Mohon tunggu...
Abdur Rauf
Abdur Rauf Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Sociolinguistik

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Artificial Intelligence dalam Kacamata Islam: Menjaga Keseimbangan Antara Kemajuan Teknologi dan Nilai-nilai Syariah

19 Agustus 2024   06:07 Diperbarui: 19 Agustus 2024   06:07 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Artificial Intelligence (AI) telah menjadi salah satu inovasi teknologi yang paling signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Perkembangannya yang pesat telah mempengaruhi hampir setiap aspek kehidupan manusia, mulai dari ekonomi, kesehatan, hingga interaksi sosial. AI mampu melakukan tugas-tugas yang sebelumnya hanya bisa dilakukan oleh manusia, seperti pengambilan keputusan, analisis data kompleks, dan bahkan pengenalan emosi. Hal ini menimbulkan berbagai pertanyaan mendasar tentang peran manusia, etika, dan moralitas di era teknologi tinggi ini.

Dalam Islam, manusia diposisikan sebagai khalifah di bumi, yang diberi tanggung jawab untuk menjaga dan mengelola dunia dengan adil dan bijaksana. Prinsip-prinsip Islam, seperti keadilan ('adl), kebaikan (ihsan), dan menjaga kehidupan (hifz al-nafs), sangat menekankan pentingnya etika dan moralitas dalam setiap tindakan manusia. Oleh karena itu, penerapan teknologi yang mampu mempengaruhi kehidupan manusia secara mendalam, seperti AI, perlu dikaji secara seksama dari sudut pandang agama.

Meskipun AI menawarkan banyak manfaat, seperti peningkatan efisiensi dan aksesibilitas, terdapat juga kekhawatiran bahwa AI dapat mengganggu nilai-nilai kemanusiaan, seperti dehumanisasi dan pengambilan keputusan tanpa mempertimbangkan moralitas. Di tengah cepatnya perkembangan teknologi, penting untuk menilai apakah penerapan AI sejalan dengan prinsip-prinsip Islam atau justru bertentangan dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam agama ini.

Tulisan ini mengungkap dampak AI dari perspektif Islam, dengan menelaah bagaimana AI dapat mendukung atau mengancam nilai-nilai inti dalam ajaran Islam. Selain itu, penelitian ini juga akan membahas pandangan ulama dan fatwa terkait penerapan teknologi modern, serta bagaimana umat Islam dapat menavigasi tantangan dan peluang yang dihadirkan oleh AI dalam kehidupan sehari-hari.

Konsep AI dalam Perspektif Islam

  • Manusia sebagai Khalifah di Bumi

Islam menganggap manusia  sebagai khalifah atau wakil Allah di bumi, yang bertanggung jawab untuk menjaga, mengelola, dan memakmurkan dunia sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Peran ini memberikan manusia otoritas untuk menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk AI, untuk kebaikan umat manusia. 

Namun, penggunaan AI harus tetap berada dalam kerangka yang diatur oleh etika dan moralitas Islam. Teknologi yang diciptakan oleh manusia, termasuk AI, harus digunakan sebagai alat untuk meningkatkan kemaslahatan umum (maslahah) tanpa melanggar hak-hak individu dan keseimbangan alam.

  • Etika dalam Islam dan Aplikasinya pada AI

Etika Islam didasarkan pada nilai-nilai seperti keadilan ('adl), kebaikan (ihsan), kejujuran (sidq), dan menjaga kehidupan (hifz al-nafs). Dalam konteks AI, etika ini menuntut bahwa pengembangan dan penerapan AI harus menghindari ketidakadilan, diskriminasi, dan eksploitasi. 

AI harus dirancang dan diterapkan dengan mempertimbangkan dampaknya terhadap manusia, khususnya dalam menjaga martabat manusia (karamah) dan hak-hak asasi. Sebagai contoh, algoritma AI harus bebas dari bias yang dapat menimbulkan ketidakadilan, dan penggunaan AI dalam pengambilan keputusan harus transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.

  • Keseimbangan antara Teknologi dan Tradisi Islam

Islam mengajarkan keseimbangan antara kemajuan teknologi dan pelestarian nilai-nilai tradisional. Teknologi, termasuk AI, harus dilihat sebagai alat yang dapat mendukung tujuan-tujuan syariah (maqasid al-shariah), seperti melindungi agama (hifz al-din), kehidupan (hifz al-nafs), akal (hifz al-aql), keturunan (hifz al-nasl), dan harta (hifz al-mal). 

Namun, penggunaan teknologi tidak boleh mengorbankan prinsip-prinsip dasar ini. Sebagai contoh, penggunaan AI dalam bidang kesehatan harus mendukung perlindungan kehidupan dan kesehatan manusia, sementara dalam bidang ekonomi, AI harus membantu dalam pengelolaan harta yang adil dan bermanfaat bagi semua.

  • Kehati-hatian dalam Menggunakan AI

Islam juga menekankan pentingnya tawakkal (berserah diri kepada Allah) dan hikmah (kebijaksanaan) dalam menghadapi teknologi baru. Umat Islam dianjurkan untuk berhati-hati dalam mengadopsi teknologi baru seperti AI, dengan mempertimbangkan implikasi jangka panjangnya terhadap masyarakat dan lingkungan. Kebijaksanaan (hikmah) dalam penerapan AI berarti bahwa setiap inovasi harus dikaji secara kritis untuk memastikan bahwa ia tidak membawa lebih banyak mudarat (mafsadah) daripada manfaat (maslahah).

Dampak Positif AI Ditinjau dari Islam

  • Peningkatan Efisiensi dan Keadilan Sosial

AI memiliki potensi besar untuk meningkatkan efisiensi dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, kesehatan, dan layanan sosial. Dalam Islam, peningkatan efisiensi ini dapat mendukung prinsip keadilan ('adl) dan pemerataan kesejahteraan (maslahah). 

Sebagai contoh, AI dapat digunakan untuk memastikan akses yang lebih adil terhadap pendidikan berkualitas dengan menyediakan sumber daya pembelajaran yang dapat diakses oleh semua kalangan, termasuk di daerah-daerah terpencil. Dalam bidang kesehatan, AI dapat membantu dalam diagnosis penyakit secara cepat dan akurat, yang dapat menyelamatkan nyawa dan memastikan bahwa semua orang, tanpa memandang status sosial mereka, mendapatkan perawatan yang memadai.

  • Inovasi dalam Dakwah

AI juga menawarkan peluang besar dalam bidang dakwah dan penyebaran ajaran Islam. Teknologi AI dapat digunakan untuk mengembangkan aplikasi dan platform digital yang memudahkan umat Islam untuk mempelajari dan memahami agama mereka dengan lebih mendalam. 

Sebagai contoh, AI dapat digunakan untuk mengembangkan chatbot yang dapat menjawab pertanyaan seputar hukum Islam (fiqh) atau tafsir Al-Quran, serta menyediakan akses mudah ke literatur dan sumber daya Islam. Selain itu, AI dapat membantu menyebarkan dakwah secara lebih luas dan efektif, menjangkau audiens yang lebih besar dan lebih beragam, termasuk generasi muda yang lebih akrab dengan teknologi digital.

  • Pengelolaan Sumber Daya yang Lebih Efektif

AI dapat membantu dalam pengelolaan sumber daya alam dan ekonomi yang lebih efektif, sejalan dengan tujuan-tujuan syariah (maqasid al-shariah). Dalam Islam, manusia diberi amanah untuk menjaga dan mengelola bumi dengan bijaksana (istishlah). AI dapat digunakan untuk mengoptimalkan penggunaan air, energi, dan sumber daya alam lainnya, sehingga mengurangi pemborosan dan kerusakan lingkungan. 

Misalnya, dalam sektor pertanian, AI dapat membantu petani untuk meningkatkan hasil panen dengan mengoptimalkan irigasi dan pemupukan, yang pada akhirnya dapat mendukung ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat.

  • Peningkatan Kualitas Hidup

Penggunaan AI dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, seperti transportasi, keamanan, dan komunikasi, dapat meningkatkan kualitas hidup umat manusia. Dalam Islam, menjaga dan meningkatkan kualitas hidup (hifz al-nafs) adalah salah satu tujuan utama syariah. AI dapat membantu mengurangi risiko kecelakaan lalu lintas melalui teknologi kendaraan otonom, meningkatkan keamanan melalui sistem pengenalan wajah dan analisis data, serta memudahkan komunikasi global. Semua ini berkontribusi pada terciptanya masyarakat yang lebih aman, nyaman, dan sejahtera.

  • Dukungan terhadap Penelitian dan Inovasi

AI juga dapat mendorong penelitian dan inovasi dalam berbagai bidang yang bermanfaat bagi umat manusia, seperti kedokteran, pendidikan, dan ekonomi. Dalam Islam, mencari ilmu (thalabul 'ilm) adalah kewajiban bagi setiap Muslim, dan AI dapat menjadi alat yang kuat untuk mempercepat proses penelitian dan penemuan ilmu baru. 

Misalnya, AI dapat digunakan untuk menganalisis data dalam jumlah besar dengan cepat, mengidentifikasi pola yang mungkin terlewat oleh manusia, dan menghasilkan solusi inovatif untuk berbagai masalah yang dihadapi umat manusia.

Dampak Negatif AI Menurut Islam

  • Dehumanisasi dan Hilangnya Nilai Kemanusiaan

Salah satu kekhawatiran utama terkait AI adalah potensi dehumanisasi, di mana manusia mulai kehilangan peran sentral mereka dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam Islam, setiap manusia memiliki nilai dan martabat yang tinggi (karamah), dan AI yang menggantikan peran manusia dalam pekerjaan, interaksi sosial, dan pengambilan keputusan dapat mengancam nilai-nilai ini. 

Ketergantungan yang berlebihan pada AI dapat menyebabkan pengurangan interaksi manusia yang otentik, yang penting dalam membangun hubungan sosial yang sehat dan harmoni dalam masyarakat (ukhuwah). Selain itu, AI yang tidak dilandasi dengan pemahaman etis yang tepat dapat menghasilkan keputusan yang tidak mempertimbangkan nilai-nilai kemanusiaan dan moralitas, yang dapat menimbulkan ketidakadilan.

  • Pengambilan Keputusan Otonom oleh AI yang Bertentangan dengan Etika Islam

AI yang dirancang untuk mengambil keputusan secara otonom dapat menimbulkan risiko ketika keputusan tersebut tidak sejalan dengan prinsip-prinsip etika Islam. Misalnya, AI dalam sistem peradilan yang menggunakan algoritma tanpa pengawasan manusia dapat menghasilkan putusan yang tidak adil ('adl) karena bias dalam data atau algoritma yang digunakan. 

Dalam Islam, setiap keputusan harus didasarkan pada keadilan, kebijaksanaan (hikmah), dan mempertimbangkan aspek moral dan spiritual. Penggunaan AI dalam pengambilan keputusan yang bersifat kritis, seperti dalam hukum, kesehatan, atau ekonomi, memerlukan kehati-hatian agar tidak melanggar prinsip-prinsip ini.

  • Penyalahgunaan AI untuk Tujuan yang Tidak Etis

AI memiliki potensi untuk disalahgunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk tujuan yang tidak etis, seperti manipulasi informasi, pelanggaran privasi, dan pengawasan massal tanpa alasan yang sah. Dalam Islam, menjaga privasi (sitr) dan keadilan adalah hal yang sangat penting. 

Penyalahgunaan AI untuk memata-matai atau mengeksploitasi orang lain bertentangan dengan ajaran Islam yang menekankan perlindungan terhadap hak-hak individu dan masyarakat. Selain itu, AI yang digunakan untuk menyebarkan informasi palsu atau memanipulasi opini publik dapat menimbulkan fitnah (namimah) dan perpecahan (fitnah) di dalam masyarakat, yang sangat dilarang dalam Islam.

  • Ketimpangan Sosial dan Ekonomi

Penggunaan AI yang tidak terkendali dapat memperparah ketimpangan sosial dan ekonomi di dalam masyarakat. Dalam Islam, distribusi kekayaan yang adil dan pengentasan kemiskinan merupakan kewajiban. Namun, AI yang mengotomatiskan pekerjaan dan menggantikan tenaga manusia dapat menyebabkan pengangguran massal dan memperluas kesenjangan antara yang kaya dan miskin. 

Ketidakadilan ekonomi ini dapat menimbulkan ketegangan sosial dan mengancam keseimbangan dalam masyarakat (tawazun). Oleh karena itu, penerapan AI dalam ekonomi harus disertai dengan kebijakan yang memastikan distribusi manfaat yang adil dan pengelolaan dampak negatif terhadap tenaga kerja.

  • Tantangan terhadap Akidah dan Nilai-Nilai Spiritual

AI juga dapat menimbulkan tantangan terhadap akidah dan nilai-nilai spiritual dalam Islam. Salah satu contohnya adalah penggunaan AI dalam menciptakan simulasi atau realitas virtual yang dapat mengaburkan batas antara dunia nyata dan ilusi, yang dapat mempengaruhi keyakinan dan persepsi seseorang tentang realitas (haqiqat). 

Selain itu, perkembangan AI yang memungkinkan penciptaan entitas yang menyerupai manusia, seperti robot humanoid, dapat menimbulkan perdebatan etis dan teologis terkait konsep penciptaan dalam Islam. Tantangan ini memerlukan kajian mendalam dan panduan dari para ulama untuk memastikan bahwa penggunaan AI tidak merusak akidah dan tetap berada dalam kerangka ajaran Islam.

Fatwa dan Pendapat Ulama Tentang AI

  • Pendekatan Hati-hati dalam Fatwa Terkait Teknologi

Sebagai sebuah teknologi yang masih relatif baru, banyak ulama dan lembaga fatwa yang mengambil pendekatan hati-hati dalam memberikan pandangan tentang AI. Hal ini disebabkan oleh kompleksitas teknologi ini dan dampak jangka panjang yang belum sepenuhnya dipahami. 

Beberapa ulama menekankan pentingnya ijtihad (usaha keras dalam berfikir untuk mencapai hukum syariah) dalam menganalisis penggunaan AI, dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip dasar Islam seperti keadilan ('adl), kemaslahatan umum (maslahah), dan perlindungan terhadap umat manusia (hifz al-nafs).

  • Fatwa tentang Penggunaan AI dalam Kehidupan Sehari-hari

Beberapa fatwa telah dikeluarkan oleh lembaga fatwa di berbagai negara Muslim mengenai penggunaan AI dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, penggunaan AI dalam transaksi keuangan harus mematuhi prinsip-prinsip syariah, termasuk larangan riba (bunga), gharar (ketidakpastian), dan maisir (perjudian). 

Ulama menekankan bahwa AI tidak boleh digunakan untuk memfasilitasi praktik-praktik yang bertentangan dengan syariah. Dalam konteks sosial, ulama juga memberikan perhatian terhadap penggunaan AI dalam hal privasi dan pengawasan, dengan menekankan bahwa setiap teknologi yang mengancam privasi individu dan masyarakat harus dipertimbangkan secara serius dalam hukum Islam.

  • Pandangan Ulama tentang AI dalam Pendidikan dan Dakwah

Bidang pendidikan dan dakwah, banyak ulama melihat potensi besar dari AI untuk menyebarkan ajaran Islam secara lebih efektif dan efisien. Beberapa ulama mendukung penggunaan AI dalam mengembangkan aplikasi pendidikan Islam, seperti aplikasi belajar Al-Quran, hadits, dan fiqh. 

AI juga dianggap sebagai alat yang bermanfaat untuk mendukung dakwah digital, yang dapat menjangkau audiens yang lebih luas dan membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar agama secara instan. Namun, ulama juga mengingatkan tentang perlunya pengawasan ketat dalam pengembangan konten berbasis AI untuk memastikan bahwa informasi yang disebarkan sesuai dengan ajaran Islam yang sahih.

  • Kontroversi dan Tantangan Teologis

AI juga memunculkan beberapa kontroversi dan tantangan teologis yang memerlukan panduan ulama. Misalnya, penciptaan robot humanoid dan entitas AI yang menyerupai manusia memicu perdebatan tentang konsep penciptaan (khalq) dan imitasi terhadap ciptaan Allah. 

Beberapa ulama memperingatkan tentang potensi bahaya dari teknologi ini jika tidak dikendalikan, karena dapat mengarah pada bentuk-bentuk tashabbuh (penyerupaan) yang tidak diperbolehkan dalam Islam. Oleh karena itu, para ulama menekankan pentingnya menetapkan batasan-batasan yang jelas dalam pengembangan dan penggunaan teknologi AI untuk menghindari pelanggaran terhadap nilai-nilai teologis Islam.

  • Keseimbangan antara Kemajuan Teknologi dan Tradisi Islam

Ulama juga menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara kemajuan teknologi dan tradisi Islam. Dalam menghadapi AI, ulama mengajarkan bahwa teknologi harus digunakan sebagai alat untuk meningkatkan kemaslahatan umat manusia, tetapi tidak boleh melampaui batas-batas yang telah ditetapkan oleh syariah. 

Hal ini termasuk memastikan bahwa AI digunakan untuk tujuan-tujuan yang bermanfaat dan tidak melanggar hukum Allah. Para ulama mendorong penelitian lebih lanjut tentang AI dalam kerangka hukum Islam, serta dialog yang berkelanjutan antara ilmuwan teknologi dan ulama untuk memastikan bahwa perkembangan teknologi tetap sejalan dengan ajaran Islam.

Studi Kasus

  • Implementasi AI di Negara-negara Muslim 

Beberapa negara Muslim telah mulai mengadopsi AI dalam berbagai sektor, dari pemerintahan hingga pendidikan. Sebagai contoh, Uni Emirat Arab (UEA) telah meluncurkan strategi nasional untuk AI, dengan fokus pada sektor-sektor seperti pendidikan, energi, transportasi, dan kesehatan. 

Pemerintah UEA menekankan bahwa penerapan AI harus sejalan dengan nilai-nilai Islam dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan. Ulama di UEA telah memberikan dukungan dengan catatan bahwa AI digunakan untuk kepentingan yang sah dan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.

  • AI dalam Sistem Peradilan di Arab Saudi

Arab Saudi telah mulai menguji penggunaan AI dalam sistem peradilan, seperti dalam penanganan kasus-kasus hukum dan pemberian nasihat hukum otomatis. Sementara AI diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan mengurangi beban kerja hakim, terdapat kekhawatiran mengenai keadilan dan akurasi keputusan yang dihasilkan oleh AI. Ulama dan pakar hukum di Arab Saudi menekankan pentingnya pengawasan manusia dalam setiap tahap pengambilan keputusan yang melibatkan AI, untuk memastikan bahwa keputusan tersebut tetap sesuai dengan syariah dan mempertimbangkan konteks sosial dan moral.

  • AI dalam Industri Halal

Dunia industri halal, AI digunakan untuk memastikan kepatuhan produk terhadap standar halal yang ketat. Di Malaysia, misalnya, AI telah diterapkan dalam sistem pemantauan produksi makanan halal, yang memungkinkan otoritas untuk melacak dan memverifikasi kehalalan produk secara lebih efektif. Studi ini menunjukkan bahwa AI dapat membantu dalam meningkatkan transparansi dan kepercayaan konsumen terhadap produk halal. Ulama di Malaysia mendukung penggunaan AI dalam industri halal, selama teknologi tersebut digunakan untuk memperkuat dan bukan mengaburkan prinsip-prinsip syariah yang mendasarinya.

  • Tantangan Etis dalam Penggunaan AI untuk Pengawasan di Indonesia

Di Indonesia, AI telah mulai diterapkan dalam sistem pengawasan, baik di sektor publik maupun swasta. Salah satu studi kasus yang menarik adalah penggunaan AI dalam sistem pengawasan lalu lintas untuk mendeteksi pelanggaran secara otomatis. Meskipun teknologi ini meningkatkan efisiensi penegakan hukum, ulama dan aktivis hak asasi manusia mengajukan pertanyaan tentang potensi pelanggaran privasi dan dampaknya terhadap kebebasan individu. Ini menimbulkan perdebatan tentang bagaimana AI dapat digunakan dalam konteks pengawasan tanpa melanggar prinsip-prinsip etika dan moral dalam Islam.

  • Penggunaan AI dalam Pendidikan Islam di Turki

Turki telah mulai mengintegrasikan AI dalam sistem pendidikan, termasuk pendidikan agama Islam. AI digunakan untuk mengembangkan kurikulum interaktif yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing siswa. Sebagai contoh, aplikasi pembelajaran Al-Quran yang didukung oleh AI dapat memberikan umpan balik real-time tentang tajwid dan pelafalan, membantu siswa untuk belajar lebih efektif. Namun, ulama di Turki menekankan bahwa meskipun AI dapat menjadi alat yang kuat dalam pendidikan, peran guru manusia tetap sangat penting dalam membentuk karakter dan pemahaman spiritual siswa.

Kesimpulan

Artificial Intelligence (AI) adalah teknologi yang menawarkan potensi besar untuk meningkatkan kualitas hidup umat manusia, namun juga menimbulkan tantangan etis dan moral yang kompleks, khususnya ketika ditinjau dari perspektif Islam. Penelitian ini menunjukkan bahwa AI dapat mendukung prinsip-prinsip Islam, seperti keadilan, kemaslahatan umum, dan peningkatan kualitas hidup, jika digunakan dengan bijak dan dalam batas-batas yang sesuai dengan syariah. Namun, terdapat risiko nyata terkait dehumanisasi, ketidakadilan, dan penyalahgunaan teknologi yang dapat merusak nilai-nilai Islam jika tidak diawasi dengan baik.

Islam sebagai agama yang komprehensif menyediakan kerangka etis yang kuat untuk menilai dan mengarahkan penggunaan teknologi seperti AI. Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam pengembangan dan penerapan AI, umat Muslim dapat memanfaatkan teknologi ini untuk kebaikan dan kemaslahatan umat tanpa melanggar batas-batas yang telah ditetapkan oleh agama.

Rekomendasi

  • Pengawasan Etis dan Syariah dalam Pengembangan AI

Lembaga-lembaga Muslim dan ulama harus terlibat secara aktif dalam pengembangan dan penerapan AI untuk memastikan bahwa teknologi ini sejalan dengan prinsip-prinsip syariah. Diperlukan pengawasan ketat terhadap penggunaan AI dalam sektor-sektor kritis seperti hukum, kesehatan, dan ekonomi, untuk mencegah penyalahgunaan dan memastikan keadilan.

  • Pendidikan dan Kesadaran tentang AI dalam Masyarakat Muslim

Umat Muslim perlu diberikan edukasi yang memadai tentang AI, termasuk potensi dan risikonya, dari perspektif Islam. Pendidikan ini dapat disampaikan melalui sekolah, universitas, dan platform dakwah digital, dengan tujuan untuk meningkatkan literasi teknologi di kalangan umat dan memastikan bahwa mereka dapat mengambil keputusan yang bijak terkait penggunaan AI.

  • Pengembangan Kebijakan yang Inklusif

Pemerintah di negara-negara Muslim harus mengembangkan kebijakan yang memastikan bahwa manfaat AI didistribusikan secara adil dan tidak memperparah ketimpangan sosial dan ekonomi. Kebijakan ini harus mencakup perlindungan terhadap hak-hak pekerja yang mungkin terdampak oleh otomatisasi, serta memastikan bahwa teknologi AI tidak digunakan untuk tujuan yang tidak etis atau bertentangan dengan ajaran Islam.

  • Kerja Sama Internasional di Bidang AI

Negara-negara Muslim perlu bekerja sama secara internasional untuk mengembangkan standar dan regulasi yang sesuai dengan nilai-nilai Islam dalam penerapan AI. Kerja sama ini dapat mencakup penelitian bersama, pertukaran pengetahuan, dan pembentukan lembaga fatwa global yang fokus pada isu-isu teknologi dan syariah.

  • Penelitian Lanjutan tentang Dampak AI

Diperlukan penelitian lanjutan untuk terus mengevaluasi dampak AI terhadap masyarakat Muslim dari perspektif syariah. Penelitian ini harus melibatkan ahli teknologi, ulama, dan akademisi Islam untuk memastikan bahwa penerapan AI terus sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai agama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun