Di dalam kehidupan seringkali kita mendapati hal-hal yang pada awalnya manis tetapi di akhirnya ternyata buruk, serta hal-hal yang mulanya pahit tetapi di akhirnya ternyata baik. Pengalaman hidup selama puluhan tahun mengajarkan bahwa semua yang terlihat oleh mata bisa jadi memiliki penampakan asli di baliknya yang tidak diperlihatkan di depan umum, dikamuflase dan hanya dapat terlihat pada waktu, tempat, dan orang yang tepat.Â
Semua yang terlihat menarik ataupun buruk janganlah terlalu cepat diberikan respon yang serupa dengan penampakan yang ada, karena adanya perbedaan kondisi dan juga cara pandang pada masing-masing sehingga mempengaruhi bagaimana sesuatu itu terlihat.
Sebagai contoh gula, sebagai bahan makanan yang rasanya manis sangat disukai oleh berbagai kalangan, tetapi bila dikonsumsi secara berlebihan akan mendatangkan penyakit diabetes bagi usia lanjut dan tantrum bagi usia dini. Contoh lainnya seperti obat yang rasanya pahit, tidak ada yang menyukai rasa getirnya, tetapi karena memang orang-orang yang mengkonsumsinya tahu akan khasiatnya maka dengan senang hati akan menelannya sekalipun memberikan sensasi rasa pahit di dalam rongga mulut bagi yang mengkonsumsinya.
Contoh lainnya seperti pada masa kecil manusia yang senantiasa diliputi oleh rasa senang karena segala kebutuhannya disediakan oleh orang tua dan dilayani oleh pembantunya, kebiasaan manis ini terbawa hingga besar dan berdampak buruk ketika ia tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa adanya bantuan orang lain, hidupnya akan susah karena selalu berharap kepada bantuan.Â
Hal yang berbeda dijalani oleh orang yang sejak kecil sudah hidup susah, memenuhi kebutuhan hidupnya dengan tangannya sendiri di tengah dera kesulitan kehidupan. Kondisi sulit tersebut mendidiknya untuk senantiasa membuat dirinya mandiri sehingga tidak tergantung kepada orang lain, kelak ketika dewasa akan dengan mudah melalui kehidupan hingga meraih kesuksesan karena keuletan memperjuangkan dirinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H