Mungkin kamu sering mendengar keluhan ibu-ibu tentang harga kebutuhan pokok yang terus melambung dari waktu ke waktu, terkhusus dimomen hari besar tertentu seperti saat bulan puasa, menjelang lebaran, menjelang natal dan juga tahun baru
Atau mungkin kamu pernah mengalami sendiri hal itu. Dulu uang seratus ribu bisa membeli banyak hal tapi kok sekarang cuma bisa memenuhi sedikit kebutuhan?
Pernah dengar kata inflasi? Nah itulah si "rayap ekonomi"Â yang menjadi fenomena bahasan kali ini.
Inflasi diartikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa ataupun penurunan nilai (daya beli) uang. Jadi, apapun penyebabnya baik itu karna kenaikan harga ataupun penurunan daya beli.
Bagaimana cara menghitung inflasi?
Perubahan indeks harga barang dan jasa dapat diukur berdasarkan persentase perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK) saat ini dibandingkan dengan waktu sebelumnya
IHK ini dihitung dari sekumpulan barang dan jasa yang dianggap mewakili konsumsi terbesar masyarakat disuatu daerah. IHK dihitung rutin oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang diterbitkan secara bulanan dan tahunan (IHK bulanan dan Tahunan).
Dalam perhitungan IHK ini tidak semua wilayah dihitung melainkan hanya terbatas pada wilayah yang memberikan pengaruh besar istilahnya sampel kota yang diambil sebagai perhitungan bisa mewakili keseluruhan populasi.
Di Indonesia Sendiri, sejak Januari 2014 IHK dihitung dari 82 kota yang tersebar diseluruh Indonesia berdasarkan 225-462 jenis barang dan jasa di setiap kota.
Inflasi terjadi jika persentase perubahan IHK positif, yang berarti harga barang dan jasa saat ini lebih mahal dari periode bulan/tahun sebelumnya
Perlu diketahui bahwa banyak faktor yang menyebabkan inflasi, namun secara garis besar untuk penyebab utamanya terbagi 2 yaitu:
1. Permintaaan lebih besar dari penawaran (demand pull inflation)
Dalam hal ini jika dikembalikan kebahasan ekonomi mikro itu sesuai dengan hukum permintaaan dan penawaran dimana jika permintaan lebih besar daripada penawaran maka otomatis harga akan naik
2. Stok barang yang terbatas
Berkurangnya barang dipasar bisa terjadi jika karna kenaikan biaya produksi sehingga output barang hasil produksi pun berkurang. Kondisi ini lazim disebut dengan cost push inflation
Dalam lingkup lain inflasi juga bisa terjadi karna banyaknya uang beredar dipasar sehingga masyarakat cenderung lebih konsumtif sehingga membuat permintaan meningkat berkali lipat sedangkan prosuksi barang tetap dan terjadilah inflasi.
Contoh sederhana misalnya mahasiswa yang mendapatkan tambahan uang saku ataupun pekerja yang mendapat bonus akhir tahun. Karna uangnya bertambah ia pun tak mengontrol diri dalam berbelanja sehingga terjadilah over demand.
Setelah kita bahas mengenai permasalahan dari semua ini tentunya kita juga butuh solusi. Lalu apa solusi yang tepat dari inflasi? Dan bagaimana cara mengatasinya?
Menabung vs Investasi
Masyarakat tradisional biasanya memutuskan untuk menabung. Pertanyaannya apakah dengan menabung di bank syariah/bank konvensional bisa mengatasi inflasi? Jawabannya relatif,vbisa ya bisa tidak.
Untuk jelasnya begini, apabila nisbah bagi hasil/bunga bank lebih tinggi dari tingkat inflasi otomatis meyimpan uang dibank bisa mengatasi inflasi karna bisa menahan penurunan nilai mata uang. Namun apabila kondisi sebaliknya tentunya tidak bisa mengatasi inflasi.
Dan faktanya saat ini dan juga secara historikal bunga deposito dari bank itu sendiri baik pada bank nasional maupun bank daerah masih berada dibawah persentase inflasi.
Dari sini kita mengetahui bahwa menabung di bank bukanlah solusi dari inflasi, karna memang tujuan dari menabung itu untuk menjaga fisik uang agar tetap aman bukan menjaga uang dari penurunan nilai.
Lalu solusinya apa? Obat dari inflasi adalah investasi.
Karna investasi itu sifatnya menumbuhkan secara sederhana itu layaknya sebuah kebun yang ditanami pohon maka ia akan menghasilkan buah dari pohon tersebut. Tentunya nilai kebun yang sebatas kebun kosong dengan tanah yang memiliki tanaman harganya berbeda begitulah investasi, peningkatan nilai inilah nanti yang akan melawan inflasi.
Penulis akan memberikan gambaran sederhana untuk produk investasi yang paling rendah returnnya yaitu reksadana pasar uang (RDPU)Â yang secara risiko pun rendah namun grafiknya stabil mengalami peningkatan dan secara historikal return tahunannya selalu lebih tinggi dari tingkat inflasi.
Itu baru kita bahas satu instrumen investasi belum lagi kita bahas instrumen investasi yang memiliki return yang lebih tinggi yang juga bagus untuk investasi jangka panjang,yang mana passive incomenya tidak sekedar mampu memenuhi kebutuhan makanan pokok tapi juga bisa membantu mempersiapkan kebutuhan pendidikan anak dimasa depan. Yang mana kita tau uang kuliah yang semakin mahal dalam beberapa tahun kedepan sehingga membutuhkan persiapan finansial yang matang.
So, jangan biarkan nilai guna uang dimakan rayap ekonomi cukup kayu dan papan itu saja yang dimakan rayap dunia nyata
Demikian bahasan kali ini, semoga bermanfaat bagi kita dalam mempersiapkan diri menghadapi masa depan. Salam literasi salam investasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H