Potensi yang dimiliki Kompleks Candi Muaro Jambi mendorong masyarakat setempat untuk membentuk sebuah wadah bernama Balai Kreasi Pemuda Candi Muaro Jambi (BKPCMJ) pada 2007 silam. BKPCMJ berisi sekelompok pemuda asli desa yang memiliki semangat gotong royong untuk memajukan Candi Muaro Jambi dan memaksimalkan keberadaannya agar dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Pada awalnya, BKPCMJ fokus pada kegiatan sektor budaya berupa event dan pertunjukan, seperti panggung solidaritas dan seni Tari Topeng.
“Ke sininya kita ingin lebih memahami kawasan ini, seperti apa kawasan Candi Muaro Jambi ini yang dahulunya di dalam sejarah sebagai pusat pendidikan. Kita ingin mengembalikan marwahnya itu”, ungkap Mukhtar Hadi, penggerak masyarakat Kompleks Candi Muaro Jambi.
Berdasarkan sejarah, Situs Candi Muaro Jambi diyakini sebagai pusat pengembangan agama Budha di masa Kerajaan Sriwijaya. Ini juga merupakan sebuah potensi untuk diimplementasikan di bidang ilmu pengetahuan, sosial, budaya dan pariwisata itu sendiri.
Untuk mencapai tujuan ini, akhirnya dibentuk unit usaha bernama Rumah Menapo yang terbagi menjadi dua bidang, yaitu kedai kopi dan sentra UMKM oleh-oleh khas Candi Muaro Jambi, dimana pelaksanaannya melibatkan masyarakat desa. Misalnya, kaum perempuan memproduksi kerajinan tangan berbentuk anyaman, sedangkan para pemuda berkreasi membuat miniatur candi dan rumah adat Jambi. Semua karya ini dipajang di Sentra Gerai UMKM Rumah Menapo.
Di sisi lain, BKPCMJ terus memotivasi masyarakat melakukan inovasi demi mendongkrak perekonomian dengan memanfaatkan potensi wisata Candi Muaro Jambi. Hasilnya, masyarakat perlahan mulai berpartisipasi dalam kegiatan pariwisata, seperti menjadi tour guide, membuka home stay, penyewaan sepeda hingga jasa fotografi.
Pengembangan fasilitas di Kawasan Candi Muaro Jambi terbukti memberikan peningkatan jumlah pengunjung setiap tahunnya. Berdasarkan catatan Badan Pelestarian Cagar Budaya Jambi, pada 2017, Candi Muaro Jambi menerima kunjungan 108.350 wisatawan lokal dan 327 wisatawan mancanegara. Selanjutnya pada 2018, jumlah pengunjung meningkat sebanyak 117.073 wisatawan lokal dan 935 wisatawan mancanegara.
- Pandemik COVID-19 melumpuhkan aktivitas wisata di Candi Muaro Jambi
Di saat masyarakat mulai merasakan hasil gotong royong memaksimalkan potensi Candi Muaro Jambi, wabah COVID-19 datang melanda negeri. Sektor pariwisata sempat mengalami kelumpuhan akibat pembatasan sosial dan penutupan akses keluar masuk Indonesia.
Kawasan wisata Candi Muaro Jambi ditutup total selama kurang lebih empat bulan lamanya. Hal ini berimbas pada roda perputaran ekonomi. Kedai kopi dan Sentra Gerai UMKM Rumah Menapo mengalami penurunan omset yang drastis.
“Saat pandemik kita nggak bisa berbuat apa-apa karena nggak ada wisatawan”, kata Mukhtar Hadi saat ditanya mengenai akivitas wisata Candi Muaro Jambi di masa PPKM.
Keterpurukan akibat pandemik COVID-19 sangat dirasakan oleh UMKM dan masyarakat yang menggantungkan pendapatannya dari objek wisata. Beberapa dari mereka kembali menjadi petani atau buruh harian lepas untuk bertahan hidup selama penutupan Kompleks Candi Muaro Jambi.
- Potensi UMKM di Candi Muaro Jambi dilirik oleh Tim E-Troopers Yayasan Erick Thohir
E-Troopers yang tengah menjalankan misi kemanusiaan untuk membantu masyarakat pulih dari trauma pasca pandemik COVID-19. Selama September hingga Desember 2021, gerakan yang digagas Yayasan Erick Thohir ini terjun ke delapan provinsi untuk membangun fasilitas umum yang dapat dimanfaatkan masyarakat.
Budaya gotong royong Perkumpulan Rumah Menapo mendapat perhatian khusus dari Tim