Suatu pagi di tahun 2002 sang kepala sekolah Drs. H. La Ode Zulkifli berpidato di upacara bendera dengan Mr. La Daini menjadi komandan upacara. Bahwa telah berkunjung pak Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah dari Kemendikbud ke Kota Baubau yang lalu menghampiri sekolah ini. Ketika mendampingi pak Dirjen, pak Kepala Sekolah mengatakan bahwa gedung SMAN 1 Baubau ini telah berdiri puluhan tahun sejak awal pertama didirikan, perlu perhatian dari pemerintah agar membuatnya menjadi terlihat lebih layak untuk gunakan. "Lestarikan dan pertahankan", itu jawaban yang diberikan oleh pejabat yang berkantor di daerah Senayan Jakarta.
Pak Kepala Sekolah berbagi kisah itu kepada kami siswanya di upacara itu. Sebenarnya kalau menilik pengalaman yang sudah-sudah, kami siswanya menjadi obyek nasehat, pelajaran, petuah, pengalaman, hikmah, dan hal-hal informatif lainnya. Tetapi pagi itu pak Kepala Sekolah kami rasa sedang curhat kepada kami, apalah kami yang bukan siapa-siapa, hanya siswa yang sebentar lagi akan menghadapi kelas Ujian Nasional, yang kemudian akan berpencar entah ke mana.
Sudah menjadi pengetahuan umum bila bapak Kepala Sekolah selain menjadi pimpinan di SMAN 1 Baubau juga bertindak sebagai Khatib di Masjid Agung Keraton Buton. Setiap hari Jum'at dengan pakaian putih yang melambangkan kesalehan, kesucian, dan kedekatan pada Ilahi, beliau berangkat dengan motor bebeknya dari Loji menuju Masjid Keraton Buton. Peran beliau dalam urusan akhirat tersebut membuat banyak siswa di sekolah lebih segan dan menjadi lebih sopan bila berpapasan dengan beliau di sekolah.
Bila mengetahui ada siswa yang melakukan pelanggaran beliau tidak pernah memarahinya, tetapi nasehat-nasehat akan terakumulasi selama satu minggu lalu dicurahkan kepada kami siswanya di lapangan basket demi menyadarkan atas pelanggaran yang pernah dilakukan oleh siswa pada minggu sebelumnya. Sepanas-panasnya punggung kami disengat oleh cahaya pagi tetapi lebih panas lagi beliau yang matanya langung menatap kami sembari berhadapan dengan matahari demi kami.
Kadang kala dari ujung lapangan lompat jauh di depan kelasku Satu Sembilan terlihat beliau dengan gaya khas tangan disimpan di belakang tubuh seraya memantau aktifitas siswa di sekitar ruang kerjanya. Kadang kala beliau sambil lalu memantau aktifitas proses belajar mengajar di kelas-kelas, beliau sering terlihat di ruang dewan guru, ruang tata usaha, dan wakil kepala sekolah.
Beberapa tahun setelah lulus dari SMAN 1 Baubau terdengar kabar kalau beliau menjadi Kepala Dinas Sosial Kota Baubau, dinas yang dulu pernah dipimpin oleh Alm. dr. Mahyudin. Sebelum beliau pindah dari sekolah ke dinas, ada sebuah kejadian yang menurut saya tuah dari perkataan beliau. Curhat yang pernah disampaikan kepada kami di lapangan upacara bendera bahwa permintaannya agar sekolah kami direnovasi ditolak halus oleh pemerintah pusat.
Beberapa bulan setelah kejadian itu kami tiba pada hari pertama di mana ujian nasional kelulusan kami dilaksanakan. Hujan turun deras tidak henti-hentinya pada malam hari sebelum ujian dan pada pukul 6 pagi saya pergi ke sekolah untuk ujian lalu terhenyak dengan pemandangan yang membingungkan, sekolahku banjir setinggi pinggang orang dewasa.
Saya melihat ajudan Bupati Buton di kursi depan mobil dinas Bupati sedang mengangkat telepon, seperti mengabarkan situasi dan kondisi lapangan kepada seseorang. Kami siswa yang ingin ikut ujian nasional hanya bisa berdiri di tepi jalan, menanti banjir reda pagi itu agar dapat ujian nasional di sekolah, harapan yang tidak masuk di akal.
Satu jam kami berdiri tiba-tiba terdengar teriakan bahwa untuk siswa SMAN 1 Baubau yang ingin ujian nasional silahkan memasuki gedung SD yang berada di simpang 4 lampu merah rumah sakit lama. Seketika murid-murid SD diliburkan, terlihat mereka pulang dengan riang gembira karena kelas ditiadakan hari itu. Dengan badan ukuran dewasa tetapi dipaksakan duduk di bangku murid SD kelas 1 akhirnya kuisi identitas dan memberikan jawaban di kertas lembar jawaban yang sudah disediakan panitia ujian, sebuah pengalaman yang tidak bisa dilupakan.
Tahun berganti tahun, dengan mengendarai motor Satria melintas di kawasaan Tomba, terlihat bangunan lama SMAN 1 Baubau telah tiada, berganti dengan bangunan dua lantai yang megah. Terbersit ingatan akan pidato Kepala Sekolah dahulu yang bertuah, perkataan beliau membawa banjir, banjir yang menghancurkan kualitas bangunan sekolah hingga berujung disetujuinya pengadaan bangunan sekolah yang baru.
Ada banyak kisah yang dapat dibagi, ini kisahku, adakah kisahmu ?.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H