Mohon tunggu...
raudaraudah
raudaraudah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

menari

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kampus Sebagai Cermin

8 Januari 2025   19:43 Diperbarui: 8 Januari 2025   19:42 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kampus sebagai Cermin: Apakah Mahasiswa Masih Agen Perubahan atau Sekadar
Pengguna Fasilitas?
Kampus, sebuah institusi yang sering disebut sebagai pusat intelektual dan tempat
tumbuhnya calon-calon pemimpin masa depan, memiliki peran penting dalam menentukan
arah peradaban bangsa. Di Indonesia, eksistensi kampus telah lama diromantisasi sebagai
medan perjuangan intelektual dan sosial. Namun, apakah peran tersebut masih relevan di
tengah perubahan zaman? Apakah mahasiswa masih menjadi agen perubahan seperti yang
sering diklaim, atau mereka justru bertransformasi menjadi sekadar pengguna fasilitas?
Mahasiswa sebagai Agen Perubahan: Sebuah Narasi Sejarah
Dalam sejarah Indonesia, mahasiswa telah memainkan peran signifikan dalam berbagai
momentum perubahan sosial dan politik. Gerakan mahasiswa pada tahun 1966 adalah salah
satu contoh paling monumental. Kala itu, mahasiswa menjadi garda terdepan dalam mendorong
perubahan rezim yang dianggap gagal memenuhi aspirasi rakyat. Demikian pula pada tahun
1998, mahasiswa kembali menunjukkan taringnya dengan menjadi motor penggerak reformasi,
yang berhasil menggulingkan rezim Orde Baru.
Namun, narasi ini tidak hanya berlaku di Indonesia. Di berbagai belahan dunia,
mahasiswa sering kali menjadi pelopor gerakan-gerakan progresif. Mereka memiliki energi,
idealisme, dan keberanian untuk melawan status quo, sesuatu yang sering kali absen pada
generasi yang lebih tua. Inilah yang menjadikan mahasiswa sebagai simbol agen perubahan.
Pergeseran Paradigma Mahasiswa Modern
Seiring dengan perkembangan zaman, wajah dunia kampus di Indonesia mulai
mengalami pergeseran. Mahasiswa zaman sekarang hidup di era digital, di mana informasi
tersedia di ujung jari. Sayangnya, akses mudah ini sering kali tidak diimbangi dengan
kedalaman berpikir. Banyak mahasiswa terjebak dalam budaya instan, yang lebihmengutamakan hasil daripada proses.
Hasilnya? Kampus tidak lagi menjadi tempat diskusi kritis yang melibatkan isu-isu
besar, melainkan lebih sering digunakan untuk kegiatan pragmatis, seperti menyelesaikan
tugas, mengikuti ujian, dan mengejar gelar. Banyak mahasiswa yang datang ke kampus hanya
untuk "mengonsumsi" fasilitas: WiFi, ruang kelas ber-AC, atau perpustakaan modern. Mereka
cenderung menghindari aktivitas yang dianggap tidak relevan dengan tujuan akademik mereka.
Budaya ini diperparah dengan maraknya media sosial, yang secara tidak langsung
membentuk pola pikir mahasiswa. Aktivisme mahasiswa kini lebih banyak terjadi di dunia
maya daripada di jalanan. Aksi-aksi demonstrasi yang dahulu menjadi identitas mahasiswa kini
lebih sering digantikan oleh tagar dan petisi online. Meskipun media sosial memiliki kekuatan
tersendiri, ia tidak mampu sepenuhnya menggantikan dampak langsung dari aksi nyata di
lapangan.
Kampus sebagai Fasilitator atau Inspirator?
Tidak bisa disangkal bahwa kampus memang berperan sebagai penyedia fasilitas.
Dengan semakin banyaknya universitas yang berlomba-lomba membangun gedung megah dan
menyediakan teknologi canggih, ada harapan bahwa mahasiswa akan memanfaatkan fasilitas
ini untuk meningkatkan kualitas mereka. Namun, apakah kampus hanya sebatas itu? Apakah
tugas kampus hanya menyediakan infrastruktur tanpa memikirkan bagaimana fasilitas tersebut
digunakan?
Kampus idealnya menjadi inspirator, tempat di mana mahasiswa tidak hanya belajar
tentang ilmu pengetahuan, tetapi juga tentang tanggung jawab sosial. Sayangnya, banyak
kampus saat ini lebih berorientasi pada pasar ketimbang misi sosial. Mereka mengukur
kesuksesan melalui angka-angka: jumlah lulusan, tingkat penyerapan kerja, dan peringkat
internasional. Akibatnya, mahasiswa pun terjebak dalam paradigma yang sama, yaitu mengejar
prestasi individual tanpa memikirkan kontribusi kolektif.
Membangkitkan Kembali Peran Mahasiswa
Untuk mengembalikan peran mahasiswa sebagai agen perubahan, ada beberapa
langkah yang perlu dilakukan, baik oleh mahasiswa itu sendiri maupun oleh institusi kampus:
1. Membangun Budaya Diskusi Kritis
Kampus harus kembali menjadi ruang di mana mahasiswa bebas berdiskusi,
berdebat, dan bertukar gagasan. Diskusi ini tidak hanya terbatas pada isu akademik,
tetapi juga mencakup masalah sosial, politik, dan lingkungan.
2. Mengintegrasikan Pendidikan Kritis dalam Kurikulum
Kurikulum yang hanya berorientasi pada angka dan capaian akademik harus
dirombak. Pendidikan tinggi harus mengajarkan mahasiswa untuk berpikir kritis,
kreatif, dan solutif terhadap permasalahan nyata di masyarakat.
3. Memanfaatkan Teknologi untuk Aktivisme
Media sosial dapat menjadi alat yang kuat untuk menyebarkan kesadaran dan
mengorganisasi gerakan. Namun, mahasiswa harus belajar menggunakannya dengan
bijak dan tidak menggantikan aksi nyata dengan sekadar klik dan unggahan.
4. Memperkuat Hubungan dengan Masyarakat
Mahasiswa tidak bisa menjadi agen perubahan jika mereka terisolasi dari
masyarakat. Program-program seperti Kuliah Kerja Nyata (KKN) harus lebih
dioptimalkan agar mahasiswa benar-benar memahami kebutuhan dan aspirasi rakyat.
5. Mendorong Kepemimpinan yang Visioner
Kampus harus menjadi tempat lahirnya pemimpin-pemimpin yang memiliki
visi besar untuk bangsa. Ini dapat dilakukan dengan memberikan ruang lebih banyak
untuk organisasi mahasiswa, pelatihan kepemimpinan, dan kegiatan sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun