Mohon tunggu...
Rauhunt Octavia Ninsy
Rauhunt Octavia Ninsy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

i really admire somebody who can makes song. they so genius making lyric and melody is not easy :)))

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pembiayaan Akad Ba'i Istisna di Bank Syariah Serta Contohnya

8 Juni 2023   00:01 Diperbarui: 8 Juni 2023   00:12 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pengertian Akad Ba'i Istisna

Pembiayaan akad Bai' Istisna adalah salah satu jenis pembiayaan yang ditawarkan oleh bank-bank syariah. Istisna adalah akad yang digunakan dalam transaksi jual beli suatu barang yang masih dalam proses pembuatan atau produksi. Dalam konteks pembiayaan, akad Bai' Istisna memungkinkan nasabah untuk memperoleh pembiayaan guna memenuhi kebutuhan modal dalam proses pembuatan barang tertentu.

Proses pembiayaan akad Bai' Istisna di bank syariah umumnya melibatkan beberapa tahapan, sebagai berikut:

  1. Permohonan Pembiayaan: Nasabah mengajukan permohonan pembiayaan kepada bank syariah dengan menjelaskan rincian proyek atau barang yang akan diproduksi, besaran pembiayaan yang dibutuhkan, dan jadwal pengiriman.

  2. Penilaian Proyek: Bank akan melakukan penilaian terhadap proyek yang diajukan oleh nasabah, meliputi analisis keuangan, kelayakan proyek, dan potensi keuntungan yang dapat dihasilkan.

  3. Penyusunan Akad: Setelah proyek dinilai layak, bank dan nasabah akan menyusun perjanjian akad Bai' Istisna yang meliputi rincian harga, jangka waktu, pembayaran, dan klausul-klausul lain yang relevan.

  4. Pencairan Pembiayaan: Setelah akad disepakati, bank akan mencairkan pembiayaan kepada nasabah sesuai dengan kesepakatan yang telah ditetapkan.

  5. Pembayaran: Nasabah akan melakukan pembayaran kepada bank sesuai dengan jadwal yang telah disepakati. Pembayaran ini bisa dilakukan secara bertahap atau sesuai dengan ketentuan dalam akad.

  6. Monitoring dan Pengawasan: Bank akan melakukan monitoring terhadap penggunaan pembiayaan dan perkembangan proyek. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa proyek berjalan sesuai dengan rencana dan pembiayaan digunakan secara benar.

  7. Penyelesaian: Setelah proyek selesai dan barang telah diproduksi, nasabah akan menyerahkan barang kepada bank atau pihak ketiga yang ditentukan dalam akad. Hal ini bisa berupa penyerahan fisik atau pemindahan hak milik.

Dalam pembiayaan akad Bai' Istisna, bank syariah umumnya akan memperoleh keuntungan dalam bentuk margin atau markup dari harga barang yang dibuat. Besaran margin atau markup ini akan ditentukan dalam perjanjian akad antara bank dan nasabah.

Contoh implemntasi Pembiayaan Akad Ba'i istisna

Berikut ini adalah contoh sederhana dari pembiayaan akad Bai' Istisna di bank syariah:

Nasabah A adalah seorang pengusaha yang berencana untuk membangun sebuah rumah tinggal. Nasabah A mengajukan permohonan pembiayaan kepada Bank Syariah X untuk mendapatkan dana yang diperlukan untuk membiayai proyek tersebut.

Setelah melalui proses penilaian proyek, Bank Syariah X menyetujui permohonan pembiayaan Nasabah A. Bank dan Nasabah kemudian menyusun akad Bai' Istisna dengan rincian sebagai berikut:

  1. Harga Keseluruhan: Bank dan Nasabah menyepakati harga keseluruhan proyek pembangunan rumah tinggal sebesar Rp 1 miliar.

  2. Jangka Waktu: Bank dan Nasabah menentukan jangka waktu pembiayaan selama 12 bulan.

  3. Pembayaran: Pembayaran akan dilakukan dalam dua tahap:

    • Tahap pertama: Bank akan mencairkan 40% dari harga keseluruhan (Rp 400 juta) pada awal proyek untuk membiayai pembelian bahan bangunan.
    • Tahap kedua: Bank akan mencairkan sisa 60% (Rp 600 juta) setelah rumah selesai dibangun dan dinyatakan layak huni.
  4. Keuntungan Bank: Bank akan mendapatkan keuntungan berupa margin sebesar 10% dari harga keseluruhan proyek, yaitu sebesar Rp 100 juta. Margin ini akan ditambahkan ke jumlah pembiayaan yang harus dikembalikan oleh Nasabah.

Setelah akad disepakati, Bank Syariah X mencairkan pembiayaan tahap pertama sebesar Rp 400 juta kepada Nasabah A. Nasabah A menggunakan dana tersebut untuk membeli bahan bangunan yang dibutuhkan dalam proses pembangunan rumah.

Selama proses pembangunan, Bank Syariah X melakukan pemantauan untuk memastikan proyek berjalan sesuai dengan rencana. Setelah rumah selesai dibangun dan dinyatakan layak huni, Nasabah A melaporkan kepada Bank Syariah X.

Kemudian, Bank Syariah X mencairkan pembiayaan tahap kedua sebesar Rp 600 juta kepada Nasabah A. Nasabah A menggunakan dana tersebut untuk melunasi sisa pembayaran kepada Bank Syariah X, termasuk keuntungan bank sebesar Rp 100 juta.

Dengan demikian, pembiayaan akad Bai' Istisna telah selesai, dan Nasabah A memiliki kepemilikan penuh atas rumah yang dibangun. Nasabah A akan membayar pembiayaan tersebut kepada Bank Syariah X sesuai dengan kesepakatan yang telah ditetapkan dalam akad Bai' Istisna tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun