Saya memiliki pengalaman atas teman-teman saya sewaktu masih menimba ilmu di bangku sekolah dasar, sekolah memengah pertama, hingga sekolah menengah atas. Terdapat beberapa teman yang di sekolah membuat prestasi akademik cemerlang. Prestasi yang dibuatnya tergambar dalam angka-angka mata pelajaran hasil evaluasi pembelajaran.
Mereka akhirnya menjadi kebanggaan guru, yang tentunya dimaksudkan untuk menjadi motivasi kepada para siswa agar mengikuti jejak langkah teman yang berhasil menerapkan disiplin belajar hingga menghasilkan angka penilaian mendekati 10.
Ketika lulus dari sekolah tersebut, tahun berganti tahun, sepuluh tahun, dua puluh tahun, hingga kini jalan menuju tahun ke-30. Teman-teman yang tadinya berprestasi di sekolah tidak semuanya memiliki pekerjaan yang cemerlang. Ada beberapa yang menjadi dokter, ada yang menjadi pengusaha, ada yang menjadi profesional yang sukses, tetapi ada pula yang tidak menjadi apa-apa.
Sementara teman-teman dengan prestasi akademik yang biasa saja bahkan ada yang prestasi akademiknya jeblok tetapi lulus, memang kebanyakan memiliki pekerjaan yang datar-datar saja namun dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, tidak sedikit dari kalangan mereka yang menjadi orang sukses bahkan menjadi bos pimpinan dari teman-teman yang semasa sekolah dulu tergolong siswa dengan prestasi akademik yang gemilang.
Yah, kesuksesan hidup seseorang tidak dapat menarik tolak ukur dari pencapaian prestasinya semasa sekolah dulu, ia hanya menjadi tanda bahwa ia memiliki potensi untuk sukses dengan kemungkinan yang jauh lebih besar. Tetapi perjalanan waktu telah memberi bukti bahwa apa yang terlihat pada masa lalu tidak selalu dapat mewujud pada masa yang akan datang, hanya doa, usaha yang kuat, dan ijabah doa dari Allah SWT yang dapat mewujudkannya.
Kalau menurut anda bagaimana ?, Tuliskan komentarmu di kolom komentar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H