Mohon tunggu...
Raudhatul Ilmi
Raudhatul Ilmi Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer & Script Writer

Jangan Pernah Protes pada Proses

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Umur Kedua Tidak Pernah Habis Ditelan Masa

30 Juli 2022   21:37 Diperbarui: 30 Juli 2022   23:13 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbicara tentang usia,rata rata manusia itu  hanya hidup bekisar antara 60 sampai 70 tahun saja, namun umur kedua bisa saja mencapai ribuan tahun.

Apa itu umur kedua?

Karya.  Banyak orang yang telah tiada namun karyanya masih ada bahkan terukir indah  sepanjang masa.

Jika ada peribahasa mengatakan bahwa manusia mati itu meninggalkan nama, saya tidak setuju karna lebih tepatnya manusia yang telah tiada meninggalkan karya

Karya apa sajakah?

Baca juga: Insomnia dan Karya

Diantaranya karya tulis,  maka dari itu tulislah hal-hal yang bermanfaat yang tidak hanya  menghadirkan umur kedua namun juga dapat menjadi investasi akhirat.

Karna sebaik baik kamu adalah yang bermanfaat bagi orang lain.

Banyak hal yang bisa dituangkan dalam bentuk tulisan baik itu tentang keilmuan,pengalaman ataupun Sastra yang dibalut dengan bait rima.

Ilustrasi Chairil Anwar/detiknews
Ilustrasi Chairil Anwar/detiknews
Berbicara tentang karya dan sastra masih kurang rasanya jika belum membahas sang maestro. Siapa lagi kalau bukan Chairil Anwar. Penyair fenomenal kelahiran 26 Juli 1922 ini adalah salah satu inspirasi dalam hal puisi dan karya dimana beliau telah mengukir sekitar 70 puisi dari total 96 karya.

Namun dalam hal ini ada mengandung pengajaran bagi kita kaula muda yang masih dalam tahapan mencari jati diri untuk pantang menyerah dalam memperjuangkan sebuah mimpi.

Belajar dari sang maestro, yang dalam mempublikasikan karyanya sendiri dimedia juga banyak mengalami penolakan, bahkan ditahap awal karyanya terlalu dianggap individual yang tidak sesuai dengan budaya pada masa itu.

Baca juga: Bekal untuk Pulang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun