan secara lisan dan pengucapannya dilestarikan melalui berbagai teknik intonasi, gerakan tangan dan pengulangan. Oleh karena itu, teks tertulis tidak sepenting suara suci dari Weda itu sendiri. Weda lalu dituliskan pada 1500-500 SM selama masa yang disepakati oleh para cendekiawan sebagai Periode Weda.  Pada saat yang sama di Yunani, ada para filsuf-filsuf termuka seperti Plato dan Aristoteles, pada masa kejayaan peradaban Yunani dan Romawi. Konon katanya bahwa awalnya Weda ini dilestarikan secara lisan, dari guru ke murid. Lalu Dewa Wisnu menjelma sebagai Resi Wyasa untuk menulis pengetahuan ini dalam bentuk teks. Tetapi menurut para penganut Weda, pustaka suci Weda dianggap "apauruseya", tanpa penulis manusia.

Bagian-Bagian Weda dari Staal, 2009
Bagian-Bagian Weda dari Staal, 2009

Penyusun Weda:
Lahir dari pasangan petapa Parasara dan Satyawati di sekitar 1500 SM, Resi Wyasa diberi nama Krsna Dwaipayana. Kemahiran intelektual dan kedalaman spiritualnya memberi dia gelar "Wyasa", yang berarti 'pengatur' atau 'penyusun'. Ia memainkan peran penting dalam melestarikan Weda dengan membaginya menjadi empat bagian dan ia dipuji sebagai penulis Brahma-Sutra dan delapan belas Purana. Ia juga dipercayai sebagai inkarnasi dari Dewa Wisnu.

Bagian dan Isi Weda:
Sebagian besar isi Weda menjabarkan tentang ritual-ritual yang dilakukan oleh pendeta-pendeta di India. Tiga Weda pertama, Rig, Yajur, dan Sama, mencatat tentang korban-korban suci tersebut. Weda keempat, Atharwa, berisi kumpulan sajak dan mantra dan ditulis di masa setelah kodifikasi tiga kitab awal. Tiap-tiap empat Weda tersebut memiliki empat bagian; Samhita (petunjuk ritual), Brahmana (risalah ritual), Aranyaka ("Buku Hutan" yang menguraikan ritual), dan Upanisad (tujuan filosofis ritual). Tampaknya Samhita adalah bagian awal Weda yang mula-mula ada, sementara bagian-bagian yang lain digabungkan belakangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun