Akhir akhir ini dunia pendidikan dihebohkan dengan aturan sekolah jam 5 pagi yang dikemukakan oleh Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT).
Menurut saya ini adalah hal yang sedikit aneh nan nyeleneh apalagi kalau dijadikan sebuah alasan untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Ditempat saya yakni di Aceh jam 5 itu malah belum masuk waktu shubuh, karna shubuh Di Aceh Utara sekitar jam 5:27. Itu artinya jika jam tersebut berlaku disini maka bisa dipastikan anak sekolah akan melaksanakan sholat shubuh disekolah. Kesannya itu Anak Sekolah rasa pesantren.
Sebenarnya ini tidak menjadi masalah besar jika diberlakukan kepada anak SMA yang notabene sudah beranjak dewasa yang sudah  mengerti manajemen waktu sehingga mereka menjadi lebih disiplin dalam menjalani sesuatu.
Namun berbeda halnya jika itu diterapkan bagi anak anak yang masih duduk dibangku sekolah dasar, yang ada mereka malah mogok untuk sekolah karna tidak sanggup berlomba bangun dengan kokok ayam *ehh
Ternyata hal ini tidak hanya heboh dikalangan masyarakat biasa tapi juga menjadi perhatian dari salah satu Artis ternama, yakni Cinta Laura.
Artis berdarah Jerman tersebut ikut mengomentari hal ini menyebutkan bahwa sekolah jam 5 pagi bukanlah sebuah solusi untuk meningkatkan kulitas pendidikan.
Alasannya karna sekolah terlalu pagi membuat para siswa menjadi tidak fokus belajar,selain itu menambah tingkat stress serta pembelajaran justru menjadi tidak efektif dan efisien.
Apa yang dikemukakan oleh Cinta laura sangatlah tepat, kita bisa saja berikhtiar untuk memajukan pendidikan namun kembali lagi kita harus melihat situasi dan kondisi serta kemampuan dari peserta didik itu sendiri.
Kualitas itu tidak dinilai dari seberapa cepat anda berada disekolah tapi seberapa kuat anda melatih diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Yang perlu dibenahi dari mutu pendidikan Indonesia bukanlah jam masuk sekolahnya melainkan kurikukum yang jelas.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa sekolah Indonesia sering gonta ganti kurikulum namun tetap saja belum menumukan sistem yang cocok untuk menciptakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas.
Tentunya dengan adanya Guru penggerak juga diharapkan mampu untuk mendukung perbaikan sistem pendidikan di Indonesia sehingga anak anak bangsa memiliki kualitas diatas rata rata dan tidak kalah saing dengan pendidikan dunia setidaknya dikawasan Asia Tenggara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H