Mohon tunggu...
RAUF NURYAMA
RAUF NURYAMA Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Masalah Media, Sosial, Ekonomi dan Politik.

Sekjen Forum UMKM Digital Kreatif Indonesia (FUDIKI); Volunteer Kampung UKM Digital Indonesia; Redaktur : tinewss.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mudahnya Kredit Mobil, Investasi atau Konsumsi. Jangan Salah Kaprah!

8 Agustus 2014   06:21 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:06 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini saya sampaikan dalam rangka mengikuti Blog Competition mudahnya kredit mobil yang waktunya diperpanjang. namun saya tidak tahu dimasukan ke kolom apa? yah sekenanya saya, semoga oleh admin kompasiana di masukan sesuai dengan hal yang saya maksud.

Sebelum saya bercerita sesuai dengan tema yang disampaikan, saya ingin menyampaikan dulu disclaimer (halah....). Bahwa tulisan ini ditujukan bukan untuk memenangkan sebuah pertandingan, namun untuk sharing pengalaman dan siapa tahu pengalaman ini bisa memberikan inspirasi buat rekan kompasianer lainnya, serta memberikan pemahaman secara logika keuangan tentang kredit, khususnya kredit mobil. Kalau toh, ternyata tulisan ini dipavoritkan dan mendapatkan imbalan, saya berani sumpah, "TIDAK AKAN MENOLAK".

ALASAN KENAPA KREDIT MOBIL

Dalam menghadapi hidup, setiap insan pasti sama harus memenuhi kebuthan hidupnya mulai dari ketersediaan pangan, sandang dan papan. Mobil, Motor, dan lainnya terkadang masih menjadi barang mewah. Ketika saya masih menjadi karyawan pada perusahaan orang lain, saya membeli motor dengan cara kredit. Tujuannya agar transportasi saya menjadi lancar. Lebih praktis dan lebih murah, dibandingkan saya harus menggunakan angkutan umum. Logika matematika saya masih lancar, ketika setiap hari saya harus mengeluarkan ongkos angkot dan bis kota untuk bekerja bisa menghabiskan Rp 20.000 per hari, maka per bulan saya bisa menghabiskan dana sebesar Rp 500.000 per bulan. Itu hanya cukup untuk transportasi dari rumah ke kantor dan dari kantor ke rumah, belum jika saya harus berkunjung dalam pekerjaan ke lokasi lainnya, atau dalam kepentingan pribadi antar anak sekolah, ke pasar, atau jalan-jalan. Maka transportasi memberikan kontribusi pengeluaran yang relatif mahal. Atas dasar perhitungan itu, kemudian saya membeli Kendaraan motor dengan cara kredit. Dulu, masih ada cicilan motor dengan beban per bulan Rp 400rb, jika bensin per bulan dialokasikan Rp 100.000, maka saya mendapatkan posisi yang Balanced dari sisi pengeluaran ini, plus mendapatkan keuntungan karena saya tidak perlu mengeluarkan ongkos tambahan untuk pengeluaran transportasi yang lainnya.

Ingat teori Ekonomi : Y = C + I (S) , dimana Y = Yield (atau saya angggap sebagai Pendapatan , sedangkan C = Consumsi, dan I = Investasi atau S = Saving (tabungan).

Biaya Transportasi adalah Konsumsi, maka semakin banyak biaya konsumsi yang dipergunakan dari sumber pendapatan kita, maka akan semakin kecil sisa pendapatan untuk Tabungan atau Investasi. Saya sampaikan di sini, bahwa membeli dengan cara kredit Kendaraan Motor bukan untuk Investasi, melainkan untuk Konsumsi. Kalau Anda tidak sependapat dengan saya, Nggak apa2, nanti saya akan bahas lagi.

Itu cerita dulu sewaktu menjadi karyawan diperusahaan orang, karena jumlah pendapatan memang sudah ditentukan yaitu Rp "x.xxx.xxx", maka saya harus melakukan pengaturan pengeluaran menjadi Rp "yy.yyy" untuk setiap bagian pengeluaran dalam ilmu budgeting rumah tangga saya. Namun, kini berbeda jaman dan berbeda kebutuhan. Setelah menekuni bisnis, ternyata bukan motor yang saya butuhkan. Mobil, menjadi bagian dari kebutuhan saya.

Kalau untuk kebutuhan harian, misalnya berangkat ke luar kota atau untuk ketemu dengan mitra bisnis, masa sih masih pake motor. Gengsi dong... (hehehe...). Maka, saya sekali-kali melakukan rental mobil. Ya.. Harian saja, Mulai dari Rp 300.000 per hari. Namun karena keseringan, maka saya melakukan rental mobil menjadi per bulan, dan ternyata lebih murah, yakni cukup dengan Rp 4.500.000 per bulan. atau sebanding dengan per hari hanya Rp 150.000. Kita tidak membicarakan tentang BBM yah... ini baru fisik kendaraan saja. Dan tentunya bicara secara ekonomi. Saya, secara ekonomi, menganggarkan pengeluaran usaha untuk rental mobil sebesar Rp 4.500.000 per bulan, dan setelah selesai masa kontrak maka saya tidak punya apa-apa. dan memang demikian adanya.

Lalu kemudian berhitung dengan membeli secara kredit, ternyata saya mendapatkan jumlah yang jauh lebih murah. Cukup dengan Rp 3.400.000 per bulan, saya bisa mendapatkan kredit sebuah Mobil Toyota dengan kualifikasi yang sama dengan yang biasa saya rental. Maka atas dasar perhitungan ini, saya mendapatkan keuntungan lebih. Keuntungan dari sebuah anggaran yang semestinya saya keluarkan. Dimana anggaran yang tadinya Rp 4.500.000 menjadi Rp 3.400.000  sehingga saya surplus sebesar Rp 1.100.000 per bulan atau sekitar 13.200.000 per tahun.

Argumentasi ketika berbicara dengan Dealer dan Leasing pun, sangat mudah dan cair. Karena bukti-bukti bahwa pengeluaran saya untuk menyewa mobil ada, serta masih ada kelebihan anggaran dibandingkan saya dengan membeli secara kredit, maka tidak menunggu lama kemudian mobil baru, (milik sendiri) datang.

Bukan hanya secara ekonomi, secara psikologi juga berbeda. Kita tentunya merasa lebih memiliki, dan merasa lebih berharga ketika memiliki kendaraan (berupa) mobil milik sendiri. Namun, sesuai dengan sub judul tulisan ini, saya tetap dengan prinsip saya, bahwa alasan membeli mobil secara kredit adalah untuk konsumsi. Bukan Investasi.

MARI BERHITUNG

Berikut saya ingin sharing, kenapa saya menganggap bahwa membeli mobil secara kredit itu konsumsi. Agar kita tidak terjebak dengan rasa memiliki Assets seperti kita membeli Rumah dengan cara kredit. Membeli Rumah dengan cara kredit, ketika rumah tersebut lunas atau berhenti di tengah jalan, maka sejumlah uang (DP ditambah dengan jumlah cicilan) masih memiliki nilai lebih sehingga kita mendapatkan keuntungan dari sini. Ingat bahwa harga Tanah dan Rumah hampir tidak pernah Turun. Selalu naik, dan prosentase kenaikannya lebih besar dibandingkan dengan tingkat suku bunga yang harus kita keluarkan. Sedangkan jika kredit mobil dikatagorikan investasi, maka perhitungannya akan menjadi menyusut.

Dalam kasus di atas, saya mengeluarkan DP (maaf bukan Dewi Perssik, tapi Down Payment), sebesar Rp 30 Jutaan. Dengan cicilan Rp 3.400.000 maka setelah 2 tahun saya sudah mengeluarkan uang untuk pembelian mobil ini sebesar Rp 111.600.000 sedangkan sisa hutang saya masih sekitar Rp 100 Jutaan. Loh kok bisa? Ya Karena bunga yang dibebankan lebih besar di awal, sedangkan cicilan pokok kecil diawal dan besar di akhir dengan sistem bunga dan cicilan Flatt. Sedangkan jika kita jual mobil tersebut, paling laku sekitar Harga Rp 107 Juta, artinya kita rugi. Jumlah yang sudah dikeluarkan Rp 111.600.000 sedangkan jika kita jual hanya sebesar Rp 107.000.000 serta saya masih harus bayar ke Leasing Rp 100.000.000. Artinya, saya hanya dapat lebih (sisa) Rp 7.000.000 dari Rp 111.600.000 yang sudah dikeluarkan, atau kita bisa anggap inilah ruginya beli mobil. Saya Rugi sebesar Rp 104.600.000 selama 2 Tahun.

Lalu, marilah kita kembali dengan menghitung berapa yang harus saya keluarkan ketika saya harus rental per bulan : Rp 4.500.000 x 24 Bulan maka diperoleh hasil sebesar Rp 108.000.000.  Dan saya memperoleh keuntungan dari selisih ini sebesar Rp 3.600.000. Jadi saya masih untung membeli dengan cara kredit dibandingkan dengan saya melakukan rental. Ini persepsi dan perlakuan secara ekonomi. Saya memperoleh hasil lebih dari anggaran Rumah Tangga untuk Transportasi selama 2 Tahun sebesar Rp 3.600.000.

Akan berbeda jika saya, mendasarkan bahwa membeli mobil adalah investasi, maka saya akan teriak..... Hallo, rugi bingits ya investasi di mobil.

Lalu bagaimana jika sampai lunas saya lanjutkan melakukan cicilan, maka saya akan memperoleh untung dua hal. yakni, pertama : keuntungan dari sisa anggaran Rumah Tangga, dan yang kedua adalah keuntungan dari harga akhir mobil tersebut. Katakan harga mobil tersebut nanti hanya Rp 70 Juta pun, ini sudah angka untung. Namun berapa belanja yang saya lakukan untuk ini, setelah dihitung ternyata saya belanja sebesar Rp 193.000.000. (Wooow...).

Maka jika konsep kita salah, kita akan merasa rugi kredit mobil ini. Sehingga ayo, bijak. Bahwa Kredit mobil, bukanlah investasi tapi konsumsi.

Dengan prinsip ekonomi saya ini, maka pengajuan kredit mobil untuk yang ke-2 yang saya ajukan hari senin tanggal 4 Agustus 2014 ternyata hari ini sudah disetujui. Terima kasih kepada ACC Cirebon, yang sudah mengabulkan permintaan saya. Ini sebagai bukti, bahwa membeli mobil dengan cara kredit adalah mudah. Dan saya yakin, untuk seterusnya sesuai dengan kebutuhan, maka saya dengan mudah memperolehnya. Kalau pun ternyata, suatu saat nanti saya tidak bisa membayar cicilan karena usaha tidak memberikan kontribusi keuntungan, misalnya atau beban yang bertambah, saya tidak akan stress merasa kehilangan harta. karena itu bukan harta. Anggap saja saya beli baso. Masa setelah baso habis dimakan, saya merasa bahwa makanan tersebut adalah harta. hehehe...

Harus pula rekans ingat, bahwa kredit itu dari bahasa latin yaitu credere, yang artinya kepercayaan. Maka barangsiapa, yang sudah disetujui kredit mobilnya, maka Anda sudah dipercaya oleh leasing, untuk mendapatkan kendaraan tersebut. Maka jagalah kepercayaan tersebut, sehingga Anda memang Layak untuk dipercaya berikutnya.

Tulisan ini, menjawab perdebatan saya dengan rekan saya bahwa Kredit Mobil adalah Investasi katanya.

Ya .. sudah gitu saja, Terima kasih. Salam...!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun