Mohon tunggu...
La Ode Muh Rauda AU Manarfa
La Ode Muh Rauda AU Manarfa Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Sosiologi Universitas Dayanu Ikhsanuddin

Seorang musafir yang sedang melakukan perjalanan jauh, mencari sesuatu untuk dibawa pulang kembali. Selama perjalanan mengumpulkan pecahan-pecahan pengalaman yang mungkin akan berguna suatu saat nanti.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Isu Etnik dan Pemilihan Gubernur Sultra 2018

13 Juli 2024   01:43 Diperbarui: 13 Juli 2024   02:52 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Dalam kurun waktu beberapa bulan ke depan akan diadakan pemilihan kepala daerah provinsi sulawesi tenggara. Pemilihan kali ini terbilang istimewa paling tidak untuk beberapa daerah, yang mana dalam kegiatan pemilihan nanti akan dilangsungkan secara bersamaan antara pemilihan pasangan calon kepala daerah pada tingkat provinsi dan juga pada tingkat kabupaten / kota.

Hiruk pikuk siapa yang berniat maju dan hendak menggunakan "pintu" apa telah gencar diberitakan melalui berbagai media. Bagaikan air yang mendidih, pemberitaan-pemberitaan itu lalu menjadi buih yang meletup tanda tingginya suhu politik yang ada. Semua ikut berpartisipasi dalam perannya masing-masing.

Rutinitas 5 tahunan yang mulai bergelora sejak dibukanya keran reformasi hampir dua dekade silam, menjadi ritual wajib yang selalu diikuti oleh kebanyakan penduduk sesuai dengan kadar kesanggupannya masing-masing. Ada yang menjadi penyokong dana kampanye, lobitor partai-partai, penerima order atribut, tim pemenangan, pemilih yang menunggu didatangi, pedagang-pedagang yang meramaikan perkumpulan massa, hingga kandidat yang siap bertarung.

Berbicara pemilihan kepala daerah pasca lahirnya aturan tentang otonomi daerah pada tahun 1999 akan selalu terkait erat dengan etnisitas, paling tidak dalam hal struktur dominasi. Berkaca pada penelitian disertasi yang dilakukan oleh Sofyan Sjaf (Ketua Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan -- Institut Pertanian Bogor) pada tahun 2011 -- 2012 studi kasus di Kendari, ditemukan bahwa betapa etnisitas sangatlah berperan pada perebutan kekuasaan di Sulawesi Tenggara.

Melalui penelitian tersebut digambarkan bahwa Sulawesi Tenggara tersusun oleh 28 etnis penduduk, selain itu pula pada ruang ekonomi dan politik lokal didominasi oleh mereka yang berasal dari 4 etnis mayoritas antara lain Buton, Tolaki, Muna, dan Bugis berikut dinamika konstelasi yang berkembang pada etnis yang ada. Penelitian tersebut menunjukan bahwa untuk menemukenali fenomena politik identitas dalam arena ekonomi politik lokal, maka dibutuhkan pemahaman tentang pembentukan identitas etnik, praktik dominasi (identitas) etnik, ruang pertarungan, strategi aktor, dan formasi identitas etnik dalam arena ekonomi politik lokal.

Upaya pembentukan identitas dalam arena politik lokal sangat dipengaruhi oleh adanya etnisitas yang direproduksi sehingga menciptakan habitus (tindakan naluriah) pada aktor. Pada pembentukan identitas etnik akan menentukan posisi dan peran aktor pada praktik dominasi (identitas) etnik dalam arena ekonomi politik lokal. 

Sedangkan praktik dominasi meliputi kekuasaan simbolis, kekuasaan politik, dan kekuasaan ekonomi, yang mana kesemuanya dilakukan dalam arena ekonomi dan politik skala lokal. 

Sedangkan strategi yang dijalankan oleh para aktor antara lain berupa reproduksi simbolik, investasi simbolik, invasi ekonomi, dukungan wacana, invasi kekuasaan, dukungan simbolik, penyusupan simbolik, perlawanan, reproduksi wacana, aliansi strategis, dan edukatif. Formasi identitas etnik dalam arena ekonomi politik lokal terbagi menjadi dua yakni formasi dominasi dan formasi terdominasi.

Bila melihat perpolitikan Sulawesi Tenggara dalam pemilihan gubernur tahun 2018, kiranya hasil penelitian Sofyan Sjaf layak dijadikan sebagai alat analisis yang dengannya dapat memberi informasi bagaimana menjadi aktor potensial, tindakan yang perlu dilakukan, pada ruang seperti apa akan berlaga, strategi apa yang akan dimainkan, dan proyeksi formasi yang akan dihasilkan nantinya. Setiap nama pasangan calon gubernur yang beredar informasinya di Sulawesi Tenggara dapat dengan mudah diketahui asal etnisnya, representasi daratan -- kepulauan, keterwakilan gender, dan lain sebagainya.

Dengan memanfaatkan identitas etnik, pasangan kandidat dapat meraih simpati keberpihakan dari para pemilih. Tidak dapat dipungkiri bahwa etnisitas bukan merupakan satu-satunya pendekatan isu yang dapat digoreng untuk disajikan kepada para pemilih, namun isu etnisitas selalu menjadi bahan pertimbangan utama sehingga mendapat porsi perhatian yang lebih dari para kontestan.

Melalui berbagai pemberitaan hingga saat ini tercatat minimal 5 pasangan yang memberikan informasi niat mengikuti perhelatan kepala daerah Sulawesi Tenggara, antara lain (1) Asrun -- Hugua, (2) Ali Mazi -- Lukman Abunawas, (3) Wa Ode Nurhayati -- Andre Darmawan, (4) Rusda Mahmud -- La Ode Muhammad Sjafei Kahar, dan (5) Laode Muhammad Rusman Emba -- Asnawati Hasan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun