Mohon tunggu...
La Ode Muh Rauda AU Manarfa
La Ode Muh Rauda AU Manarfa Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Sosiologi Universitas Dayanu Ikhsanuddin

Seorang musafir yang sedang melakukan perjalanan jauh, mencari sesuatu untuk dibawa pulang kembali. Selama perjalanan mengumpulkan pecahan-pecahan pengalaman yang mungkin akan berguna suatu saat nanti.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Belajar Dari Lawa Bistro

22 Juli 2024   08:17 Diperbarui: 22 Juli 2024   08:26 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Semalam saya mengendarai kendaraan bermotor melintas dari arah Betoambari pada jalur Lamangga bawah menuju ke Wajo di Kota Baubau, saya melihat ke arah Lawa Bistro, sebuah tempat ngopi -- caf terkemuka di Kota Baubau. Tempat yang biasanya tampak ramai dikunjungi oleh anak muda yang pacaran, membuat tugas, sekedar menyanyi, makan nasi goreng, mabar online, kini terlihat dalam suasana yang sedikit hening.

Tampak kumpulan anak muda dengan beberapa peralatan di hadapannya sibuk mengoprak-oprek rangkaian plastik dan sebentuk mesin dan seseorang di hadapan semua anak muda tersebut sibuk memberikan instruksi dengan suara menghitung angka mundur sebagai tanda berakhirnya waktu yang ia telah berikan.

Saya menduga telah berlangsung semacam kompetisi yang nomor diperlombakan merupakan hobi dari mereka yang menjadi peserta. Saya juga melihat ke sekeliling suasana Lawa Bistro, dari jauh terlihat ada yang menonton TV, ada yang main game dengan pemain virtualnya tampak di LCD, pelayan yang hilir mudik, maupun pengunjung lainnya dengan aktifitasnya sendiri.

Lawa Bistro telah keluar dari custom-nya yang tadinya hanya tempat minum kopi dan makan nasi goreng menjadi ruang publik berbayar yang menawarkan suasana baru. Di ruang itu orang boleh beraktifitas secara gratis tetapi tetap harus memesan dan membayar apa yang ia makan dan minum di situ. Pengunjung mendapatkan suasana dan pesanan, sementara ownernya mendapatkan pengungjung dan pesanan, dua kolaborasi yang apik dan saling menguntungkan.

Saya melihat beberapa tempat usaha di Kota Baubau yang melulu hanya menawarkan tempat usahanya hanya pada aspek kuliner saja, tetapi aspek non kuliner yang sebenarnya menjadi penentu orang mau datang duduk berlama-lama hingga memesan makanan dan minuman di tempat itu yang biasanya tidak disasar untuk meningkatkan omset. Dari Lawa Bistro kita bisa belajar sukses mengelola tempat usaha F&B, yang setiap hari ramai dikunjungi oleh pelanggannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun