Setelah beberapa waktu menenangkan diri akhirnya Meira berdiskusi dengan sang suami dan membuka suara atas apa yang sebenarnya sedang ia alami dan rasakan. Sumber utama dari permasalahan tersebut yaitu bahwa Meira sudah merasa terlalu lelah untuk merawat dirinya sendiri, karena telah cukup lelah menjalankan tugas mengurus rumah dan anak-anak tanpa bantuan asisten rumah tangga.
Meira merasa bahwa sebagai penghargaan atas rasa lelahnya, ia berhak mendapatkan sejumlah makanan sebagai self-reward, yang akhirnya berdampak pada perubahan pada tubuhnya. Ungkapan Meira tersebut akhirnya mampu membuat Ernest mengerti atas apa yang dialami oleh Meira, dan mendukung proses Meira dalam menerima dirinya kembali.
Di dalam novel “Imperfect”, Meira membagikan pengalaman pribadinya, mengungkapkan komentar-komentar tidak mengenakan yang selama ini dia terima dari netizen, bagaimana ia sehari-hari dalam kehidupan nyatanya, serta bagaimana upaya Meira untuk tetap tegar di tengah insecurity dan tekanan mental yang dialaminya.
Buku ini mungkin memang membuat Meira harus membuka kembali luka lama yang terpendam. Namun, dengan mengakui keberadaan luka-luka tersebut, ia justru mampu bangkit dan belajar bagaimana mengatasi rasa tidak amannya, mencari kebahagiaan sendiri, dan merangkul segala kekurangan pada dirinya. Selain itu, pengalaman ini juga menjadi pembelajaran tersendiri bagi Meira untuk menjadi lebih kuat secara emosional.
Jika dibandingkan dengan novel bergenre self-improvement lainnya, novel ini dapat dikatakan lebih unggul karena tidak hanya menyajikan buku teks yang terkesan monoton, melainkan juga diberi sentuhan manis dengan ilustrasi lucu dan menggemaskan untuk menambah keceriaan saat menikmati karya ini.
Kalimat yang menurut Meira penting untuk di notice pembaca pun diberikan penanda khusus berwarna oranye. Meskipun terdapat beberapa kosakata asing dalam buku ini, pembaca tidak perlu khawatir karena tersedia catatan kaki yang membantu pemahaman isi dari sang penulis. Terdapat juga puluhan quotes yang membangun dan menyentuh hati pembaca.
Gaya bercerita Meira dalam novel ini memang sedikit berfokus pada pengalaman pribadinya sehingga menjadi sedikit disayangkan karena tidak semua orang dapat merasakan hal serupa. Namun penulisan Meira sangat santai, ringan, dan mudah dipahami, seolah-olah kita sedang mendengarkan cerita seorang teman. Bagi mereka yang tidak merasakan hal serupa, buku ini bisa menjadi pembuka pikiran atas alasan seseorang kehilangan rasa percaya dirinya. Buku ini juga bisa menjadi bekal untuk merespon orang terdekat kita yang mengalami kejadian seperti Meira.
Selain itu, yang lebih penting daripada hanya merapikan penampilan fisik adalah mengubah perspektif atau cara berpikir kita sendiri. Dengan melihat kritikan orang lain melalui sudut pandang yang lebih optimis serta positif, kita dapat menjadi individu yang lebih mudah menerima, tenang, dan tidak terpengaruh oleh rasa stres.
Langkah awal yang sebaiknya diambil ketika kita merasa tubuh kita tidak ideal adalah menerima dan berdamai dengan diri sendiri. Dengan melakukan hal tersebut, kita dapat lebih bersyukur atas anugerah Tuhan. Setelah berhasil berdamai dengan diri sendiri, kita tidak akan merasakan ketidakpastian atau kurang percaya diri. Sebaliknya, kita akan lebih menghargai, mencintai, dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi.
Jika Anda mencari sebuah kisah yang menginspirasi dan menggugah, maka novel berjudul "Imperfect" ini patut untuk dijadikan referensi bacaan. Meira Anastasia menunjukkan banyak pesan moral dalam novel ini, salah satunya yaitu bahwa kehidupan yang 'tidak sempurna' sebenarnya adalah keindahan tersendiri jika kita mampu menerimanya dengan bijak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H