Mohon tunggu...
Manzila Manzila
Manzila Manzila Mohon Tunggu... -

nanti ya...kalau sudah banyak yang keren-keren yang bisa dituliskan...sebentar lagi....sabar....

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Donna Donna: Donnalysis

31 Juli 2010   00:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:26 3343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

On a Weagon bound the market

There's a calf with a mournful eye

High above him there's a swallow

Winging swiftly through the sky

How the winds are laughing

They laugh with all they might

Laugh and laugh the whole day through

And half the summers night

(Chorus)

Donna Donna Donna Donna

Donna Donna Donna Don

Donna Donna Donna Donna

Donna Donna Donna Don

"Stop complaining!" Said the farmer

Who told you a calf to be?

Why don't you have wings to fly with

Like the swallow so proud and free?

Calves are easily bound and slaughtered

Never knowing the reason why

But whoever treasures freedom

Like the swallow has learned to fly

Ini adalah terjemahan versi saya untuk Donna Donna-nya Joan Baez :

Di sebuah gerbong yang membatasi pasar

Ada seekor anak sapi dengan mata yang berduka.

Jauh tinggi diatasnya ada seekor burung layang layang,

mengepakkan sayap dengan cepat melintasi angkasa.

Betapa angin angin itu tertawa,

mereka tertawa sekuat mereka.

Tertawa dan tertawa sepanjang hari,

serta separuh malam musim panas.

Donna Donna Donna Donna,

Donna Donna Donna Don,

Donna Donna Donna Donna,

Donna Donna Donna Don.

"Berhentilah mengeluh!",kata si Petani.

Siapa suruh jadi anak sapi?

Kenapa tak kau punyai sayap untuk terbang?

Seperti burung layang layang, sangat bangga dan bebas.

Anak anak sapi mudah diikat dan dibunuh

tanpa tahu alasannya

Tapi siapapun yang mencari kebebasan,

seperti burung layang layang, harus belajar terbang.

Saya tahu, saya tidak dapat memberi penafsiran yang tepat untuk lagu ini. Saya sama sekali tidak tahu apa yang pencipta lagu ini rasakan, juga apa yang ingin dia sampaikan waktu menulis lagu ini. Apa yang saya tulis disini hanya sebatas penafsiran pribadi. Apa pendatpat saya tentangnya dan apa yang saya rasakan waktu mendengarnya.

Saya pertama kali mendengar lagu ini ketika saya menonton film Gie di bioskop bersama seorang teman saya (sebenarnya kami tak bisa dibilang menonton bersama, sebab dia tertidur). Dinyanyikan oleh Ira (Sita Nursanti), sambil memetik gitar di sebuah malam kesenian. Saya rasa lagu ini cukup enak didengar, dan saya cukup penasaran dengan liriknya. Setelah dapat liriknya, saya membacanya dirumah, mencoba mengerti, dan inilah yang saya dapatkan :

Lagu ini intinya tentang kebebasan. Tentang hak kita menentukan pilihan. Tentang keharusan kita bergerak, melakukan sesuatu, bukannya menyerah atau lebih parah lagi pasrah. Lagu ini tentang ketidakberdayaan, dan bagaimana kita mengubahnya.

Bait pertama lagu ini melukiskan dua sisi, kelemahan dan kekuatan. Anak sapi mewakili kelemahan, sementara burung layang layang melambangkan kekuatan dan lebih tepat lagi kebebasan. Yang saya tangkap, ada perbedaan yang begitu timpang. Si Burung bisa membuktikan diri, punya kekuatan dan pencapaian. Sementara Si Anak Sapi dihadapkan pada kelemahan dirinya dan penyesalan terhadap kelemahan itu.

Dalam bait kedua diceritakan, betapa Si Anak Sapi telah ditertawakan oleh lingkungannya. Terus-menerus, lingkungan Si Anak Sapi menghinanya atas kelemahannya. Di bait ketiga alias chorusnya, saya kurang begitu bisa mengartikan apa arti kata Donna. Kalau dilihat dari penulisannya yang menggunakan huruf kapital di awal, Donna bisa diartikan tempat atau nama orang. Tapi masalahnya di bait bait selanjutnya, orang atau tempat yang bernama Donna ini tidak disinggung singgung lagi, pembahasan lagu ini kembali ke Si Burung dan Si Anak Sapi. Menurut saya, Donna ini hanya semacam bunyi saja. Tapi entah....

Langsung saja ke bait keempat. Menurut saya, di bait inilah kita bisa menemukan inti lagu ini. Inti yang sudah saya sebut sebelumnya. Sebenarnya kita sama sekali tidak diijinkan mengeluh. "Siapa suruh jadi anak sapi?" Kalimat itu menyatakan bahwa sebenarnya kita punya pilihan. Kitalah yang menentukan mau jadi Si Burung atau Anak Sapi. Kita yang menentukan apa yang kita miliki, kalau kita bisa punya sayap dan terbang bebas, kenapa harus diam terikat? Apa tindakan kita, itulah yang menentukan siapa kita. Itulah pilihannya, bertindak atau diam, memilih lemah atau kuat dan bebas seperti burung layang layang? Bait ini menjelaskan kita tidak dipasung takdir.

"Who told you a calf to be?" , bisa juga diartikan: "Siapa yang menentukan kamu itu jadi anak sapi?" dan saya pikir jawabannya tidak ada. Tidak ada yang menentukan kita menjadi ini atau itu. Kita tidak ditentukan, tapi kita mencari. Hidup ini sebuah pencarian, perubahan, kearah yang lebih baik tentunya. Hidup ini bukan cuma menjalani apa yang ditentukan, hidup ini juga butuh keputusan, butuh pilihan, mau jadi orang yang seperti apakah kita?

Dan tentang mengeluh, yang saya tangkap dari lagu ini, mengeluh itu tidak perlu, tidak penting. Yang penting adalah, berubah, berbuat, bertindak, memilih yang lebih baik. Sehingga, pada akhirnya kita bebas, menjadi seseorang yang kita pilih dan kita ingini, dan kita bisa berbangga untuk itu, seperti burung layang layang.

Bait kelima, menunjukkan kita tak boleh lemah seperti anak anak sapi yang mudah dibatasi, mudah dihilangkan, dihancurkan tanpa dia tahu kenapa, dan tanpa dia menyadarinya. Bodoh sekali, lemah tapi tidak sadar akan kelemahannya, bahkan tidak berbuat apapun untuk mengubahnya.

Tapi segalanya berbeda untuk orang orang yang menghargai, mau mengerti dan pelan pelan mengumpulkan sendiri kebebasannya. Dalam lagu ini mereka diakatakan seperti burung layang layang yang sudah belajar terbang. Mereka orang orang yang telah memilih, telah mengambil keputusan dan berusaha. Orang orang yang tahu siapa dirinya dan kini telah mendapat kebebasan dan kekuatannya.

Berikut kutipan dari buku Catatan Seorang Demonstran yang menegaskan apa arti lagu ini

Calves are easily bound and slaughtered. Never knowing the reason why

But whoever treasures freedom. Like the swallow has learned to fly

Intinya, kita tidak boleh menerima nasib buruk dan mengenggapnya sebagai jalan hidup yang telah ditentukan bagi kita, pasrah menerimanya sebagai sebuah kutukan...Kalau kita ingin hidup bebas, kita harus belajar terbang.

Begitulah, sekarang saya, berdasarkan pemahaman saya sendiri, merasa lagu ini punya makna yang cukup bagus. Sekarang saya tahu, dan sudah memutuskan untuk memilih jadi burung layang layang. Semoga saya, saya pasti bisa, begitupun anda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun