Mohon tunggu...
La Ode Muh Rauda AU Manarfa
La Ode Muh Rauda AU Manarfa Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Sosiologi Universitas Dayanu Ikhsanuddin

Seorang musafir yang sedang melakukan perjalanan jauh, mencari sesuatu untuk dibawa pulang kembali. Selama perjalanan mengumpulkan pecahan-pecahan pengalaman yang mungkin akan berguna suatu saat nanti.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Donal Trump dan Penembakan Dirinya

19 Juli 2024   17:58 Diperbarui: 19 Juli 2024   17:59 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Beberapa hari yang lalu santer terdengar kabar bahwa mantan Presiden Amerika Serikat Donal Trump mengalami luka di telinga kanannya akibat terkena tembakan dari seseorang. Penembakan ini begitu tragis karena dilakukan dihadapan pendukungnya saat dirinya tengah berkampanye secara terbuka di sebuah tempat terbuka dalam rangka memenangkan perhelatan pemilihan Presiden Amerika Serikat berikutnya.

Sebagai Mantan Presiden Amerika Serikat, Trump bukan lawan yang mudah, tetapi juga Presiden Joe Biden yang saat ini sedang berkuasa dan hendak memperpanjang jabatannya melalui Pemilihan Presiden juga melalui perjuangan yang dapat dibilang sulit. Hal ini dikarenakan antara antara dirinya melawan sosok yang terang-terangan dizalimi di depan umum, hal ini tentu saja akan meningkatkan simpati publik dan bila tidak dapat ia kendalikan maka hampir pasti mengantarkan Trump sekali lagi kepada tampuk kekuasan Presiden Amerika.

Penembakan kepada Presiden Amerika menjadi misteri yang belum terpecahkan hingga saat ini, paling tidak untuk kasus presiden John F. Kennedy yang tengah melakukan perjalanan kendaraan mobil ditembak oleh secara misterius oleh seseorang. Tingginya ancaman pembunuhan kepada Presiden Amerika telah menjadi resiko tersendiri yang sepadan dengan besarnya pengaruh kekuasaan yang dimiliki oleh seorang Presiden Amerika.

Pembunuhan sosok pemimpin juga dialami oleh Mahatma Gandhi di India, yang oleh alasan yang tentu saja tidak dapat dibenarkan, ia dieksekusi. Keputusan Gandhi yang tidak ingin terjadi kekacauan antar pemeluk umat beragama di India telah mendatangkan sejumlah ketidakpuasan bagi masyarakat India yang beragama Hindu, padahal mereka memiliki agama yang sama dengan Gandhi. Kelak warga India pemeluk agama Hindu dan pemeluk agama Islam di India bersepakat untuk membagi wilayah India hingga menjadi sebuah negara baru yang disebut dengan Pakistan. Konflik puluhan tahun silam tersebut masih tetap lestari hingga saat ini yang mewujud dalam bentuk perundungan tidak terkendali di berbagai wilayah di India.

Pembunuhan kepada sosok pemimpin negara tidak hanya terjadi di luar negeri, di Indonesia sendiri pernah terjadi kepada Presiden Pertama Indonesia bapak Ir. Soekarno. Menggunakan media bom hingga akhirnya diledakan di TK Cikini di Jakarta, tentunya aksi tersebut membawa korban tetapi untungnya tidak menghilangkan nyawa sang Proklamator. Berkaca kepada berbagai pengalaman yang ada, menjadi seorang pemimpin apalagi pada level negara tidak hanya mengikat rasa cinta kepada pendukungnya tetapi juga menciptakan pembenci yang dapat saja reaktif pada waktu dan tempat yang tidak terduga. Menjadi pemimpin tidak hanya siap dengan hidupnya yang dihabiskan melayani urusan banyak orang tetapi juga harus siap dengan kondisi tiba-tiba seperti ini yang setiap saat dapat saja terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun