Indonesia kembali berduka atas tragedi tenggelamnya Kapal Nanggala-402 pada kedalaman 850 meter di bawah permukaan laut, kapal selam  ini telah hilang kontak pada Rabu (21/04/21) dini hari, saat melakukan pelatihan  di perairan utara pulau Bali. Kapal selam ini membawa 53 orang yang terdiri dari 49 orang anak buah kapal, 3 personel senjata, dan seorang komandan satuan.
Laksamana Yudo Margono mengatakan, analisis awal tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402 lebih pada faktor alam dan bukan karena faktor human error ataupun black out/ mati listrik. Meski demikan perlu di pastikan  kembali faktor penyebab tenggelammya kapal tersebut dengan melakukan pengangkatan badan kapal. Terdapat dugaan lain yang menyatakan adanya kemungkinan kapal mengalami keretakan yang besar yang berpotensi membuat air masuk ke dalam badan kapal
Segala upaya dan bantuan dari Berbagai Negara seperti Singapore, Malaysia  sudah di kerahkan dalam proses pencarian kapal tersebut, setelah 4 hari berlalu  Tim pencarian berhasil menemukan sejumlah bagian dari kapal selam tersebut, telah di temukan kemudi vertikal belakang,  jangkar, bagian luar badan tekan, kemudi selang timbul, bagian kapal yang lain termasuk baju keselamatan awak kapal. Tentu tragedi ini memberikan luka mendalam bagi Indonesia dan keluarga yang telah di tinggalkan.
Dalam Manajemen Risiko ISO 31000, proses pertama yang  dilakukan adalah melakukan identifikasi risiko-risiko yang dapat muncul atau terjadi di masa yang akan datang, selanjutnya menganalisis risiko yang melibatkan pertimbangan penyebab dan sumber risiko, konsekuensi positif dan negatif serta kemungkinan bahwa konsekuensi dapat terjadi, lalu mengevaluasi risiko, apakah risiko-risiko itu acceptable/ dapat diterima, menjadi issue/diwaspadai, atau unacceptable/tidak diterima, serta memprioritaskan mitigasi atau penangannya, dan terakhir perlakuan risiko adalah suatu proses untuk memodifikasi risiko sehingga risiko tersebut dapat dihilangkan, dikurangi atau mempunyai efek yang paling kecil.
Tentu risiko tenggelamnya KRI Nanggala ini berdampak sangat besar dan memiliki risiko yang tinggi. Dengan begitu yang dapat dilakukan adalah dengan perlakuan risiko untuk memodifikasi risiko agar risiko bisa di hilangkan atau setidaknya di kurangi. Memitigsi risiko dengan cara melakukan pemeriksaan pada seluruh bagian kapal secara rutin, perawatan badan dan mesin kapal, lalu memperhatikan faktor alam yang mungkin akan terjadi pada saat kapal ingin beroperasi, kegiatan operasional kapal selam yang timbul dapat dari kegagalan fungsi internal ataupun eksternal, di perlukan adanya sosialisasi terus menerus kepada seluruh awak kapal selam, kapal selam Nanggala-402 ini telah di perkiraan telah beroperasi  selama  42 tahun, waktu yang cukup lama untuk sebuah kapal selam yang masih di gunakan dalam beroperasi, perlu di perhatian kembali bahwa  jika sebuah kapal sudah melebihi standart masa operasi maka lebih untuk tidak di gunakan kembali.
RJ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H