Guru penggerak menjadi trending topic akhir akhir ini khususnya diawal tahun 2023 yakni bulan Januari lalu.
Secara umum Guru penggerak harusnya berimbas positif namun nyatanya tidak luput dari pro dan kontra.
Hal ini sudah menjadi hukum alam yang mana segala hal selalu memiliki lawan. Positif negatif,panas dingin, tinggi rendah dan lain sebagainya.
Maka tak heran sampai ada pihak yang tidak setuju dengan program guru penggerak dan memintanya untuk dibubarkan saja karna dianggap tidak berguna.
Lalu benarkah guru penggerak itu tidak berguna alias sia-sia?
Dalam segala hal tentunya setiap orang memiliki cara pandang yang berbeda tergantung dari sudut mana dia memandangnya dan bagaimana mindset orang tersebut.
Jika pemikiran hanya berpacu pada satu hal saja tentunya  program guru penggerak dirasa hanya buang buang waktu dan buang buang tenaga saja
Namun bagi orang yang memiliki pemikiran jauh kedepan dan memiliki jiwa kepemimpinan dan menginginkan perubahan kearah lebih baik, program guru penggerak akan menjadi sebuah wadah dan sarana untuk menciptakan perubahan.
Jika diilustrasikan dalam lingkup seorang siswa ataupun Mahasiswa yang menempuh pendidikan tertentu, ada didalamnya kegiatan belajar mengajar dan ada pula kegiatan ekstrakurikuler seperti Osis ataupun pramuka sedangkan di tingkat perguruan tinggi ada yang namanya BEM DPM, Himpunan Jurusan dan juga Unit kegiatan Mahasiswa (UKM)Â
Yang mana itu semua bertujuan untuk menemukan jati diri dan mengisi masa masa sekolah dan kuliah dengan hal hal yang bermanfaat bagi diri sendiri khususnya dan bagi masyarakat luas secara umum.
Dengan berorganisasi membuat siswa/mahasiswa belajar yang namanya manajemen waktu, problem solving, kepemimpinan dan lain sebagainya yang tidak didapatkan hanya dengan belajar di kelas saja.
Begitupun dengan guru penggerak, jika hanya mengajar dikelas saja itu sudah biasa. Para guru juga butuh untuk mengekplorasi diri dan menebarkan manfaat lebih luas lagi.
Jika dikatakan program guru penggerak adalah hal yang sia sia mungkin kita harus membenarkan pola pikir kita.Â
Lagian tidak semua guru di paksa ikut program guru penggerak melainkan bagi yang berminat dan memiliki potensi untuk itu sehingga diberlakukan yang namanya seleksi untuk mencari guru yang benar benar berkualitas.
So kalau misal kita merasa kita tidak berminat ya sudah kita tidak perlu ikut serta didalamnya dan tanpa perlu menjatuhkan satu sama lain. Hidup ini akan lebih indah jika kita bersikap dengan benar dan tidak suka berbuat onar.
Demikin dari saya semoga dapat memberikan sedikit makna
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H