Mohon tunggu...
Raudhatul Ilmi
Raudhatul Ilmi Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer & Script Writer

Jangan Pernah Protes pada Proses

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Pernah Remehkan Nilai Kebaikan

26 Januari 2023   05:44 Diperbarui: 26 Januari 2023   20:19 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi/depositphoto

Didalam kehidupan, manusia sering kali membatasi diri bahkan menahan diri didalam melakukan kebaikan karna merasa tidak punya kemampuan.

Berbicara tentang ketidakmampuan keseringan berkaitan dengan amalan harta yang mana harus punya uang terlebih dulu baru bisa untuk melakukannya.

Memiliki uang dan banyak uang adalah dua hal yang berbeda. Namun mayoritas manusia ketika ingin melakukan amal yang berhubungan dengan harta mensyaratkan diri harus banyak uang dulu baru mau berbagi.

Padahal nyatanya berbagi tidak harus menunggu kaya raya dan bisa dimulai dengan nominal yang sederhana.

Dalam artikel ini penulis akan mengajak pembaca untuk belajar dari generasi terbaik manusia dalam semangat mereka berbagi walaupun mereka berada dalam kondisi hidup sederhana dan tidak kaya raya

Ilustrasi berbagi/suara Merdeka
Ilustrasi berbagi/suara Merdeka

Dari Abu Mas'ud 'Uqbah bin 'Amr Al-Anshari Al-Badri, bahwa ia menuturkan, "Ketika turun ayat tentang sedekah, kami bekerja sebagai kuli panggul agar dapat bersedekah dengannya. Lalu ada orang yang datang dan menyedekahkan hartanya yang banyak. Lalu dikatakan oleh orang-orang munafik, 'Orang itu bersikap riya.' Ada pula yang datang lagi dan ia hanya bersedekah dengan satu sha'. Kemudian orang-orang munafik tadi menyahut, 'Sesungguhnya Allah tidak membutuhkan satu sha' ini.'
(Muttafaqun 'alaih)


Maka turunlah ayat dari Allah Subhanahu wa Ta'ala membalas cemoohan mereka:
"(Orang-orang yang munafik) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya"
Q.S At-Taubah :79

Kita lihat nih, bagaimana semangat para sahabat bersedekah. Ini sering kali perlu disadari bahwa  enggak harus menunggu kaya  baru mau bersedekah. Apa yang kita miliki biasakan untuk berbagi.

Dan hati-hati! Seorang muslim jangan meremehkan kebaikan sebesar apa pun atau sekecil apa pun.

Seorang muslim bisa saja masuk surga gara-gara memindahkan dahan pohon yang melintang di jalan supaya tidak
mengganggu orang-orang yang lalu lalang di jalanan ataupun memindahkan duri dijalanan agar tidak menimbulkan insiden yang tidak diinginkan bagi orang lain.

Maka kalau kita lihat, seorang muslim hendaklah dia bersedekah karna Allah dari apa pun yang dia miliki. Kalau mikirin omongan orang dijamin enggak akan pernah ada habisnya.

Orang mungkin akan mengatakan anda pelit kalau sedikit. Kalau nanti juga enggak terlalu banyak, dikatakan, Allah enggak butuh sedekahmu.

Maka kemudian Allah turunkan di sini firman-Nya untuk orang-orang yang suka mencela, sehingga kadang kala muslim enggak mau menambah amalan karena takut dicela.

Pelajaran penting dari hadits yang disebutkan tadi yakni:

1. Bersedekahlah sesuai kemampuanmu. 

Kalau ada orang yang mengatakan, Engkau berapa nyumbang tadi? Dua ribu? Haduh.simpanlah, taruh di kantong kalau cuma dua ribu.

Lebih baik tidak usah anda hiraukan ungkapan yang seperti itu, karna Bisa jadi uang dua ribu yang anda sedekahkan itu jadi berkah buat anda. Allah lipat gandakan nantinya.

Maka kalau kita lihat dari hadits ini, ada banyak pelajaran yang berkaitan dengan sedekah. Jangan berpikir sedekah itu harus kaya raya, harus memiliki kemampuan yang besar baru bersedekah tapi yang paling penting mulai saja agar terbiasa.

2. Jangan pedulikan omongan Orang lain

Kemudian berkaitan dengan omongan orang yang tidak ada habisnya, maka berusahalah untuk menjaga amalan kita, ibadah kita. Orang mau ngomong apa saja kita engga peduli Selama kita sudah benar relnya,

orang mengatakan, Hey... berhenti, jangan lanjut! kita sudah berada di relnya, jalan saja.

Jika mayoritas orang membenarkan yang biasa, maka seharusnya kita membiasakan yang benar.

Sekian dari saya, semoga bermanfaat bagi kehidupan kita

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun