Mohon tunggu...
Moeh Zainal Khairul
Moeh Zainal Khairul Mohon Tunggu... Konsultan - Penjelajah

Tenaga Ahli Pendamping UKM Dinas Koperasi dan UKM Kota Makassar 2022 dan 2023 Coach Trainer Copywriting LPK Magau Jaya Digital

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menyambut Generasi Emas 2045: Kisah dari Ujikom Gorontalo

3 Desember 2024   11:00 Diperbarui: 3 Desember 2024   11:04 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri bersama mahasiswa peraih beasiswa BI

Perjalanan menuju Gorontalo selalu menyimpan cerita. Kota ini kecil, tenang, tetapi penuh dengan energi muda yang tak pernah padam. Saya datang untuk sebuah tugas penting: menjadi asesor kompetensi BNSP bagi anak-anak muda yang siap menyongsong masa depan.

30 November hingga 1 Desember 2024, aula besar itu dipenuhi semangat. Pesertanya adalah mahasiswa-mahasiswa dari Universitas Negeri Gorontalo, IAIN, dan Universitas Gorontalo serta lainnya. Mereka bukan mahasiswa biasa. Mereka adalah bagian dari "Generasi Baru Indonesia," generasi emas 2045.

Mereka datang bukan hanya untuk diuji, tetapi untuk membuktikan diri. Menguji diri, sejatinya, bukan sekadar soal mendapatkan sertifikat. Ini adalah soal keberanian. Berani menjadi lebih baik.

Proses ujikom dokpri
Proses ujikom dokpri

Saya duduk di meja asesor bersama tim lain. Lembar-lembar soal dan studi kasus sudah siap. Begitu juga daftar pertanyaan yang akan kami ajukan. Namun, yang tidak pernah siap adalah kejutan dari peserta.

Proses penilaian sumber dokpri
Proses penilaian sumber dokpri

Hari pertama ujian, seorang peserta perempuan dari IAIN membuat saya tercengang. Ia menjelaskan analisis data dengan sangat tenang, seolah-olah ini adalah hal yang ia lakukan setiap hari.

"Pak, sebenarnya ini bisa diselesaikan lebih cepat kalau kita optimalkan algoritmanya," ujarnya sambil tersenyum. Saya hanya bisa mengangguk. Anak muda ini tahu persis apa yang ia bicarakan.

Hari kedua, seorang mahasiswa dari Universitas Gorontalo menarik perhatian saya. Dia sedikit gugup di awal, tetapi begitu mulai bicara, semua berubah. Ia menjelaskan langkah-langkahnya seperti seorang profesional yang sudah bekerja bertahun-tahun.

"Data itu seperti puzzle, Pak. Kalau salah satu bagian hilang, kita tak akan pernah mendapatkan gambar utuhnya," katanya. Sebuah analogi sederhana yang penuh makna.

Dari semua peserta, satu hal yang konsisten: mereka cerdas. Bukan hanya cerdas, tetapi juga cakap. Mereka tidak sekadar menghafal teori, tetapi benar-benar memahaminya.

Ujian ini tidak mudah. Kami memberi mereka tantangan dunia nyata. Mereka harus menganalisis dataset yang kompleks, mencari solusi, dan menjelaskan temuan mereka dengan jelas.

Ada peserta yang terlihat kesulitan di awal. Tetapi kemudian, ia mampu bangkit, menyusun strategi baru, dan memberikan jawaban yang lebih baik. Inilah pelajaran pertama dari proses ini: kegagalan di awal tidak pernah menentukan akhir.

Saya sempat bertanya kepada seorang peserta, "Apa yang membuatmu ingin mengikuti uji kompetensi ini?"

Ia menjawab, "Saya ingin lebih siap menghadapi dunia kerja, Pak. Sertifikat ini penting, tetapi yang lebih penting adalah prosesnya."

Jawaban itu menggugah hati saya. Anak-anak muda ini paham bahwa hidup bukan hanya soal hasil, tetapi juga perjalanan.

Hari terakhir ujian menjadi puncak dari segalanya. Peserta-peserta yang semula gugup mulai menunjukkan percaya diri yang luar biasa. Mereka menjawab pertanyaan dengan lancar, bahkan memberikan ide-ide baru yang segar.

"Pak, kenapa kita tidak membuat dashboard data yang lebih user-friendly untuk masyarakat?" ujar salah satu peserta. Saya tersenyum. Anak-anak ini berpikir jauh ke depan.

Sebagai asesor, tugas kami bukan hanya menilai, tetapi juga belajar. Ya, belajar dari cara berpikir generasi muda. Mereka mengajarkan saya bahwa masa depan adalah milik mereka yang berani bermimpi besar dan bekerja keras.

Ketika ujian selesai, kami para asesor berdiskusi. Hampir semua peserta dinyatakan kompeten. Bukan karena kami murah hati, tetapi karena mereka memang layak.

Gorontalo kini memiliki aset baru. Anak-anak muda yang cerdas, penuh semangat, dan siap membawa perubahan. Mereka bukan hanya harapan untuk Gorontalo, tetapi juga untuk Indonesia.

Di akhir tugas, saya merenung. Di aula itu, saya melihat masa depan Indonesia yang cerah. Generasi emas 2045 bukan sekadar slogan. Itu adalah kenyataan yang sudah mulai terlihat hari ini.

Saya pulang dengan hati penuh harapan. Sertifikat mungkin hanya selembar kertas, tetapi semangat anak-anak muda ini adalah modal besar untuk masa depan bangsa.

Gorontalo, terima kasih telah memberi saya pengalaman luar biasa ini. Anak-anak mudamu adalah bintang-bintang yang akan bersinar di langit Indonesia 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun