Fakta tersebut otomatis meloloskan Bayern Leverkusen ke Liga Eropa yang unggul secara head to head
Atletico pun hanya mampu mengakhiri petualangan di liga champions musim ini hanya dengan status juru kunci.
Hal ini menciptakan catatan kelam bagi sang pelatih, Diego Simeone. Selama menjadi juru taktik bagi klub asal ibukota Spanyol ini selama lebih kurang satu dasawarsa, baru kali ini Atletico terhenti di fase grup dengan status juru kunci.
Prestasi terbaik Simeone adalah 2 kali membawa Atletico Madrid ke Final Liga Champions musim 2013/2014 dan 2015/2016.
Walaupun sama sekali belum mencicipi gelar juara liga antarclub paling elit se-Benua Biru, setidaknya itu lebih baik dibandingkan kondisi saat ini. Termasuk dalam ajang LaLiga.
Peforma dari Atletico sejauh ini masih inkonsistensi, walaupun saat ini Atletico berada di peringkat ketiga. Namun, jarak poin dengan Real Madrid dan Barcelona terpaut jauh. Sehingga sulit rasanya bagi Atletico untuk bisa meraih gelar juara la liga musim ini.
Mungkin satu-satunya harapan dari atletico adalah Copa Del Rey jika mereka bisa memanfaatkannya, walaupun itu juga tidaklah mudah
Sebenarnya apa yang salah dari Atletico?
Yang paling terlihat adalah skema negatif football yang diterapkan oleh Diego Simeone. Sudah menjadi rahasia umum sang juru taktik asal Argentina ini kerap kali memilih bermain bertahan.
Padahal nyatanya skuad Atletico Madrid diisi oleh pemain yang bertipe menyerang. Sehingga pola permainan yang cenderung defensif membuat klub yang bermarkas di Wanda Metropolitano ini menjadi tidak berkembang dan terlalu mudah dibaca oleh lawan.