Masa kecil adalah masa yang menyenangkan karna pada masa itu kita belum memikul tanggung jawab besar dan hanya fokus pada diri sendiri.
Untuk ramadhan sendiri, saya pribadi baru mulai berpuasa saat kelas 1 sekolah dasar (SD). Yang menariknya kala itu saya hanya puasa setengah hari saja.
Dan memang puasa setengah hari waktu saya masih kecil itu sedang Trend dikalangan anak anak. Jam berbukanya itu jam 12 siang.
Nah ceritanya itu ketika menjelang jam 12 itu saya sudah mulai bersiap siap untuk berbuka namun rasanya nunggu dua jarum jam bersatu diangka dua belas lumayan lama juga ya udah macam menunggu bersatunya dua orang insan *ehh
Namun memang pada kenyataan, baik dimasa lalu maupun masa sekarang jika kita menunggu sampai pada jam tertentu pasti waktunya seolah enggan untuk bergerak.
Berbeda halnya ketika  kita sibuk dengan urusan kita pasti jam demi jam bergantipun menjadi tak terasa.
Kembali lagi ketema awal. Ditahun pertama saya berpuasa saya cuma bolong 2 hari saja. Bagi anak anak itu sebuah prestasi walaupun saya juga sedikit kecewa kenapa ga bisa penuh ya puasanya.
Namun rupanya hal yang sama juga berulang  ditahun berikutnya dimana saya kembali bolong dua hari puasa.
Â
Diantara alasannya itu saya ga paham benar apa saja pembatal puasa. Dulunya saya kira cuma tidak boleh makan dan minum doang.
Jadi waktu itu saya isap isap bunga. Jujur sampai sekarang saya juga ga tau itu namanya bunga apa dalam bahasa indonesia. Kami disini itu menyebunya bunga jarum karna memang bentuknya itu mirip jarum.
Dan kalau diisap sedikit diujungnya semacam ada manis manisnya. Nah saya keasikan sama itu jadi puasa nya batal dong ya hari itu karna momen itu terjadi sebelum jam 12 siang.
Saya baru puasa sampai Magrib dikelas 3 SD kalau tidak salah. Dan saat itu Alhamdulilah sudah tidak ada hal hal aneh yang membuat puasa saya batal wkwk. Mungkin itu sedikit banyak pengalaman masa SD yang saya ingat.
Namun pengalaman ramadhannya tidak berhenti disitu ya. Beranjak ke masa SMP saya baru mengenal ibadah shalat Tarawih yang dilaksanakan di malam hari bulan Ramadhan.
Mengenal dalam artian saya baru mengerjakan ibadah yang satu ini. Dan saya shalat tarawihnya di mushala di desa saya bukan di mesjidnya. Kami disana sering menyebutnya itu meunasah sih buka mushala.
Sebenarnya baru mengerjakan Shalat Tarawih di waktu berusia 13 tahun tergolong telat menurut saya soalnya teman saya malah dari SD udah shalat tarawih di mesjid. Kalau dalam istilah olahraga bisa dikatakan saya kalah telak.
Awalnya sih shalat tarawih kala itu cuma alasan nyari tanda tangan aja karna termasuk salah satu list kegiatan ramadhan dari sekolah tapi pada akhirnya saya merasa nyaman juga.Â
Begitu juga dengan kehidupan kita bakalan nyaman dengan seseorang karna sudah terbiasa dengannya
Karna kalau sebatas  nyari tanda tangan doang ya gaperlu full dimeunasah cukup 15 hari aja. Apalagi saat itu ayah saya jadi imam shalatnya hampir separuh Ramadhan.
Hal ini karna tidak lepas dari sistem shalat tarawih saat itu yang cuma diimami oleh imam yang ada didesa dan kepala desanya. Dan pada saat itu ayah saya masih kepala desa dan terbiasa ngimamin juga.
Berbeda jauh dengan saat ini yang mana imam tarawihnya lebih bervariasi. Orang yang sama palingan bisa ngimamin maksimal dua kali saja dalam satu edisi ramadhan.
Namun kendati begitu, ketika ayah saya jadi imam shalat saya tetap shalatnya di meunasah kok ga mode  minta tanda tangan doang. Alhamdulillah saya tipe orang yang jujur dari kecilÂ
Selain itu saya juga bisa shalat tarawih  30 malam penuh di tahun pertama saya Tarawih karna memang pada saat itu saya belum baligh sehingga belum mengalami yang namanya menstruasi.
Namun dibalik cerita selalu tersirat pesan berharga. Diantara pelajaran penting dari kisah saya diatas adalah:
1. Pentingnya Berilmu sebelum beramal
Kurangnya ilmu pada saat itu membuat puasa saya batal karna ketidaktahuan. Namun kejahilan bagi anak anak masih termaafkan.
Namun untuk kita yang sudah dewasa pesan saya sederhana yakni jangan pernah malu untuk belajar jika memang tidak paham.Â
Kalaupun sudah merasa paham jangan pernah puas dengan keilmuan kita saat ini dan cobalah terus untuk upgrade ilmu karna ilmu itu selau berkembang dari masa ke masa dan ilmulah yang akan membimbing kita dalam segala keadaan.
2. Biasakan Untuk jujur
Dalam hal ini perlunya mengajari anak anak untuk terbiasa jujur dari kecil dan khusus bagi kita yang sudah dewasa teruslah berkata dan berbuat jujur dalam keadaan apapun walaupun manusia tidak tau kalaupun kita ingin berbohong.Â
Manusia bisa saja tidak tau namun Allah selalu mengawasi kita serta malaikat senantiasa mencatat amal perbuatan kita dan jujur itu indah.
Demikian dari saya, semoga ramadhan kita kali ini jadi lebih bermakna
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H