Mohon tunggu...
Raudy Nabawian
Raudy Nabawian Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

suka olahraga,mendengarkan musik, dan membaca buku

Selanjutnya

Tutup

Politik

Benarkah Konflik Israel-Palestina Karena Isu Agama?

1 Juli 2024   12:07 Diperbarui: 2 Juli 2024   08:11 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Benarkah konflik Israel-Palestina karena agama?

Banyak dari kita berasumsi bahwa konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina di jalur Gaza itu dilatarbelakangi oleh konflik agama. Mengapa demikian? 

Tentu karena agama yang dianut oleh warga dari kedua negara tersebut berbeda kebanyakan dari Palestina beragama Islam sedangkan dari Israel beragama Yahudi. Jadi kebanyakan orang menganggap konflik tersebut terjadi karena faktor agama. Tetapi, sekarang kalo kita lihat dari sudut pandang yang lain yang melatarbelakangi konflik tersebut maka kita akan menemukan sesuatu yang lain.

KH Yahya Cholil Staquf, Ketua Umum PBNU, mengemukakan pendapat  ini dalam Ramadan Forum bertajuk "Building Peace Between Palestine and Israel, on the Basis of Sunni Islamic Jurisprudence for a Global Civilization" yang diadakan di Universitas Islam International Indonesia (UIII) pada 13 April 2023.

"Ketika kita melihat masalah Palestina dan Israel, kita tidak bisa melihatnya hanya sebagai masalah konflik agama antara Islam dan Yahudi," Ungkapnya.

Selain Ketua Umum PBNU, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu'ti dalam forum Halaqah AWM Mingguan pada Jumat, 27 Oktober 2023, juga menyoroti fakta bahwa banyak umat Yahudi yang menentang gerakan Zionisme Israel. Beliau juga menerangkan bahwa korban konflik ini tidak hanya terdiri dari umat Muslim, melainkan juga warga Palestina yang menganut agama lain seperti Kristen, Druze, dan bahkan Yahudi sendiri. 

Data tahun 2022 menunjukkan bahwa di Israel, jumlah umat Islam mencapai 17%, sementara bangsa Palestina yang menjadi korban Zionisme juga mencakup beragam agama, seperti Kristen, Druze, dan Yahudi yang menentang tindakan agresi Israel. Ini menguatkan pandangan bahwa konflik ini tidak dapat disederhanakan sebagai konflik agama antara Islam dan Yahudi.

Sedangkan latar belakang yang lain adalah karena konflik tersebut disebabkan oleh Israel yang berkeinginan untuk menguasai wilayah Palestina. Israel ingin menguasai dan mengahanguskan wilayah Palestina dengan tujuan untuk membuat sebuah terusan yang menghubungkan Israel dengan negara-negara uni eropa agar jalur perdagangan yang dilalui oleh Israel atau pun negara sekutunya itu lebih dekat. 

Selama ini mereka melalui Mesir dahulu untuk bisa melakukan perdagangan. Kalau seperti itu maka mereka harus membayar cukai dan pajak yang ditetapkan oleh Mesir dan pajak atau cukai tersebut lumayan mahal.

Untuk menyiasati hal tersebut maka harus ada terusan baru agar  harus melalui Mesir terlebih daluhu yaitu dengan membuat  terusan yang baru yang rencananya  akan dibangun di tanah Palestina karena lokasinya strategis. Oleh sebab itu wilayah Palestina harus ditiadakan terlebih dahulu.

Selain itu di kubu Isral sendiri, terdapat faktor yang mempengaruhi konflik Israel-Palestina yang terjadi di Jalur Gaza. Faktor tersebut adalah karena keinginan dari PM Israel Benjamin Netanyahu untuk mempertahankan kekuasaannya agar tidak mundur dari kursi kepemimpinan Israel. 

Menurut beberapa sumber bahwa yang terjadi saat ini adalah massa menginginkan PM Israel Benjamin Netanyahu untuk mundur dari kursi kepemimpinan. Massa menggelar aksi demo di jalanan kota Tel Aviv, mereka mendesak agar Benjamin Netanyahu mengundurkan diri dari jabatannya sebagai PM Israel.

Namun Benjamin Netanyahu masih ingin mempertahankan kekuasaannya dan tidak ingin mundur dari kursi kepemimpinan Israel. Menurut Roger King bahwa untuk mempertahankan kekuasaan, maka harus ada krisis ataupun chaos. Krisis atau chaos di sini yang digunakan oleh Benjamin Netanyahu yaitu dengan adanya konflik di Jalur Gaza. 

Hal tersebut dilakukan karena apabila keadaan negara sedang genting maka pemimpin negara tidak dapat turun dari jabatanya karena harus ada yang memimpin negara tersebut, Benjamin Netanyahu tetap bertahan sebagai PM Israel. Hal tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun