Hai sobat kompasianer apa kabar semuanya? Semoga tetap semangat ya dan dimudahkan dalam setiap aktivitasnya. pada artikel kali ini penulis akan kembali melanjutkan topik seputar investasi yaitu membahas tentang "Menangkal Investasi Bodong dengan Memahami Financial Literacy "
Investasi bodong adalah salah satu problematika yang terjadi yang dapat merugikan masyarakat luas bahkan tak disangka banyak pula masyarakat yang tertipu olehnya.Â
Dilansir dari Satgas Waspada Investasi (SWI) Mencatat kerugian masyarakat akibat investasi bodong sejak tahun 2011-2021 mencapai 112,7T. Tentunya ini Sebuah angka yang cukup fantastis dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.
Dan kebanyakan mereka yang tertipu oleh investasi bodong dikarenakan didalam berinvestasi mereka hanya sebatas ikut-ikutan (FOMO)Â dan tidak paham akan literasi keuangan (Financial Literacy)
Penulis sendiri cukup prihatin dengan hal tersebut, maka dari itu penulis ingin sedikit memberikan pencerahan terkait investasi bodong. Kenapa bisa disebut investasi bodong dan apa saja ciri-cirinya?
Ciri-ciri Utama Investasi Bodong
Ada 3 ciri utama dari investasi bodong,yaitu:
1. Legalitas palsu
Umumnya oknum yang menyuarakan tentang investasi bodong itu membuat legalitas palsu untuk meyakinkan masyarakat bahwa itu adalah investasi yang benar. Lalu gimana caranya kita tau kalau itu palsu?
Mudah saja teman-teman kita tinggal cek saja keabsahannya yaitu dengan cara memastikan apakah investasi yang diserukan tersebut memiliki izin OJK.Â
Jika tidak jangan coba-coba ikut berinvestasi dengan produk investasi yang ditawarkan tersebut, apalagi jika tawaran itu datang dari grup-grup telegram yang memasukkan anda kedalam grup tanpa izin.
2. Member Get Member
Untuk lebih gampangnya sistemnya itu sama dengan Multi Level Marketing (MLM) yaitu menganut skema ponzi.
Skema ponzi itu sama halnya seperti bentuk piramid dimana yang paling diuntungkan dalam skema ini adalah yang berkedudukan paling atas. Dikarenakan ia akan menerima banyak uang dari member dibawahnya. Sedangkan semakin dibawah semakin kesulitan mencari member bahkan berpotensi tidak mendapatkan apa-apa alias uangnya menjadi hangus jika tak kunjung mendapatkan member baru. Kalau diistilahin itu layaknya zombie. Tapi sejahat-jahatnya zombie tidak akan makan temannya sendiri
Nah jika teman-teman ada ajakan investasi dengan sistem yang demikian lebih baik skip aja daripada timbul penyesalan kemudian.
3. Imbal Hasil Tinggi
Poin ketiga ini adalah alasan yang paling banyak membuat orang tertipu. Karna mindset kebanyakan orang itu bermimpi untuk kaya instan tapi tak ingin lelah melewati proses. Padahal pencapaian yang paling indah adalah ketika kita bisa mencapai puncak dengan keberhasilan melewati banyak rintangan. Hargailah proses maka proses akan menghargaimu.
Perlu diingat bahwa investasi yang normal itu tidak menjanjikan pasti untung karna prinsip dasar investasi itu "High Risk High Return,Low Risk Low Return"Â dalam artian yang lebih sederhana jika kita ingin mendapatkan sesuatu yang lebih dimasa mendatang akan selalu ada risiko yang membayangi didalamnya.
Tapi jangan jadikan resiko itu sebagai sesuatu yang menakutkan, karna dalam investasi itu sendiri yang namanya resiko memang tidak bisa dihilangkan secara utuh tapi bisa diminimalisir.
Bagaimana caranya? Caranya sangat beragam dan hal yang paling inti dari itu semua adalah terus belajar. Karna jika kita sudah paham akan literasi keuangan yang benar maka jalan yang kita lalui semakin gampang dan resiko yang berpotensi muncul juga bakalan semakin ringan.
So, Tetaplah belajar. Engkau boleh berhenti sekolah/kuliah (lulus), tapi engkau tidak boleh berhenti belajar karna hidup tidak pernah berhenti ngasih kita pelajaran.
Sekian bahasan kali ini semoga bisa sedikit mencerahkan hari. Salam Literasi Salam Investasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H