Konsep sustainability (Keberlanjutan) lingkungan erat kaitannya dengan pelestarian sumber daya alam yang mengacu pada kemampuan untuk memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi masa depan dalam memenuhi kebutuhan mereka. Salah satu aspek dalam konsep Sustainability adalah lingkungan (Marantha News, 2023). Keberlanjutan hidup manusia dari masa ke masa bergantung pada ekosistem yang sustainable. Â Â
Secara global, laut merupakan salah satu sektor komoditas dengan pertumbuhan tercepat karena potensinya yang besar dalam memenuhi kebutuhan pangan delapan miliar penduduk dunia. Oleh karena itu ekosistem laut harus dijaga dengan baik. Menjaga ekosistem laut dapat dilakukan dengan mempertahankan keseimbangan alaminya, melindungi keanekaragaman hayati, dan memastikan sustainable dari fungsi-fungsi ekosistem laut yang penting.
Pengetahuan tentang pengelolaan kualitas dan keamanan perikanan berkelanjutan masih belum dipahami oleh produsen makanan laut Indonesia. Upaya penerapan praktik terbaik juga sulit dilakukan karena minimnya ketersediaan teknologi pengelolaan berkelanjutan (Bappenas, 2014). Para pembudidaya ikan skala kecil juga lebih mementingkan aspek profitabilitas.Â
Produsen makanan laut yang hanya berorientasi terhadap keuntungan setiap produk yang diproduksi seringkali mengabaikan sustainable ekosistem laut. Penangkapan secara berlebihan dan penggunaan bahan kimia berbahaya seperti potasium sianida yang merusak ekosistem laut masih sering terjadi di Indonesia. Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang telah mengalami kerusakan ekosistem laut akibat penggunaan sianida (Irawati dkk, 2019).
Indonesia merupakan produsen makanan laut terbesar kedua di dunia seperti udang, lobster, dan rumput laut, dengan produksi yang meningkat dari tahun ke tahun, dari 2,16 juta ton pada tahun 2005 menjadi 15,46 juta ton pada tahun 2020 (BPS, 2020). Meski memiliki potensi besar, banyak produk seafood Indonesia yang ditolak pasar internasional karena masalah kualitas (Suadi & Kusano, 2019). Para produsen makanan laut juga kurang memperhatikan kualitas dari makanan laut yang tangkapnya.
Bahaya logam berat menduduki peringkat pertama yang menjadi penyebab penolakan dengan jumlah kasus dengan merkuri sebagai penyebab paling sering terjadi. Â Kandungan merkuri dalam produk perikanan tidak dapat dicegah dan dihilangkan sehingga tindakan pencegahannya melalui monitoring sebaran dan kandungannya (Irawati dkk, 2019).Â
Kadar merkuri dalam darah yang dianggap aman, yaitu kurang dari 5,8 mcg per liter. Untuk memperkecil peluang keracunan merkuri, kita dianjurkan  mengonsumsi ikan sebanyak 170 gram dalam satu minggu, kecuali ikan yang sudah diketahui memiliki merkuri tinggi (Nimas Mita Etika M, 2020, dalam https://hellosehat.com/nutrisi/tips-makan-sehat/mengurangi-paparan-kandungan-merkuri-dari-seafood/).Â
Oleh karena itu bagi para konsumen akan sangat bijak jika menerapkan sustainable consumption untuk mengantisipasi akumulasi merkuri yang terdapat pada produk ikan tertentu.Â
Sustainable consumption adalah meminimalkan penggunaan sumber daya alam dan bahan beracun serta emisi limbah dan polutan agar tidak membahayakan kebutuhan generasi mendatang (PBB, 1995). Definisi tersebut menekankan pentingnya minimalisasi konsumsi untuk mengurangi polusi dan limbah serta larangan penggunaan bahan berbahaya yang dapat merusak ekosistem.
Lebih lanjut lagi penerapan sustainable consumption dalam hal menjaga ekosistem laut dapat dilakukan dengan cara menerapkan sustainable seafood consumption.Â
Sustainable seafood consumption (Konsumsi makanan laut yang berkelanjutan) mengacu pada konsumsi makanan laut dalam jumlah yang cukup dan ditangkap atau dibudidayakan dengan cara yang tidak membahayakan populasi spesies yang ada dilaut (Anuar dkk, 2020). Jika diamati sustainable seafood consumption (makanan laut berkelanjutan) berperan penting dalam menciptakan ekosistem laut yang sustainable. Â Â
Tujuan dari gerakan sustainable seafood consumption (konsumsi makanan laut berkelanjutan) adalah untuk mengalihkan permintaan konsumen terhadap produk makanan laut yang lebih sustainable. Permintaan konsumen terhadap produk makanan laut yang sustainable merupakan faktor kuat yang mendorong produsen mematuhi kode etik tata kelola perikanan yang sustainable.
Produsen makanan laut berperan dalam menjaga ekosistem laut yang sustainable dan mendorong konsumsi sustainable seafood. Strategi yang dapat dilakukan oleh produsen untuk memungkinkan konsumen mengadopsi konsumsi makanan laut berkelanjutan dengan mudah adalah dengan Eco-labelling.Â
Makanan laut yang diberi tanda eco-labelling mengindikasi bahwa produk tersebut telah berhasil melewati analisis bahaya yang berdampak pada ekosistem laut, mematuhi peraturan pemerintah, dan memenuhi prosedur operasi standar sanitasi. Eco-labelling mendorong terwujudnya berbagai industri yang ramah lingkungan dan membangun kesadaran konsumen terhadap produk-produk yang ramah lingkungan (Anuar dkk, 2020).
Eco-labelling (label ramah lingkungan) muncul sebagai sebuah gerakan yang mendukung produksi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Pratik ini telah diterapkan pada negara-negara maju seperti Amerika untuk meningkatkan kualitas makanan laut yang beredar di pasar (Anuar, dkk).Â
Produsen bertanggung jawab dalam memberikan jaminan kualitas atas makanan laut yang dipasoknya. Hal ini juga mempermudah konsumen untuk menerapkan sustainable seafood consumption. Meningkatnya kesadaran global mengenai pentingnya sustainable seafood consumption dapat berdampak pada  pengurangan pola produksi yang tidak sustainable guna menciptakan ekosistem laut yang sustainable.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H