Ketika yang lain masih ribut masalah sampah. Ya, sampah. Sampah dari DKI Jakarta, Ibu Kota Negara Tercinta, yang tidak memiliki Tempat Pembuangan Sampah. Dan Akhirnya dibuanglah ke Bantargebang. Sebuah daerah di wilayah pinggir DKI Jakarta, yang masuk wilayah Propinsi Jawa Barat di kedaulatan Kota Bekasi.
Tak ayal, ketika Masyarakat menahan laju kendaraan penganggut sampah, ketika Anggota DPRD menunjukkan bukti bahwa DKI melanggar MOU, ketika Swasta menyewa Pengacara untuk menunjukan bahwa Pemprop DKI Wanprestasi. Ahok, Gubernur DKI yang sedang mujur dan selalu dengan suara lantang meneriakan jawaban yang mengelegar. Ahok, menuding bahwa rakyat yang menghalangi truk pengangkut sampah adalah bentuk premanisme. Ahok, menantang DPRD Bekasi yang dianggap sombong, mau minta duit dengan cara premanisme, Ahok menilai yang Wanprestasi (Ingkarjanji) jangan dibaca (tidak punya prestasi) terhadap Swasta yang ditunjuk pemerintah DKI sebagai perusahaan yang tidak punya prestasinya tapi minta dinaikin tiffing fee setiap tahun.
Mari kita gelar perkara dari apa yang terbaca dimedia:
Jika benar, bahwa dalam perjanjian atau MOU bahwa Sampah dari DKI setiap hari cuman 3 .000Ton. Dan itu yang menjadi tanggungjawab Swasta, untuk mengirimkannya ke Bantar Gebang.
Jika Benar, bahwa saat ini, setiap hari sampah yang dibawa ke Bantar gebang adalah 6.000 Ton. Dan jika Swasta sesuai dengan tugasnya hanya membawa 3.000 ton saja, agar tidak wanprestasi (baca: ingkar janji), kira2 berapa ton sampah yang masih tertumpuk di DKI per hari, per bulan, apalagi setahun.
Jika Benar, DKI menjanjikan akan membuat sistem pengelolaan sampah di Bantar Gebang, tapi tidak dikerjakan. Dan ini dikatakan sebagai wanprestasi (baca :ingkar janji), atau mungkin karena Dinas Kebersihan DKI sibuk, sehingga lupa membangun, karena bukan di wilayahnya dia. atau mungkin karena takut menggunakan anggaran, sehingga Anggaran DKI Jakarta penggunaannya terburuk di Indonesia, sekali lagi karena ketakutan. Atau jangan-jangan karena takut di tegur pak Ahok. Sehingga tidak menggunakan anggarannya, lalu selama ini kemana saja? ini namanya Wanprestasi (baca :tidak punya prestasi)
Jika benar Swasta, Wanprestasi, Bekasi Wanprestasi, DKI wanprestasi, maka sebaiknya duduk bersama. Agar masalah segera Selesai. Gubernur Jawa Barat, kalau diminta siap menjadi mediasi, demikian saya lihat di Televisi tadi pagi.
Masyarakat Bantargebang, mungkin sudah cape... Sehingga demo ini, sebagai syarat untuk di dengar. Di dengar penderitaannya, didengar pendapatnya. Hari ini, sudah tercapai. Buktinya, pendengaran mereka sampai panas. Dan saking panasnya, ribut semuanya.... Kalau sudah di dengar, semoga ada perubahan.
Pertanyaannya nyeleneh nih...: Emangnya DKI Jakarta, tidak punya Master Plan untuk membuat TPA di Jakarta? Kalau punya kenapa harus buang sampah ke Luar Propinsi. Atau mungkin, lahannya habis buat dibikin kantor dan Mall yah...?
Jika bekasi diberikan sampah sedemikian banyak, seharusnya dikirimlah beberapa orang dari seluruh Jawa Barat saja mereka yang tukang pemulung sampah, mereka adalah orang-orang kreatif, bisa jadi duit, dikirimin duit tuh dari Jakarta. Sampah adalah Duit. Di kasih duit, kok marah. Bau? gak apa-apa... Yang penting duit. Kalau sudah gak kuat karena baunya, minta duit sama Pak Ahok untuk pindah ke Apartemen di Jakarta. Jual lahan rumah yang dimiliki. Dan acari peruntungan di Jakarta, Tapi jangan jadi Nyampah, ntar dibuang lagi ke Bantargebang.
Kalau sudah demikian, solusi apapun akan susah, jika semua otaknya serba panas. Masak kayak gini, Pak Jokowi Harus Turun... Jangan lagi bilang, kalau Pak Jokowi masih Gubernur Jakarta, cuman dipinjemin ke Rakyat Indonesia untuk jadi Presiden. Itu mah penghinaan namanya. Bisa melanggar Hate Speech tuh...